From: "suyento" <[EMAIL PROTECTED]>

Melihat Kecocokan dalam Masa Berpacaran

Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama 
kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). 
Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, bersama Bp. Pdt. Dr. Paul 
Gunadi, beliau adalah seorang pakar konseling keluarga dan juga dosen di Seminari 
Alkitab Asia Tenggara Malang, akan menemani Anda dalam sebuah
perbincangan yang pasti sangat menarik dan bermanfaat.

Perbincangan kami kali ini kami beri judul "Melihat Kecocokan dalam Masa Berpacaran". 
Dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.

(1) GS : Pengistilahan berpacaran itu Pak Paul, kadang-kadang rancu dengan 
persahabatan atau pertemanan atau ya memang berpacaran, sebenarnya
batasannya sampai di mana Pak Paul?
PG : Saya akan tambahkan lagi Pak Gunawan, sering kali pada masa sekarang terutama 
anak-anak muda yang berpacaran, memang tidak mengerti apa sebetulnya makna dan tujuan 
berpacaran. Mereka hanya melihatnya dari sudut bersenang-senang, bergengsi-gengsian, 
beraksi-aksian, dan menikmati masa muda, tapi
sungguh-sungguh makna berpacaran itu sudah sangat-sangat kabur atau bergeser dari 
makna sebenarnya.

(2) GS : Jadi apa Pak Paul makna yang sebenarnya dari berpacaran itu?
PG : Makna atau tujuan berpacaran adalah untuk mengetahui apakah kita bisa hidup 
bersama kelak dalam pernikahan, jadi sungguh-sungguh berpacaran adalah masa untuk 
memastikan apakah kita akan dapat nanti hidup harmonis dengan pasangan kita itu. Saya 
sering kali berkata kepada orang yang hendak menikah, apakah engkau bisa membayangkan 
hidup bersama dia dengan harmonis selama 50 tahun. Kalau misalnya orang berkata saya 
rasa saya tidak mungkin hidup dengan dia karena dia begini-begini ya sudah berarti 
memang engkau tidak cocok dengan dia. Jadi salah satu pertanyaan yang biasanya saya 
ungkapkan adalah itu.

GS : Nah, kalau begitu harus disadari oleh kedua-duanya bahwa mereka sedang berpacaran 
Pak Paul?
PG : Betul, jadi berpacaran itu bagi saya adalah suatu masa yang memiliki tujuan yang 
sangat spesifik. Sekali lagi bukan untuk bersenang-senang, bukan sekadar untuk mengisi 
waktu, bukan sekadar untuk mengusir kesepian, tidak. Berpacaran adalah masa yang 
mendahului pernikahan, jadi bagi saya berpacaran mempunyai suatu tujuan yang jelas 
yaitu ke pernikahan. Apakah kita akan sampai ke pernikahan, itu memang hal yang 
berikutnya sebab belum tentu kita akan sampai kepada
pernikahan, sebab bisa jadi gara-gara berkenalan dalam masa berpacaran ini kita 
akhirnya menyadari bahwa kita tidak cocok untuknya atau dia tidak cocok untuk kita.

(3) GS : Jadi hal-hal apa Pak Paul yang perlu diperhatikan selama masa berpacaran itu?
PG : Ada 3 yang besar Pak Gunawan, saya akan membahas satu persatu. Yang pertama 
adalah kebiasaan hidup, satu pertanyaan yang kita harus tanyakan adalah apakah kita 
dapat hidup dengan dia setelah kita mengetahui kebiasaan-kebiasaan hidupnya, dan 
kebalikannya juga sama apakah dia bisa hidup dengan kita setelah dia
mengetahui kebiasaan-kebiasaan hidup kita ini.

GS : Maksudnya kebiasaan seperti apa, Pak Paul?
PG : Banyak hal Pak Gunawan, misalnya kebiasaan dalam pengertian bagaimanakah kita 
mengisi waktu kita sehari lepas sehari, apakah kita misalkan orang yang bekerja,
apakah kita bangun pada jam yang tertentu, pergi kerja pada jam yang tertentu dan kita 
pulang pada jam yang tertentu. Ataukah kita orang yang kerja pada jam-jam
yang tidak tertentu, pulang juga tidak tertentu, nah apakah pasangan kita bisa hidup 
dengan itu atau apakah kita bisa hidup dengan pasangan kita kalau waktu hidupnya 
seperti itu. Apa yang dilakukan misalkan ada waktu luang atau ada waktu senggang, 
apakah dia mempunyai hobby bermain olah raga, main tennis atau main golf, dan itu 
memakan waktu 10 jam, bagaimanakah dia mengisi waktu-waktu yang luang itu, apakah dia 
memelihara burung dan dia akan berjam-jam membersihkan kandang burung serta memandikan 
burung, nah kita harus bertanya dengan jelas tentang kebiasaan hidup pasangan kita itu.

GS : Kalau tempat tinggalnya berjauhan bagaimana mereka bisa saling mengetahui itu Pak 
Paul?
PG : Ini susah, jadi saran saya selalu adalah sebisanya sebelum menikah sepasang 
sejoli ini seharusnya tinggal di kota yang sama atau di daerah geografis yang 
berdekatan selama kurang lebih setahun.
Tujuannya adalah untuk mengenal lebih jelas kebiasaan hidup itu. Contoh yang lainnya 
lagi adalah yang bisa kita selidiki misalnya kebiasaan dalam hal mengguna kan uang, 
atau membayar benda-benda kesukaannya, apakah itu kebiasaannya, dia bisa rela 
mengeluarkan uangnya yang sangat besar untuk hobbynya, nah apakah kita bisa hidup 
dengan kebiasaan hidupnya yang seperti itu.
Misalnya lagi yang lain, dia terbiasa juga kalau mengalami sedikit masalah di jalanan 
misalnya langsung memaki-maki orang atau kalau orang tidak setuju dengan
dia langsung dia keras atau dia mungkin memukul orang.
Nah, hal-hal itu kita harus selidiki bagaimanakah dia menghadapi kemarahan, 
bagaimanakah dia menghadapi stres, apa kebiasaannya kalau dia menghadapi stres,
apa yang akan dia lakukan kalau orang tidak bersesuai pandang dengan dia, apa yang dia 
akan lakukan kalau orang melukainya atau menyakiti hatinya, kita mau tahu
kebiasaan-kebiasaan hidup seperti itu.

GS : Apakah itu tidak terlalu jauh lalu menimbulkan kesan seolah-olah mencampuri 
urusan orang lain Pak Paul, sedang mereka baru berpacaran?
PG : Sudah tentu ini berjalan secara bertahap, tidak bisa kita ketahui pada masa-masa 
awal. Namun tetaplah buka mata baik-baik, lihatlah secara alamiah waktu
kita berkenalan, bagaimanakah dia melakukan semua itu.
Contoh yang mudah sekali, pria cenderung suka dengan wanita yang manja misalnya, manja 
itu kolokan dan si pria itu merasa dibapakkan oleh si anak dan masalahnya
adalah kebiasaan hidup itu kalau sudah bertahan akan terus berlalu sampai ke 
pernikahan. Apakah nanti setelah menikah si pria itu akan selalu siap untuk
memanjakan si anak atau istrinya ini maksud saya. Nah, sekali lagi itu kebiasaan si 
istri, dia terbiasa menjadi seorang anak kecil di mana semuanya disediakan oleh 
keluarganya atau oleh ayah-ibunya dan dia mengharapkan suaminya melakukan hal yang 
sama untuk dia. Nah apakah kita bisa hidup dengan kebiasaan hidupnya itu.

GS : Selain memperhatikan kebiasaan hidup, ada hal lain Pak Paul?
PG : Hal yang kedua adalah yang saya sebut kesungguhan hidup, kesungguhan hidup ini 
mencakup bagaimanakah sikap kita terhadap hidup. Masuk dalam kategori ini adalah 
tanggung jawab, apakah kita orang yang bersungguh-sungguh bertanggung jawab kalau 
mendapatkan tugas, kalau mendapatkan kepercayaan, kita harus
memperhatikan pasangan kita apakah dia juga seperti itu. Apakah dia orang yang 
menggampangkan oh...nanti bisa beres akhirnya tidak dikerjakan, tertundalah atau
apa atau tentang masalah-masalah finansial oh.....nanti gampang bisa pinjam atau nanti 
datang sendiri uang. Apakah orang ini bersungguh-sungguh dengan hidup, saya tidak 
mengatakan bahwa kita harus senantiasa serius dengan hidup jam demi jamnya, tidak, 
kita perlu juga menyegarkan jiwa dengan berekreasi dan tertawa, tapi kita tahu bahwa 
hidup memang menuntut pertanggungjawaban dan kesungguhan hidup itu sangat penting. 
Jadi kita mau melihat juga apakah pasangan kita mempunyai kesungguhan hidup, apakah 
dia mempunyai ketahanan untuk bisa tetap berdiri dalam keadaan yang susah ataukah dia 
orang yang langsung lari, langsung
bersembunyi, langsung menutupi dirinya dari problem nah kita mau melihat itu. Apakah 
pasangan kita mempunyai kesungguhan hidup seperti itu.

GS : Tapi itu tidak bisa dilihat dalam satu kasus atau satu kali peristiwa saja Pak 
Paul?
PG : Sering kali memang kita harus mengamati suatu pola dan sekali memang tidak cukup, 
kalau sudah terjadi berkali-kali saya kira kita cukup bukti.
Contoh orang yang berkata: "o....maaf lupa," nah kalau setiap kali lupa, kita akhirnya 
berpikir ini bukan lagi suatu kebetulan, tapi memang bagian dari hidup dia memang dia 
cenderung lupa dan tidak bersungguh-sungguh mengingat apa yang kita katakan.
Jadi sekali lagi ini bagian dari kesungguhan hidup, berapa bertanggung jawabnya kita 
dalam hidup, berapa bersungguh-sungguhnya kita ini mau bekerja, mau menuntut sesuatu 
dalam hidup agar kita bisa mencapainya.

GS : Tapi biasanya tanggung jawab itu juga dikaitkan dengan usia seseorang Pak Paul, 
jadi kalau dia masih muda yang sedang berpacaran ini mungkin pihak pasangan nya juga 
mengatakan: ah tidak apa-apa, nanti kalau usianya sudah bertambah tanggung jawabnya 
bertambah, apakah memang betul begitu?
PG : Ya saya kira ada benarnya pernyataan tersebut, namun sekali lagi kita tidak buta 
100% kita masih bisa menilik, melihatnya karena setiap orang menghadapi
tanggung jawab meskipun kecil. Misalkan pada masa-masa usia 20-an tahun dan masa 
berkuliah bukankah kita bisa menilai dia dari kesungguhannya berkuliah. Apakah dia 
main-main, apakah dia mempersiapkan tugas, atau PR atau ujiannya dengan 
sebaik-baiknya, jadi kita mau melihat sungguh-sungguh apakah dia mempunyai yang tekad 
kekuatan internal atau kekuatan batiniah untuk mau maju untuk tidak hanya 
melayang-layang seperti daun yang ditiup oleh angin. Dan saya kira ini kwalitas yang 
perlu dicari oleh semua orang yang sedang berpacaran. Kalau orang yang kita sedang 
dekati orang yang benar-benar seperti daun ditiup ke kiri, ke
kanan dan mudah menyalahkan orang, tidak mempunyai tekad, kesungguhan untuk hidup dan 
melawan tantangan hidup, saya kira kurang cocok.

GS : Nah bagaimana dengan ciri yang lain Pak Paul atau dengan hal yang lain yang perlu 
kita perhatikan?
PG : Yang terakhir adalah selain dari kebiasaan hidup, kesungguhan hidup, yang 
terakhir adalah kekudusan hidup. Kekudusan hidup di sini pertama-tama menyangkut
kepada apakah dia dan saya mempunyai iman yang sama, iman pada Tuhan kita Yesus 
Kristus sebab itulah yang Tuhan amanatkan kepada kita, kita harus menikah dengan yang 
seiman dengan kita. Dan kekudusan hidup juga mengacu kepada bukan saja pengakuan 
secara intelektual saya percaya kepada Tuhan, tapi apakah kita memang menguduskan 
Tuhan dalam hidup kita ini artinya apakah kita menghormati Tuhan dan apakah Tuhan itu 
menempati porsi yang besar dalam hidup kita, kita mau tahu hal itu. Sebab sekali lagi 
bukannya saya berkata pastilah orang yang seperti ini tidak akan jatuh ke dalam dosa, 
kita manusia dari daging dan darah dan memang sudah tercemar dengan dosa, kita bisa 
jatuh ke dalam dosa.
Tapi setidak-tidaknya kita bisa berkata orang yang takut akan Tuhan akan takut 
berdosa, orang yang tidak takut akan Tuhan idak terlalu takut untuk berdosa,
berarti peluangnya untuk jatuh ke dalam dosa juga lebih besar. Jadi kekudusan hidup 
mengacu kepada berapa hormatnya dia pada Tuhan.

GS : Di dalam masa berpacaran Pak Paul, biasanya hal-hal seperti itu memang kurang 
diperhatikan karena masing-masing terlibat dalam luapan emosi dan melihat
semuanya itu serba baik, itu bagaimana Pak?
PG : Biasanya harus melewati fase atau melewati waktu Pak Gunawan, karena perasaan 
sangat cinta, perasaan yang begitu mendebar-debarkan jantung itu tidak
berlangsung seumur hidup. Jadi seseorang yang jatuh cinta akan melewati fase 
dibuai-buai oleh cinta itu paling lama 3 bulan, setelah 3 bulan dia akan mengalami 
fase penurunan, nah inilah fase yang sering kali langsung ditafsir saya tidak lagi 
mencintai dia.
Ya memang semua perasaan cinta datangnya dengan kuat, tapi setelah itu perasaan cinta 
itu akan mulai mengempis, nah setelah mulai turun akhirnya yang sehat adalah akan 
melewati sebuah plato artinya melewati suatu jalan yang rata, kalau dia terus turun 
sampai tidak ada lagi perasaan cinta itu baru mengkhawatirkan. Tapi yang sehat atau 
yang normal adalah setelah melewati fase yang kuat sekali, dia akan masuk ke fase 
dataran tidak turun, tidak hilang, tapi juga memang tidak terlalu menggebu-gebu. Ini 
yang lebih wajar, nah pada tahap wajar itulah ketiga hal yang tadi saya singgung itu 
lebih bisa kita amati, pada tahap 3 bulan pertama mata kita memang terlalu
berkunang-kunang tidak melihat dengan jelas.

GS : Nah, masalah-masalah seperti ini perlu diperhatikan Pak Paul, tadi Pak Paul 
katakan membutuhkan waktu. Sedangkan kadang-kadang seseorang itu bertemunya di usia 
yang sudah cukup untuk dikatakan sudah lewat masa mudanya, sehingga mereka cepat-cepat 
memutuskan untuk menikah, nah itu bagaimana Pak Paul?
PG : Selalu tidak dianjurkan. Pernikahan harus dipersiapkan dan yang dipersiapkan 
maksud bukannya hari acara, upacara pernikahannya tapi kesiapan untuk bersama-sama 
hidup dengan pasangan kita. Jadi saya meminta paling kurang kita ini berkenalan atau 
berpacaran selama setahun untuk bisa mengenal dengan baik. Ya kalau misalnya bisa 
lewat dari setahun saya kira itu lebih baik.

GS : Apakah perlu juga mengenal keluarganya dalam masa berpacaran itu?
PG : Saya kira juga perlu, karena bagaimanapun pasangan kita tumbuh besar dalam 
keluarganya, ini bagian dari kebiasaan hidup, apakah orang tua mempunyai kebiasaan 
tertentu yang diwariskan kepada anaknya dan kita mau melihat itu, bisa atau tidak kita 
hidup dengan dia yang sudah memiliki kebiasaan tersebut dari orang tuanya. Orang yang 
bersih sekali, o......akhirnya kita sadar orang tuanya begitu bersih,
orang yang begitu teratur o...kita sadar orang tuanya begitu teratur, kita akhirnya 
mengerti pasangan kita seperti itu, tapi kembali lagi kita harus bertanya apakah saya 
siap untuk hidup dengan orang misalnya seteratur itu.

GS : Nah, sering kali muda-muda yang sedang berpacaran ini mengira bahwa pasangannya 
bisa berubah atau diubah bahkan setelah nanti menikah Pak Paul?
PG : Betul, ada 2 hal yang sering kali muncul pada benak kita pada masa berpacaran. 
Pertama adalah dia akan berubah atau saya bisa mengubahnya atau yang kedua adalah 
problem itu akan hilang dengan sendirinya, o.....nanti akan hilang dengan sendirinya.
Ah, kenyataannya adalah pasangan kita tidak terlalu berubah banyak dari hari pertama 
kita menikahinya. Dan yang kedua adalah sering kali problem yang menjadi
duri dalam pernikahan kita sekarang adalah problem yang sebetulnya kita sudah mulai 
alami tatkala masih berpacaran. Mungkin bentuk-bentuknya berbeda tapi
jenisnya bisa sama, contoh kalau dari masa berpacaran kurang adanya rasa percaya, 
hampir dapat dipastikan setelah menikah nanti hal itu akan muncul kembali dan
menjadi pusat problem, hampir dapat dipastikan problem-problem yang lainnya adalah 
problem penggembira, problem yang hanya sebagai pendamping, problem utama biasanya 
adalah dalam kasus itu kurang percaya, jadi pangkalnya sama.

GS : Beberapa waktu yang lalu Pak Paul pernah mengatakan bahwa semasa pacaran hal-hal 
yang kelihatannya indah, menyenangkan buat kita, nanti pada waktu pernikahan bisa 
terbalik itu, nah itu bagaimana?
PG : Hal yang kita sukai sering kali adalah hal yang menjadi duri dalam pernikahan 
kita, contohnya adalah kalau kita menyukai dia orangnya diam, tenang, sabar
sering kali setelah menikah kita berkata kamu orangnya membosankan, menjenuhkan, tidak 
banyak aktifitas, tidak banyak yang engkau katakan, kita tidak pernah berkomunikasi 
jadi hal yang persis sama itulah yang akhirnya menjengkelkan kita.
GS : Padahal waktu pacaran itu dilihat sebagai sesuatu yang positif Pak Paul, jadi 
kita bisa menerima sikap itu.
PG : Betul, dan sebetulnya ke positif itu tetap ada setelah kita menikah, namun sisi 
negatifnyalah yang sekarang mengganggu kita. Pada masa berpacaran karena
kita tidak hidup serumah dengannya sisi negatif itu tidak terlalu mengganggu kita, 
kita tidak berbicara dengan dia hanya 1 jam, 2 jam tapi sekarang 24 jam serumah dengan 
dia. Kita menemukan dia begitu pendiam, jarang berbicara, nah itu sangat mengganggu 
kita. 
Meskipun tetap benar dia orangnya stabil, emosinya tidak mudah turun-naik, kalau 
berpikir sangat rasional, tapi ada sisi lainnya lagi. Jadi sekali lagi ini hal yang 
mesti kita terima.

GS : Pak Paul, sering kali pada masa berpacaran mungkin karena tadi Pak Paul katakan 
orang menyelidiki, ingin mengetahui dalamnya, kemudian orang cenderung untuk menutupi 
dirinya dengan hal-hal yang baik dan menyenangkan pasangannya, nah ini 'kan 
menyulitkan bagi pasangan atau mereka yang sedang berpacaran ini.
PG : Memang ada orang yang sangat tidak aman dan merasa malu dengan dirinya, sehingga 
terdoronglah dia untuk menutupi dirinya, kalau sampai itu yang terjadi
saya kira dia bukan saja merugikan pasangannya, diapun akan merugikan dirinya sendiri. 
Sebab pada akhirnya waktu pasangan menyadari bahwa dia seperti itu,
pasangannya tidak lagi menghormatinya, apalagi kalau pasangannya tahu bahwa dari 
awalnya dia seperti itu, tapi disembunyikan wah...makin besar rasa marahnya,
merasakan bahwa ini adalah suatu tipuan yang akhirnya merugikan diri sendiri. Jadi 
pada prinsipnya pada masa berpacaran terbukalah apa adanya dengan diri kita,
sehingga pasangan kita bisa dengan jelas melihat siapa kita dan kita pun bisa melihat 
dia juga dengan lebih jelas.

GS : Ya memang ada anjuran dari seorang pakar, pada saat berpacaran itu buka matamu 
lebar-lebar, tetapi setelah menikah tutup matamu.
PG : Betul, dalam pengertian setelah menikah jangan persoalkan lagi.

GS : Tentunya para muda-mudi kita yang sedang berada dalam masa pacaran itu sangat 
membutuhkan suatu pedoman dari firman Tuhan, Pak Paul bisa bagikan itu
untuk kita semua.
PG : Tadi saya sudah singgung 3 kategori besar yang harus kita perhatikan yakni 
kebiasaan hidup, yang kedua kesungguhan hidup dan yang ketiga kekudusan
hidup. Dalam hal kekudusan saya juga singgung tentang menghormati Tuhan yang akhirnya 
dampaknya pada diri sendiri, apakah kita menjaga hidup yang kudus. Nah,
firman Tuhan memberikan kita satu hal yang indah di antara banyak hal lainnya lagi 
yaitu saya mengambil dari Amsal 19:22 "Sifat yang diinginkan pada seseorang
adalah kesetiaannya, lebih baik orang miskin dari pada seorang pembohong." Nah ada 2 
hal di sini, pertama kesetiaan itulah satu sifat yang sangat-sangat indah
dan ini yang harus kita cari pada pasangan kita. Dan yang kedua adalah firman Tuhan 
berkata lebih baik orang miskin dari pada seorang pembohong, artinya menikahlah dengan 
orang yang jujur. Dua modal ini, setia dan jujur, ada orang yang setia tapi tidak 
jujur, ada orang yang jujur tapi tidak setia. Tuhan memberi kita panduan setia dan 
jujur, dua kwalitas yang sangat indah pada diri manusia. Jadi waktu mencari pasangan 
hidup, perhatikanlah apakah dia orang yang setia, yang akan terus bertahan tidak akan 
meninggalkan kita dan apakah dia orang yang jujur, sehingga dia tidak membohongi kita, 
nah itu yang saya bisa bagikan pada para pendengar kita.

GS : Itu tentu sangat berharga sekali Pak Paul karena kita semua berharap bahwa 
pasangan-pasangan yang sedang berpacaran nantinya akan membina suatu rumah
tangga yang bahagia tentu itu menjadi harapan mereka dan harapan kita semua.
Jadi terima kasih sekali Pak Paul untuk kesempatan perbincangan kali ini, 
saudara-saudara pendengar, demikianlah tadi kami telah menyampaikan ke hadapan
Anda sebuah perbincangan dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur 
Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang
"Melihat Kecocokan dalam Masa Berpacaran." Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui 
lebih lanjut mengenai acara ini, kami persilakan Anda menghubungi kami lewat surat, 
alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK), Jl. Cimanuk 58 Malang. 
Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan dan akhirnya dari 
studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda, sampai jumpa pada acara 
TELAGA yang akan datang.

Taken from : www.telaga.org


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Make a clean sweep of pop-up ads. Yahoo! Companion Toolbar.
Now with Pop-Up Blocker. Get it for free!
http://us.click.yahoo.com/L5YrjA/eSIIAA/yQLSAA/IYOolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
     Mailing List Jesus-Net Ministry Indonesia - JNM -
Daftar : [EMAIL PROTECTED]
Keluar : [EMAIL PROTECTED]
Posting: [EMAIL PROTECTED]

Bantuan Moderator : [EMAIL PROTECTED]
WebSite: http://jnm.clear-net.com (Webmaster wanted!)
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=- 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
     http://groups.yahoo.com/group/jesus-net/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
     [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
     http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke