Pak Renny M yth. Salam kenal. Saya salut juga terhadap upaya bapak untuk menguraikan sejarah Gajah Mada dari berbagai naskah. Diskusi tentang Gajah Mada sudah sering kita lakukan, termasuk dari berbagai versi <http://groups.yahoo.com/group/kebudayaan/message/596> . Apakah bapak berkenan mendiskusikan dan membabarkan lebih lanjut, supaya dapat kita klarifikasikan secara ilmiah? Terima kasih. Salam.
-ekadj --- In kebudayaan@yahoogroups.com, "Renny" <masm...@...> wrote: > > uraian NAGARAKRETAGAMA tentang GAJAH MADA > > Nagarakretagama adalah sastra kakawin karya pujangga besar Rakawi (mPu) > Prapanca yang juga bernama Nadendra, seorang Dharmadhyaksa ring > Kasaugatan (Budha), menggubah sampai dengan tahun 1365. > > Ditemukan pertama kali di Puri Cakranegara, Lombok, dengan teks dalam > huruf Bali. > > Pada bulan Juli 1978 mulai ditemukan naskah Nagarakretagama di beberapa > tempat di Bali: di Amlapura (Karang Asem), di Geria Pidada di Klungkung > dan dua naskah lagi di Geria Carik Sideman. > > Yang di Amlapura, milik seorang guru, pada halaman pertama tertulis > wawacan Jawa, artinya isi naskah itu bertalian dengan sejarah Jawa > (Majapahit). > > Pertama kali diterbitkan dalam huruf Bali, kemudian diterjemahkan oleh > H. Kern dengan beberapa keterangan dari N.J. Krom. Pigeaud menerbitkan > Nagarakretagama dengan judul: Java in the Fourteenth Century yang > terdiri dari lima jilid. Slamet Mulyana juga menerbitkan Nagarakretagama > ini. > > Dari 98 pupuh dan 384 pada, Gajah Mada hanya disebut dalam sepuluh pada, > antara lain : > > "Sebelah timur laut adalah tempat tinggal sang Gajah Mada, Patih dari > Majapahit yang utama, seorang menteri yang perwira, bijaksana dalam > kepemimpinan serta jujur dan berbakti pada raja, fasih dan tajam > bicaranya, hormat, tenang, teguh pendirian, gesit dan tidak ragu-ragu > dalam tindakan, pengawas tertinggi istana raja dan mengamankan kejayaan > raja sebagai penguasa dunia." (Nagarakretagama 12.4 :10). > > "Ada sebuah pemukiman tempat seorang pemeluk agama Budha, yaitu > Madakaripura, terpuji keindahannya, pemukiman anugerah raja kepada patih > Gajah Mada, tempat peristirahatannya sangat teratur dan dihias, ingin > meninjau, (mereka) pergi ke sana melewati Trasungai, mandi di Capahan > dan mengadakan pemujaan." (Nagarakretagama 19.2:17) > > "Dalam tahun saka, api panah matahari (1253) musuh musnah, Sadeng dan > Keta diserang oleh pasukan sendiri, pada waktu itu, perlindungan dunia > diserahkan pada sang menteri yang bernama Mada yang sangat arif." > (Nagarakretagama 49.3:36) > > "Pada pagi hari tersebutlah sang Raja keluar menerima para keluarga dan > menteri sudah berkumpul, para pangeran dan lain-lain serta para patih > duduk teratur di bangsal. Di sana patih yang perwira Gajah Mada > menghadap, tunduk dan berkata dengan hormat, bahwa ada penghormatan > pelepasan raja, semua supaya jangan mengabaikan." (Nagarakretagama > 63.1:48) > > "Di sana hadir sang Raja, semua menghadap menghormat selalu, ikut serta > terutama menteri patih Gajah Mada, semua dengan keluarga menghadap, > serta para kepala daerah dari wilayah pinggiran serta raja dari daerah > lain, sesudahnya semua berbakti dan menghormat duduk sesuai jabatan dan > tata cara." (Nagarakretagama 65.2:49) > "Sang Mahapatih Gajah Mada pada hari itu menghadap dan menghaturkan > sesaji, para wanita yang menanggung duka berdekatan, jelita di bayangan > pohon nagasari dan rajasa yang berbelit, para menteri dan pangeran yang > bertanggungjawab pada daerah ikut serta, juga para warga desa ikut > menghaturkan sesaji, bermacam bentuk tempat makanan mereka, ada yang > berbentuk kapal, gunung, rumah, ikan, tak putus-putusnya." > (Nagarakretagama 66.2:51) > > "Ketika raja pulang dari Simping, segera datang di istana, prihatin > kerena sakitnya menteri adimantra Gajah Mada, ia telah berusaha untuk > meluaskan pulau Jawa pada waktu lampau, yaitu dengan Bali, Sadeng, > bukti keberhasilannya memusnahkan musuh." (Nagarakretagama 70.3: 54) > > "Tiga, angin dan matahari tahun saka (1253) ia memangku tanggungjawab > kesejahteraan dunia, ia wafat pada tahun saka rasa badan matahari > (1286), raja sedih dan berduka, hanya karena keagungan citanya, ia tidak > memegang teguh cinta keduniawian, ingat akan hakekat makhluk, kebaikan > saja yang setiap hari difikirkan. Adapun pada pertemuan itu, raja dengan > ayahanda berkumpul, beserta ibu serta dua suadara raja tercinta ikut, > mereka berkumpul/bermusyawarah tentang dia, yang tahu segala kebajikan > dan dosa, abdi raja, untuk mengganti sang patih, diperbincangkan (namun) > tak ada berkenan di hati, menjadikan kesedihan yang menusuk. Raja > mengambil kebijakan dari sang Patih yang tak dapat diganti, karena tak > ada yang dapat mengganti, apabila ada kesulitan, urusan negara > (sementara) didiamkan, sebaiknya dipilih oleh raja menurut pandangan > beliau dari para pangeran yang bijak, yang dapat dipercaya kata-katanya > dan tahu apabila yang lain tak setuju, tanpa salah." (Nagarakretagama > 17.1,2,3 55) > > > > Salam Nusantara..! > > Renny Masmada > www.rennymasmada.com <http://www.rennymasmada.com/> > http://rennymasmada.wordpress.com <http://rennymasmada.wordpress.com/> >