On 8/10/2010 11:42 AM, benny_rio wrote:
> Berarti benar-benar lebih ke konsep dan analisis yah (plus problem
> solving)..

 Nah ini jadi masalah juga, apakah setiap 'pegawai' IT jadi
 super-IT-man?, tau semua nya?, mulai dari analisis, arsitektur,
 framework, syntax bahasa, efektif programming etc, memory management,
 etc etc.

Kalau mau jadi developer dan bukan cuma programmer maka musti
paham semuanya. Toh tidak dituntut bisa dalam waktu 1 hari.
Wajarnya butuh sekitar 10 tahunan.


 atau mending bagi2 tugas ? misalnya: sebagian jadi analis -> analisa
 user requirement -> output dokumen proyek (UML + use case scenario +
 dkk)

 sebagian jadi arsitektur -> cukup ngerti gimana baca dokumen proyek
 -> output nya tentuin framework, hardware, teknologi dll

 sebagian jadi programmer -> cukup ngerti gimana baca dokumen proyek +
 paham framework-> output nya code

 Seorang jago analisa-pun belum tentu tau gimana bikin program yg
 efektif, kode yg enak dibaca, irit penggunaan memory dll, dan belum
 tentu dia tau teknologi sms gateway yg paling canggih itu yg mana,
 kalaupun ada jumlahnya extra minim.

 Jadi menurut saya, kalo semua harus jadi Super-IT-Man dulu, baru bisa
 diterima industri, suram juga ya.

Masalahnya menjadi superman adalah role yang kadang-kadang tidak bisa dihindari. Contohnya anda mau bikin start-up company maka anda harus bisa jadi superman.
Kalau nggak bisa jadi superman jangan bikin startup company.
Kalau mau fokus disatu bidang maka masuklah sebuah perusahaan yang
sudah punya team development yang matang. Kamu akan menjadi
"another cog in the wheel".


 Dan masalah besar yg lain adalah, perbedaan gaji analis-programmer,
 yg gak kira2, yg bikin semua pegawai IT mengincar posisi jadi analis,
 padahal kalo tiap orang fokus di spesialisasi nya, dan gaji sama
 rata, pasti industri IT disini bisa jadi lebih baik..

 hanya Rp.2-ku (dan bakal jadi Rp.0.002-ku setelah denominalisasi)


Kamu sudah paham belum kenapa seorang business analyst gajinya berbeda besar? Karena dia menguasai apa yang namanya business domain. Yang namanya business domain
itu biasanya nggak ada kuliahnya. Hal ini cuma bisa diserap perlahan-lahan
dalam dunia kerja. Juga si business analyst harus fokus di satu domain saja
misalnya perbankan atau travel dalam jangka waktu panjang.
Dia juga harus paham apa yang bisa diimplementasikan dengan teknologi
saat ini dan apa yang harus diimplementasikan lewat prosedur.
Memahami batasan ini bukan perkara gampang.
Dengan kata lain big investment big reward dan ini adalah hal yang wajar.

Kirim email ke