wah, saya malah baru tau sejarahnya qwerty ini..
Menurut saya, banyak di dunia ini yang sudah terlanjur dibuat dan dipakai 
sampai saat ini mengandung kelemahan, sebagian lalu digantikan dengan penemuan 
baru, tapi sebagian tidak digantikan walaupun sudah jelas ada kelemahan, hal 
ini karena pertimbangan kemaslahatan ummat yang sudah diperoleh dengan 
penemuan2 tersebut yang jauh lebih besar dibanding kelemahannya serta amat 
sulit jika harus digantikan dengan penemuan baru yang harus merubah penemuan 
lama. 
Contohnya, Sir Tim Berners Lee sang pencipta www, akhirnya meminta maaf atas 
kekhilafannya karena telah menggunakan karakter yang sama sekali tidak penting 
dalam penulisan alamat web. Karakter penting itu adalah // atau yang biasa 
disebut dengan double backslash (dua garis miring). Biasanya dituliskan setelah 
titik dua di depan http. Menurut Sir Tim, karakter tersebut sebenarnya tidak 
memiliki arti sama sekali dalam pengkodean nama situs,berapa banyak tinta dan 
ruang dalam kertas yang habis sia-sia hanya untuk mencetak dua karakter yang 
tidak penting itu jika dihitung?
Namun demikian, kekhilafan Sir Tim ini tetap saja dimaklumi. Pasalnya, 
kesalahan itu tidaklah seberapa dibanding apa yang telah ia ciptakan untuk 
kemaslahatan umat, menciptakan internet untuk menghubungkan semua orang di 
dunia dan seluruh informasi yang ada. Hal yang tidak pernah terpikirkan selama 
30 tahun lalu, sebelum ia menciptakan WWW.
Jadi, memang tidak ada yang sempurna di dunia ini, segalanya pasti ada 
kelemahan dan kekurangan, namun pertimbangan utamanya adalah apakah manfaatnya 
lebih besar dari mudhorotnya. 
Demikian,
Lana's

--- On Tue, 10/27/09, amin widada <aminwid...@gmail.com> wrote:

> From: amin widada <aminwid...@gmail.com>
> Subject: [Ar-Royyan-9350] Fwd: Kenapa Harus QWERTY?
> To: jamaah@arroyyan.com
> Date: Tuesday, October 27, 2009, 11:34 PM
> 
> http://nofieiman.com/2008/11/kenapa-harus-qwerty/
>  
> 
> Kenapa
> Harus QWERTY?
> 
> Pernahkah Anda bertanya, mengapa susunan huruf dalam
> keyboard mesin ketik, komputer, hingga PDA kita
> berupa “QWERTYUIOP” dan seterusnya? Mengapa tidak dibuat
> saja berurutan seperti “ABCDEFGH” dan seterusnya?
> Mungkin sebagian dari Anda sudah tahu ceritanya, tetapi
> kalau-kalau Anda belum tahu bisa saya tulis di sini.
> 
> Konon, keyboard tersebut sudah diciptakan sejak
> tahun 1860an oleh Sholes dan Dunsmore. Awalnya mereka
> membuatnya berurutan sesuai abjad. Namun, lambat laun
> seiring dengan meningkatnya kemampuan (kebiasaan)
> user, kecepatan mengetik menjadi lebih cepat
> padahal mekanisme mesin saat itu masih sederhana. Akibatnya,
> (baris) tombol tertentu menjadi sering macet dan menghambat
> pekerjaan.
> 
> Berdasar pengalaman mereka, akhirnya disusunlah
> keyboard yang sengaja dipersulit dan
> dibuat tidak efisien untuk “memperlambat”
> kecepatan mengetik agar keyboard tidak mudah
> jammed. Desain mesin ketik itu kemudian dijual ke
> Remington untuk diproduksi secara massal tahun 1873.
> Susunannya terbagi dalam empat baris, baris teratas berupa
> “23456789-”, baris kedua “QWE.TYIUOP”, baris ketiga
> “XDFGHJKLM”, dan baris terbawah
> “AX&CVBN?;R”.
> 
> Seiring berjalannya waktu, teknologi berkembang pesat
> dan masalah tombol keyboard yang sering macet sudah
> teratasi dengan desain mekanik yang lebih baik. Sejumlah
> desain keyboard alternatif juga muncul di pasaran.
> Salah satu yang cukup populer adalah Dvorak Simplified
> Keyboard (DSK) yang dibuat oleh August Dvorak tahun 1936.
> Desain itu diklaim merupakan desain yang lebih efisien,
> cepat, dan egronomis.
> 
> QWERTY sebenarnya punya banyak
> kelemahan seperti membuat tangan kiri Anda
> overload terutama ketika menulis dalam bahasa
> Inggris (hal serupa saya rasakan ketika menulis dalam bahasa
> Indonesia). QWERTY juga membuat kelingking Anda
> overload. Penelitian menunjukkan bahwa distribusi
> huruf tidak merata sehingga jari Anda harus menyeberang dari
> baris ke baris—-bila dihitung jari tukang ketik tipikal
> akan berjalan lebih dari 20 mil per hari dibandingkan dengan
> DSK yang hanya 1 mil.
> 
> Sayangnya, orang tetap ogah berpaling dari desain
> “QWERTY” kendati desain tersebut bukan merupakan desain
> yang terbaik. Sekalipun teknologi sudah bisa mengatasi
> problem tombol yang nge-jam, orang tetap bertahan
> dengan desain “QWERTY” bukannya desain lain yang lebih
> superior. Alih-alih, QWERTY malah dinobatkan menjadi standar
> internasional di tahun 1966.
> 
> Hal yang sama juga terjadi di Microsoft Windows. Kita
> tentu tahu bahwa Windows bukanlah sistem operasi terbaik,
> entah itu dari segi keamanan, kemudahan, kinerja, sampai
> soal keindahan.. Namun, karena penetrasi pasar Windows sudah
> begitu deras, orang mulai terbiasa menggunakan Windows dan
> sistem operasi tersebut menjadi terstandardisasi.
> 
> Apakah tidak ada yang lebih baik dari Windows? Tentu
> saja tidak. Namun orang perlu pikir-pikir beberapa kali
> sebelum berpaling dari standar tersebut. Mereka harus
> menghadapi barrier seperti faktor biaya, isu
> kompatibilitas, proses pembelajaran, faktor waktu, dan masih
> banyak lagi. Akibatnya jumlah mereka yang setia jauh lebih
> besar daripada yang murtad. Inilah yang menjadikan Windows
> atau QWERTY kemudian menjadi standar—-kendati mereka bukan
> yang terbaik.
> 
> Dalam dunia ilmiah, fenomena ini dijelaskan sebagai
> konsep path dependency dan network
> externality. Intinya, inovasi tidak menghasilkan
> outcome yang out of the blue, tetapi
> merupakan perkembangan yang bisa diprediksi dari yang
> sudah-sudah. Selain itu, value dari inovasi
> tersebut akan makin tinggi bila digunakan oleh makin banyak
> orang. Pada tahap tertentu, inovasi tersebut akan
> menjadi standar yang digunakan oleh umum.
> 
> Menariknya, hal ini tak cuma berlaku di bidang teknologi
> saja. Dalam hal social construction, konsep
> dependency dan externality ini malah lebih
> luas aplikasinya. Para sosiolog, ekonom, hingga sejarawan
> tahu pasti bahwa para aktor dan agen perubahan memegang
> peranan penting dalam hal pembentukan path ini. Jangan
> sampai di kemudian hari jalur yang diambil adalah jalur yang
> salah—-seperti “kesalahan” dalam memilih QWERTY yang
> inferior atau Microsoft Windows yang banyak kelemahan.
> 
> Repotnya, di negara kita pola yang terbentuk malah lebih
> dekat kepada efek-efek destruktif. Kehidupan hedonis
> diekspos habis-habisan di sinetron hingga kita tak sadar
> merasa bahwa kehidupan semacam itulah standar hidup yang
> umum. Kasus pembunuhan dan mutilasi juga dipaparkan detil
> sehingga orang terbius bahwa pembunuhan adalah sesuatu yang
> lumrah. Lebih parah lagi, KKN sekarang sudah menjadi wajar
> (bahkan wajib) dalam hal berpolitik atau berbisnis.
> 
> Kita tentu tahu bahwa hidup boros dan bermewah-mewah
> bukanlah pilihan yang bijaksana—-sekalipun kita punya uang
> cukup untuk mewujudkannya. Kita juga tentu tahu bahwa kawin
> cerai bukan sesuatu yang baik. Kita juga tentu tahu bahwa
> segala bentuk penganiayaan bukanlah tontonan yang layak
> dikonsumsi umum. Soal sogok-menyogok dan pelicin, tentu kita
> sepakat bahwa bukan itu yang kita harapkan. Namun kalau hal
> yang demikian dibiarkan begitu saja, bukan tidak mungkin
> kemudharatan semacam itu kelak menjadi “standar” yang
> umum.
> 
> Saat ini efeknya mungkin belum begitu terasa. Tapi saya
> sama sekali tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi di
> masa anak cucu kita nanti.
> Bagaimana menurut Anda?
> 
> 





------------------------------------------------------------------
- Milis Masjid Ar-Royyan, Perum BDB II, Sukahati, Cibinong 16913 -
- Website http://www.arroyyan.com ; Milis jamaah[at]arroyyan.com -

Rasulullah SAW bersabda, Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama,
seratus kurang satu. Barangsiapa memperhitungkannya dia masuk surga.
(Artinya, mengenalnya dan melaksanakan hak-hak nama-nama itu) (HR. Bukhari)

Kirim email ke