From: rm_maryo 

"Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia"
(1Sam 18:6-9;19:1-7; Mrk 3:7-12)

"Kemudian Yesus dengan murid-murid-Nya menyingkir ke danau, dan banyak orang 
dari Galilea mengikuti-Nya. Juga dari Yudea, dari Yerusalem, dari Idumea, dari 
seberang Yordan, dan dari daerah Tirus dan Sidon datang banyak orang 
kepada-Nya, sesudah mereka mendengar segala yang dilakukan-Nya. Ia menyuruh 
murid-murid-Nya menyediakan sebuah perahu bagi-Nya karena orang banyak itu, 
supaya mereka jangan sampai menghimpit-Nya. Sebab Ia menyembuhkan banyak orang, 
sehingga semua penderita penyakit berdesak-desakan kepada-Nya hendak 
menjamah-Nya. Bilamana roh-roh jahat melihat Dia, mereka jatuh tersungkur di 
hadapan-Nya dan berteriak: "Engkaulah Anak Tuhan." Tetapi Ia dengan keras 
melarang mereka memberitahukan siapa Dia" (Mrk 3:7-12), demikian kutipan Warta 
Gembira hari ini. 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Fransiskus dari 
Sales, Uskup dan Pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan 
sederhana sebagai berikut:
. Sikap mental materialistis atau duniawi telah mengaburkan dan mengambangkan 
hidup beriman atau hidup beragama atau bahkan membuat orang tidak beriman atau 
tidak beragama lagi. Orang lebih percaya atau mengandalkan diri pada harta 
benda/ uang, pangkat/kedudukan/jabatan dan kehormatan duniawi dan tidak lagi 
percaya pada Penyelenggaraan Ilahi. Dengan kata lain terjadilah kemerosotan 
moral hampir di semua bidang kehidupan bersama sebagaimana telah dan masih 
terjadi di Indonesia saat ini. Maka gerakan penyembuhan orang dari berbagai 
macam penyakit sebagaimana dilakukan oleh Yesus, gerakan pertobatan sebagaimana 
dilakukan oleh Fransiskus dari Sales dst.. menimbulkan atau menggoyahkan 
stabilitas atau statusquo orang-orang yang kurang atau tidak beriman. 
Orang-orang yang kurang atau tak beriman merasa tergoyakan lalu berusaha 
berteriak untuk melawan dan menuimpas gerakan tersebut, sebagaimana akan 
dilakukan oleh roh-roh jahat yang berkeinginan untuk membuka 
atau membeberkan siapa Yesus itu sebenarnya, usaha pembukaan atau pembeberan 
yang bertujuan melumpuhkan gerakan penyembuhan atau pertobatan. Maka dengan 
keras Yesus menegor roh-roh jahat tersebut, dengan tekun dan berani Fransiskus 
dari Sales tetap mewartakan pertobatan dan kasih pengampunan kepada umat yang 
kurang beriman. 
Tegoran, ketekunan dan keberanian yang lahir dari iman atau bersumber pada 
Tuhan akhirnya dapat menang atas roh-roh jahat dan sikap mental materialistis 
atau duniawi, sebagaimana telah dialami oleh Fransiskus dari Sales, yang dengan 
tekun dan berani mewartakan kasih pengampunan dan pertobatan. Maka marilah di 
tengah-tengah 
kehidupan bersama yang masih diwarnai oleh pengaruh roh-roh jahat saat ini kita 
tingkatkan hidup rohani dan keimanan kita, agar kita juga dengan tekun dan 
berani menumpas `gerakan-gerakan roh-roh jahat' tersebut.
. "Janganlah raja berbuat dosa terhadap Daud, hambanya, sebab ia tidak berbuat 
dosa terhadapmu; bukankah apa yang diperbuatnya sangat baik bagimu! Ia telah 
mempertaruhkan nyawanya dan telah mengalahkan orang Filistin itu, dan TUHAN 
telah memberikan kemenangan yang besar kepada seluruh Israel. Engkau sudah 
melihatnya 
dan bersukacita karenanya. Mengapa engkau hendak berbuat dosa terhadap darah 
orang yang tidak bersalah dengan membunuh Daud tanpa alasan?" (1Sam 19:4-5), 
demikian kata Yonathan kepada Saul, ayahnya, yang hendak membunuh Daud karena 
dirinya merasa akan tersingkir atau terguling sebagai raja berhubung dengan 
kehebatan Daud dalam mengalahkan orang-orang Filistin. Saul mendengarkan 
kata-kata 
Yonathan, anaknya, kata-kata yang berasal dari Tuhan sendiri. Saul membatalkan 
niatnya untuk membunuh Daud. Pengalaman ini rasanya baik menjadi permenungan 
atau refleksi bagi siapapun yang sedang berkuasa dan merasa dirinya terancam 
dengan muncul `kader-kader' baru dan muda yang lebih baik daripada dirinya. 
Mereka yang pada saat ini berkuasa di tingkat atau bidang apapun kami berharap 
untuk membuka diri akan regenerasi, memberi kesempatan orang-orang lain, yang 
lebih muda dan mampu, untuk mengambil alih dan meneruskan kuasa, jabatan atau 
kedudukan nya. Kami percaya bahwa mereka yang lebih muda dari kita kiranya 
lebih suci, beriman dan terbuka akan aneka macam pembaharuan hidup yang 
dibutuhkan, maka marilah dengan rendah hati kita berani memberi kesempatan bagi 
yang lebih muda untuk berperan aktif dalam kehidupan bersama di manapun. 
Hendaknya juga jangan menjadi iri hati jika mereka yang lebih muda dari kita 
semakin populer dan dicintai oleh banyak orang, sebaliknya kita harus bersyukur 
dan berterima kasih bahwa generasi muda atau para penerus lebih baik daripada 
kita. Bukankah keberhasilan generasi muda menunjukkan keberhasilan generasi 
tua, keberhasilan penerus menunjukkan keberhasilan para pendahulu, keberhasilan 
murid atau peserta didik menunjukkan keberhasilan guru/pendidik, keberhasilan 
anak menunjukkan keberhasilan orangtua?

"Maka musuhku akan mundur pada waktu aku berseru; aku yakin, bahwa Tuhan 
memihak kepadaku. Kepada Tuhan, firman-Nya kupuji, kepada TUHAN, firman-Nya 
kupuji, kepada Tuhan aku percaya, aku tidak takut. 
Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku? Nazarku kepada-Mu, ya Tuhan, 
akan kulaksanakan, dan korban syukur akan kubayar kepada-Mu "(Mzm 56:10-13) 

Jakarta, 24 Januari 2008 . 
===============================================
From: "Romo maryo" <[EMAIL PROTECTED]>


Bertobatnya Santo Paulus: Kis 9:1-22; Mrk 16:15-18

"Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk."
 "Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil 
kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, 
tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai 
orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka 
akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang 
ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; 
mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan 
sembuh."(Mrk 16:15-18), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.  
 
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta 'Bertobatnya 
St.Paulus' hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Dari Saulus menjadi Paulus, dari S menjadi P, dari Sombong menjadi Peramah/ 
Pemurah, itulah yang terjadi setelah ia menerima baptisan melalui Ananias atau 
bertobat. Semula membenci para murid Yesus kemudian mengasihi, bahkan menjadi 
pewarta Kabar Gembira/Injil yang ulung. Setelah bertobat Paulus melaksanakan 
atau menghayati sabda Yesus :"Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil 
kepada segala makhluk". Maka marilah pada pesta 'Bertobatnya St.Paulus' ini 
kita mawas diri perihal pertobatan atau rahmat pembaptisan yang telah kita 
terima. Sebagai orang yang telah dibaptis, disisihkan atau dipersembahkan 
seutuhnya kepada Tuhan kita dipanggil untuk memberitakan Injil atau Kabar 
Gembira kepada segala makhluk. Dengan kata lain semua kata/omongan, cara hidup 
dan cara bertindak kita senantiasa menggembirakan atau menyelamatkan segala 
makhluk, kita berbicara dengan bahasa baru yaitu bahasa cintakasih, dalam 
menghadapi aneka macam tantangan dan hambatan tak tergoyah kan. Sentuhan maupun 
sapaan kita terhadap mereka yang sakit (hati, jiwa, akal budi atau tubuh) 
membuat yang sakit sembuh dan selamat. Senjata utama untuk itu adalah 
cintakasih. Ingat bahwa masing-masing dari kita ada, diciptakan, dibesarkan 
dalam dan oleh cintakasih atau sebenarnya masing-masing dari kita adalah 'buah 
cintakasih' atau cintakasih, maka kemanapun kita pergi atau dimanapun kita 
berada senantiasa menghadirkan cintakasih. Karena masing-masing makhluk 
diciptakan juga dalam dan oleh cintakasih, maka perjumpaan dengan makhluk 
apapun berarti senantiasa saling mengasihi dengan rendah hati dan lemah lembut. 
Marilah di hari pesta 'Berobatnya St.Paulus' ini kita juga mengenangkan santo 
atau santa yang menjadi pelindung kita masing-masing atau menjadi nama baptis 
kita: meneladan cara hidup dan cara bertindaknya yang menggembirakan dan 
menyelamatkan. Sebagai suami-isteri hendak nya juga hidup sebagai suami-isteri 
yang saling mengasihi baik dalam untung maupun malang, sebagai imam hendaknya 
hidup menjadi penyalur rahmat/berkat Tuhan bagi sesama dan kerinduan sesama 
kepada Tuhan, sebagai anggota lembaga hidup bakti hendaknya sungguh berbakti 
kepada Tuhan yang hadir dan berkarya dalam seluruh makhluk setiap hari/saat. 

·   "Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan 
nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain .. Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, 
betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku."(Kis 
9:15-16), demikian sabda Tuhan kepada Ananias. Dalam melaksanakan panggilan 
Tuhan untuk memberitakan Injil atau Kabar Gembira kepada segala makhluk, Paulus 
tidak terlepas dari aneka macam penderitaan, meneladan Yesus yang telah 
menderita dan wafat di kayu salib demi keselamatan dunia. Penderitaan yang 
lahir dari kesetiaan akan panggilan atau tugas perutusan atau kebersamaan 
dengan Tuhan merupakan jalan keselamatan atau kebahagiaan sejati. Mungkin 
karena kita setia pada janji-janji yang pernah kita ikrarkan juga akan 
mengalami aneka macam penderitaan. Jika penderitaan tersebut lahir atau muncul 
dari kesetiaan atau ketaatan kita pada panggilan dan tugas perutusan, hendaknya 
dihadapi dan dinikmati dengan gembira, rendah hati dan
 lemah lembut. Nikmatilah penderitaan tersebut, maka derita akan berubah 
menjadi bahagia. Kita juga dapat meneladan Paulus yang bersaksi: "Terpujilah 
Tuhan, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Tuhan 
sumber segala penghiburan, yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, 
sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam 
penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Tuhan. Sebab sama 
seperti kami mendapat bagian berlimpah-limpah dalam kesengsaraan Kristus, 
demikian pula oleh Kristus kami menerima penghiburan berlimpah-limpah"(1Kor 
1:3-5). Menderita dalam nama Tuhan adalah jalan keselamatan dan penghiburan 
sejati. Temukan dan hayati kehadiran Tuhan dalam aneka tantangan dan hambatan, 
yang mendewasakan dan memurnikan hidup kita. Jadikan aneka perbedaan yang 
sering dinilai sebagai hambatan atau tantangan membangun dan memperdalam 
persaudaraan atau persahabatan menjadi daya tarik untuk membangun dan 
memperdalam persaudaraan atau persahabatan. 
 
"Pujilah TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa! 
Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. 
Haleluya!" (Mzm 117)

Jakarta, 25 Januari 2008
============================================
From: David H 

Intermezzo: Beda ukuran

Suatu saat kedua sahabat lama, Jono dan Joko bertemu setelah sama-sama menjadi 
hamba Tuhan.
Jono: Hi Joko, apakabar, bagaimana dengan pelayananmu ?
Joko: Yah, bagus setiap tahun ada kemajuan. Bagaimana denganmu sendiri ? Saya 
dengar jemaat yang kamu pimpin makin berkembang
Jono: Iya, neh, berkat penyertaan Tuhan, jemaat yang mula-mula sekitar 100 
orang yah sekarang sudah menjadi 700 orang. 
Joko: Wah senang sekali mendengarnya.
Jono : bagaimana dengan perkembangan jemaatmu ? 
Joko: Wah saya juga senang nih, jemaat saya semakin lama semakin sedikit
Jono: Loh kok malah senang ? Bukannya.......
Joko: Begini Jon, saya kan ditempatkan di lembaga pemasyarakatan, jadi kalau 
jemaat yang saya bimbing semakin sedikit bukannya makin bagus ?
Jono : Oh ya...Puji Tuhan !

Selamat memasuki minggu yang baru
GBU all !
David H.

Reply via email to