Pak Renny ysh.

Terima kasih atas keterbukaannya. Diskusi yang dimaksud adalah di milis
ini, mungkin nanti kalau sudah banyak peminatnya kapan waktu kita adakan
kopi darat.

Saya memperhatikan bila bapak menekuni kajian Gajah Mada dan aspek
kebangsaan dari perspektif yang berbeda. Bolehkah tahu sumber-sumber
naskah yang bapak gunakan? Saya mendengar belum lama ini juga dilakukan
penafsiran NagaraKartagama oleh seorang profesor dari Bali, apakah
bahan-bahan bapak juga berasal dari itu?

Apakah juga dilakukan kajian chronotope terhadap berbagai naskah, serta
perbandingan konteks di tempat yang berbeda? Saya kira ini merupakan
tantangan yang cukup besar bagi sejarawan kita untuk membangun relasi
dan konteks dari berbagai fenomena kesejarahan.

Sementara demikian dulu pak. Terimakasih dan salam.

-ekadj


--- In kebudayaan@yahoogroups.com, Renny Masmada <masm...@...> wrote:
>
> Sahabat,
>
> Sdr. ekadj
>
> Salam,
>
> saya sangat menyambut baik gagasan saudara untuk mendiskusikan
> kesejarahan Gajah Mada, walau harus kita sadari bahwa sampai hari ini
> tidak banyak manuskrip yang menjelaskan eksistensi Gajah Mada, baik
> secara kesejarahan maupun gagasan-gagasan politiknya (tak terlepas
dari
> seabgreg kekurangannya sebagai manusia biasa..!)
>
>
>
> Kalaupun serius kita melakukan diskusi, hanya konklusi hipotesis yang
> paling-paling bisa kita lakukan, tapi mugkin itu lebih baik daripada
> tidak sama sekali.
>
>
>
> Sudah bertahun-tahun saya memimpikan ini. Kenapa?
>
>
>
> Pertama, kita rasanya malu pada peneliti bangsa asing (terutama dari
> Belanda) yang dengan sangat serius melakukan penelitian tak pernah
> berhenti, bukan saja tentang Gajah Mada, tapi perjalanan sejarah,
> budaya dan peradaban bangsa kita, yang terbukti 'pernah' mampu
> mengurusi negaranya sendiri tanpa campur tangan bangsa asing.
>
>
>
> Sebaliknya, kita sebagai anak bangsa sekarang ini seperti berrjalan
> dalam gelap, tak paham sejarah.Sehingga sering kehilangan jati diri
> kita sebagai bangsa besar yang 'beradab'. Kita sekarang lebih fasih
> bicara tentang kebesaran dan heroisme bangsa dan negara lain ketimbang
> bangsa sendiri (bahkan saya dengar, makanan luar sekarang jadi lebih
> enak dari makanan kita sendiri).
>
>
>
> Kita sekarang terjajah oleh budaya dan peradaban bangsa asing. Kita
> seperti tamu di negara sendiri. Kita tak mampu lagi melakukan
> introspeksi budaya yang pernah kita miliki dan terbukti mampu
> memberikan kepercayaan diri begitu besar sebagai bangsa kaya yang
mampu
> 'memberi makan' bangsa asing lebih dari tiga setengah abad lamanya.
> Namun sekarang, kita jadi pecundang, yang tak mampu buka warung di
> negara sendiri.
>
>
>
> Sekali lagi, saya sangat menyambut ide anda. Setidaknya diskusi ini
> akan membuka wacana dan khasanah baru memahami jati diri bangsa yang
> pernah besar ini.
>
>
>
> Banyak produk-produk Majapahit (= dan Gajah Mada) yang sampai sekarang
> ini kita pakai seperti kata Nusantara, Bhinneka Tunggal Ika, kata
> 'agama', kejaksaan (dharmadhyaksa), bhayangkara, merah-putih, nama
> satelit, bahkan nama Gajah Mada sangat populer digunakan sebagai merek
> dagang, nama jalan, universitas dan banyak lagi, namun tak ada
> keperdulian kita untuk memahami sejarahnya.
>
>
>
> Kalau Gajah Mada bukan orang besar, hari ini Universitas Gadjah Mada
> ganti nama. Nama-nama jalan yang menggunakan nama Gajah Mada sudah
> mulai diganti secara bertahap, dan banyak lagi yang lainnya.
>
>
>
> Saya berharap diskusi ini akan menjadi holispirit, paling tidak salah
> satu kontribusi bagi bangkitnya bangsa yang sedang terpuruk secara
> materil dan moril ini dengan membaca keberhasilan Majapahit menjadi
> negara pemersatu nusantara selama 170 tahun.. Sekali lagi, bukan untuk
> .mengkultuskan Gajah Mada. Percuma, orangnya sudah nggak ada..!
>
>
>
> Saya tunggu 'undangan'nya. Terimakasih.
>
>
>
> Salam Nusantara..!
>
> --- Pada Ming, 20/12/09, ffekadj 4ek...@... menulis:
>
> Dari: ffekadj 4ek...@...
> Judul: [kebudayaan] Re: uraian NAGARAKRETAGAMA tentang GAJAH MADA
> Kepada: kebudayaan@yahoogroups.com
> Tanggal: Minggu, 20 Desember, 2009, 5:25 AM
>
> Pak Renny M yth.
> Salam kenal. Saya salut juga terhadap upaya bapak untuk menguraikan
sejarah Gajah Mada dari berbagai naskah. Diskusi tentang Gajah Mada
sudah sering kita lakukan, termasuk dari berbagai versi. Apakah bapak
berkenan mendiskusikan dan membabarkan lebih lanjut, supaya dapat kita
klarifikasikan secara ilmiah? Terima kasih. Salam.
> -ekadj
>
> --- In kebuday...@yahoogro ups.com, "Renny" masmada@ wrote:
> >
> > uraian NAGARAKRETAGAMA tentang GAJAH MADA
> >
> > Nagarakretagama adalah sastra kakawin karya pujangga besar Rakawi
(mPu)
> > Prapanca yang juga bernama Nadendra, seorang Dharmadhyaksa ring
> > Kasaugatan (Budha), menggubah sampai dengan tahun 1365.
> >
> > Ditemukan pertama kali di Puri Cakranegara, Lombok, dengan teks
dalam
> > huruf Bali.
> >
> > Pada bulan Juli 1978 mulai ditemukan naskah Nagarakretagama di
beberapa
> > tempat di Bali: di Amlapura (Karang Asem), di Geria Pidada di
Klungkung
> > dan dua naskah lagi di Geria Carik Sideman.
> >
> > Yang di Amlapura, milik seorang guru, pada halaman pertama tertulis
> > wawacan Jawa, artinya isi naskah itu bertalian dengan sejarah Jawa
> > (Majapahit).
> >
> > Pertama kali diterbitkan dalam huruf Bali, kemudian diterjemahkan
oleh
> > H. Kern dengan beberapa keterangan dari N.J. Krom. Pigeaud
menerbitkan
> > Nagarakretagama dengan judul: Java in the Fourteenth Century yang
> > terdiri dari lima jilid. Slamet Mulyana juga menerbitkan
Nagarakretagama
> > ini.
> >
> > Dari 98 pupuh dan 384 pada, Gajah Mada hanya disebut dalam sepuluh
pada,
> > antara lain :
> >
> > "Sebelah timur laut adalah tempat tinggal sang Gajah Mada, Patih
dari
> > Majapahit yang utama, seorang menteri yang perwira, bijaksana dalam
> > kepemimpinan serta jujur dan berbakti pada raja, fasih dan tajam
> > bicaranya, hormat, tenang, teguh pendirian, gesit dan tidak
ragu-ragu
> > dalam tindakan, pengawas tertinggi istana raja dan mengamankan
kejayaan
> > raja sebagai penguasa dunia." (Nagarakretagama 12.4 :10).
> >
> > "Ada sebuah pemukiman tempat seorang pemeluk agama Budha, yaitu
> > Madakaripura, terpuji keindahannya, pemukiman anugerah raja kepada
patih
> > Gajah Mada, tempat peristirahatannya sangat teratur dan dihias,
ingin
> > meninjau, (mereka) pergi ke sana melewati Trasungai, mandi di
Capahan
> > dan mengadakan pemujaan." (Nagarakretagama 19.2:17)
> >
> > "Dalam tahun saka, api panah matahari (1253) musuh musnah, Sadeng
dan
> > Keta diserang oleh pasukan sendiri, pada waktu itu, perlindungan
dunia
> > diserahkan pada sang menteri yang bernama Mada yang sangat arif."
> > (Nagarakretagama 49.3:36)
> >
> > "Pada pagi hari tersebutlah sang Raja keluar menerima para keluarga
dan
> > menteri sudah berkumpul, para pangeran dan lain-lain serta para
patih
> > duduk teratur di bangsal. Di sana patih yang perwira Gajah Mada
> > menghadap, tunduk dan berkata dengan hormat, bahwa ada penghormatan
> > pelepasan raja, semua supaya jangan mengabaikan. " (Nagarakretagama
> > 63.1:48)
> >
> > "Di sana hadir sang Raja, semua menghadap menghormat selalu, ikut
serta
> > terutama menteri patih Gajah Mada, semua dengan keluarga menghadap,
> > serta para kepala daerah dari wilayah pinggiran serta raja dari
daerah
> > lain, sesudahnya semua berbakti dan menghormat duduk sesuai jabatan
dan
> > tata cara." (Nagarakretagama 65.2:49)
> > "Sang Mahapatih Gajah Mada pada hari itu menghadap dan menghaturkan
> > sesaji, para wanita yang menanggung duka berdekatan, jelita di
bayangan
> > pohon nagasari dan rajasa yang berbelit, para menteri dan pangeran
yang
> > bertanggungjawab pada daerah ikut serta, juga para warga desa ikut
> > menghaturkan sesaji, bermacam bentuk tempat makanan mereka, ada yang
> > berbentuk kapal, gunung, rumah, ikan, tak putus-putusnya. "
> > (Nagarakretagama 66.2:51)
> >
> > "Ketika raja pulang dari Simping, segera datang di istana, prihatin
> > kerena sakitnya menteri adimantra Gajah Mada, ia telah berusaha
untuk
> > meluaskan pulau Jawa pada waktu lampau, yaitu dengan Bali, Sadeng,
> > bukti keberhasilannya memusnahkan musuh." (Nagarakretagama 70.3: 54)
> >
> > "Tiga, angin dan matahari tahun saka (1253) ia memangku
tanggungjawab
> > kesejahteraan dunia, ia wafat pada tahun saka rasa badan matahari
> > (1286), raja sedih dan berduka, hanya karena keagungan citanya, ia
tidak
> > memegang teguh cinta keduniawian, ingat akan hakekat makhluk,
kebaikan
> > saja yang setiap hari difikirkan. Adapun pada pertemuan itu, raja
dengan
> > ayahanda berkumpul, beserta ibu serta dua suadara raja tercinta
ikut,
> > mereka berkumpul/bermusyaw arah tentang dia, yang tahu segala
kebajikan
> > dan dosa, abdi raja, untuk mengganti sang patih, diperbincangkan
(namun)
> > tak ada berkenan di hati, menjadikan kesedihan yang menusuk. Raja
> > mengambil kebijakan dari sang Patih yang tak dapat diganti, karena
tak
> > ada yang dapat mengganti, apabila ada kesulitan, urusan negara
> > (sementara) didiamkan, sebaiknya dipilih oleh raja menurut pandangan
> > beliau dari para pangeran yang bijak, yang dapat dipercaya
kata-katanya
> > dan tahu apabila yang lain tak setuju, tanpa salah."
(Nagarakretagama
> > 17.1,2,3 55)
> >
> >
> >
> > Salam Nusantara..!
> >
> > Renny Masmada
> > www.rennymasmada. com <http://www.rennymas mada.com/>
> > http://rennymasmada .wordpress. com <http://rennymasmada .wordpress.
com/>
> >



Kirim email ke