[P1190406] selamat jalan GAJAH MADA...... oleh Renny Masmada <http://www.rennymasmada.com/>
Banyak sekali cerita, dongeng, legenda dan versi yang berkembang seputar kehidupan Gajah Mada, antara lain: [mceWPmore mceItemNoResize] Gajah Mada orang besar, bahkan sebagian besar versi menganggap bahwa Gajah Mada keturunan dewa Brahma. Gajah Mada berhasil mempersatukan Nusantara. Gajah Mada telah mengucapkan sumpah Amukti Palapa. Gajah Mada seorang Patih yang mengabdikan hidupnya untuk negara dan bangsa. Gajah Mada mempunyai istri bernama Ken Bebed (sebagian versi menyatakan mempunyai anak, sebagian lainnya tidak). Gajah Mada lahir di daerah Malang, sebagian versi menyatakan di Bali, Mojokerto, Lumajang, Lamongan, daerah dekat gunung Bromo, Purworejo, Batak, Nusa Tenggara dan beberapa daerah lainnya, bahkan Cina. Gajah Mada mepunyai keturunan di Bali dan di daerah Jawa Timur lainnya (beberapa versi mengatakan tidak). Waktu, tempat kelahiran dan kematiannya tidak pernah diketahui. Terlalu sedikit tempat dan waktu untuk menuliskan kegagahan dan kebijaksanaan Gajah Mada dalam memimpin negara selama tiga puluh tahun itu. Kalau kita mau jujur, kita seharusnya bangga dan berbesar hati memiliki kakek moyang seperti Gajah Mada. Gajah Mada, manusia yang seluruh hidupnya diserahkan mutlak bagi negara dan kebesaran bangsa yang peduli terhadap kesejahteraan masyarakat luas. Dia tidak pernah berfikir kapan namanya ditulis di lempengan emas, di atas prasasti. Dia tidak pernah berfikir namanya akan jadi kontroversial di hari kemudian. Satu yang ada di jiwanya: Bagaimana seluruh nusantara dapat bersatu, dan rakyat menikmati kesejahteraan yang berkeadilan, merdeka dan mampu menjadi anak bangsa seutuhnya atas tanah warisan nenek-moyangnya. Tapi kemudian `'legenda'' kebesaran Majapahit sebagai PEMERSATU BANGSA SELURUH NUSANTARA, yang dikenal hampir di seluruh mancanegara pada zamannya pada tahun 1293 s.d 1478 itu kemudian seperti mengalami stagnasi. Di perpustakaan dan toko-toko buku, "dongeng" mengenai kebesaran Majapahit (baca: Gajah Mada <http://www.rennymasmada.com/> ) ini semakin langka didapat. Kita lebih cepat menemukan buku yang bercerita banyak tentang fiksi mengenai keperkasaan mahluk-mahluk luar angkasa versi Amerika dan Jepang, yang begitu melekat di alam pikiran anak-anak abad ini. Kita sudah melupakan siapa Gajah Mada. Kecuali tentunya kita hanya ingat bahwa Gajah Mada hanyalah nama perguruan tinggi, sekolah, nama jalan, nama kapal perang, nama institusi, nama restauran, nama toko buku dan bahkan nama beberapa merek dagang. Kita bahkan hampir lupa bahwa Patih Gajah Mada yang terlahir tanpa diketahui asal-usulnya itu selain sekedar sebagai seorang penduduk biasa, pada zaman itu sudah mampu menyusun tatanan pemerintahan yang mengacu pada pola persatuan dan kesatuan bangsa. Keterbatasan komunikasi pada zaman itu tidak menjadi halangan bagi Gajah Mada untuk menerapkan langkah-langkah diplomasi dengan negara lain, bahkan ke Cina yang waktu itu menguasai hampir seluruh belahan Asia. Gajah Mada betul-betul cerminan seorang ksatria sejati. Sikap, tindakan dan perilakunya sangat lugas, tegas, bijaksana, arif, cerdas, bertanggungjawab dan tidak mementingkan diri sendiri. Sebagai seorang ksatria sejati, Gajah Mada sangat menjunjung tinggi sila-sila kajiwan. Demi persatuan dan kesatuan, Gajah Mada tidak segan-segan melakukan tindakan apapun demi kesejahteraan masyarakat luas. Kita lihat pada saat dia menghukum mati Ra Kembar dan Ra Warak, setingkat Dharmaputera, karena jelas-jelas Ra Kembar menentang konsep persatuan bangsa yang diucapkannya di paseban agung tahun 1334 yang terkenal dengan Sumpah Amukti Palapa. Ra Kembar telah melakukan dua kesalahan sangat besar. Pertama, mendahului penyerbuan ke Sadeng pada tahun 1330/1331 yang mengakibatkan pertumpahan darah sia-sia. Kedua, menentang konsep persatuan bangsa. Fenomena ini sangat menarik untuk dikaji. Ra Kembar seorang tokoh yang mempunyai kedudukan tinggi saat itu, setingkat Dharmaputera. Tapi bagi Gajah Mada supremasi hukum harus ditegakkan. Baginya, negara akan kokoh berdiri di atas kepentingan kesejahteraan rakyat apabila sendi hukum menjadi landasan berpijak seluruh kebijakan dan kinerja pemerintahan, tanpa kecuali. Mengenai hal ini, Gajah Mada sangat tegas.Ini juga terlihat jelas pada saat Gajah Mada tanpa kompromi membunuh anak buahnya sendiri dari kesatuan Bhayangkara karena khawatir anak buahnya itu akan membocorkan rahasia persembunyian Prabu Sri Jayanagara di Badander, yang akan mengancam keselamatan Raja yang menjadi junjungannya itu. Tetapi ternyata seorang Gajah Mada yang berdarah ksatria dan militer sejati itu mempunyai kelembutan melebihi para pendeta sendiri ketika dia secara tekun dan telaten membangun prasasti candi Singasari di Malang sebagai penghormatan kepada Prabhu Sri Kertanegara sebagai pencetus pertama program kesatuan dan persatuan bangsa. Bukan itu saja, yang sangat menarik untuk dijadikan suri tauladan adalah sikapnya yang tetap bersahaja sebagai seorang patih yang menghamba kepada tiga raja tanpa sedikitpun ada keinginan dari dalam dirinya untuk menggulingkan pemerintahan., selama raja berdiri di atas kepentingan rakyatnya. Padahal kekuasaan pemerintahan dan militer pada saat itu mutlak berada di bawah kendalinya. Sejarah mencatat, kejatuhan Majapahit dimulai sejak kematian Gajah Mada pada tahun 1364. Setelah kematiannya, jabatan Gajah Mada dipegang tidak kurang oleh lima menteri. Ini suatu indikasi yang menarik untuk menilai sejauh mana kemampuan Gajah Mada memimpin negara tanpa pamrih. Kini Gajah Mada telah tiada. Dia pergi tidak pernah meninggalkan warisan harta sedikitpun, bahkan keturunanpun tak punya. Tetapi dia pergi meninggalkan pesan dan falsafah yang tidak akan pernah pudar bagi 'anak cucu'nya di Nusantara ini yaitu persatuan dan kesatuan bangsa. Terlalu naïf menilai Gajah Mada sebagai bagian yang terpisah dari perjuangan bangsa kalau kita merasa sebagai bangsa yang mau menghargai jasa pahlawan, terlebih pahlawan yang sepanjang hidupnya diabdikan hanya untuk bangsa dan negaranya. Pahlawan yang tidak punya pamrih apapun kecuali mempersatukan Nusantara dari Sabang sampai Merauke, mungkin lebih luas lagi. Tidak ada gading yang tak retak. Gajah Mada pun demikian. Barangkali kalaupun ada kelemahannya tidak lebih pada saat terjadinya perang Bubat yang pecah berdasarkan kesalahpahaman antara raja Sunda dengan kebijakan politik Nusantara Majapahit yang digagas oleh Gajah Mada. Tetapi dengan segala kebesaran hatinya, kekecewaan Hayam Wuruk sebagai raja yang berkuasa pada saat itu, raja yang besar karena momongannya sejak masih bayi, diwujudkan dengan cara melepaskan jabatannya secara total. Gajah Mada muksya, meninggalkan sejarah yang sulit untuk dihapus walau buku-buku tentang kebesarannya sulit dicari lagi di toko buku terdekat, tulis Nagarakretagama: Tiga, angin dan matahari tahun saka (1253) ia memangku tanggungjawab kesejahteraan dunia, ia wafat pada tahun saka rasa badan matahari (1286), raja sedih dan berduka, hanya karena keagungan citanya, ia tidak memegang teguh cinta keduniawian, ingat akan hakekat makhluk, kebaikan saja yang setiap hari difikirkan. Adapun pada pertemuan itu, raja dengan ayahanda berkumpul, beserta ibu serta dua suadara raja tercinta ikut, mereka berkumpul/bermusyawarah tentang dia, yang tahu segala kebajikan dan dosa, abdi raja, untuk mengganti sang patih, diperbincangkan (namun) tak ada berkenan di hati, menjadikan kesedihan yang menusuk. Raja mengambil kebijakan dari sang Patih yang tak dapat diganti, karena tak ada yang dapat mengganti, apabila ada kesulitan, urusan negara (sementara) didiamkan, sebaiknya dipilih oleh raja menurut pandangan beliau dari para pangeran yang bijak, yang dapat dipercaya kata-katanya dan tahu apabila yang lain tak setuju, tanpa salah. (Nag. 17.1,2,3 55) Selamat jalan orang besar. Namamu akan tetap abadi di hati setiap bangsa ini, bangsa yang terus haus mempertahankan nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa ini, bangsa yang sekarang ini sangat prihatin terhadap rong-rongan sebagian orang yang ingin memecah-belah bangsa dan negara yang telah kau persatukan ini, bangsa yang sekarang mengalami stagnasi perjalanan politiknya karena ada sebagian orang yang berjuang hanya bagi kepentingannya sendiri, bangsa yang sebagian pejabatnya sekarang melakukan korup tanpa rasa malu, bangsa yang satu dan lainnya sudah saling tidak perduli lagi, bangsa yang sudah tidak perduli dengan pendidikan anak cucunya, bangsa yang sudah terbiasa menahan lapar dan hidup bersahaja sementara kebijakan konsumerisme dan gaya hidup berlebihan menjadi prioritas utama bagi sebagian kecil masyarakatnya, bangsa yang tidak perduli lagi dengan rasa nasionalisme bangsanya, bangsa yang sebagian sumberdaya alamnya sudah tergadaikan dan dinikmati oleh bangsa asing yang pada zamanmu justru sangat diharamkan. Selamat jalan orang besar. Kami rindu kelahiranmu kembali, orang yang terlahir hanya untuk kemajuan bangsanya tanpa pernah sedikitpun berfikir bagaimana terlebih dahulu memajukan, mensejahterakan dan membahagiakan pribadi dan keluargamu. Seorang militer sejati yang budayawan, negarawan dan tetap berdiri di atas sendi-sendi keagamaan yang sangat kuat. Pada zamanmu, kemajuan di bidang sosial, ekonomi, politik, keamanan, kebudayaan, peradaban, agama dan pendidikan mengalami kemajuan yang tak terhingga. Ini membuat negara mancanegara kagum dan segan. Persatuan bangsa menciptakan kemajuan yang sangat inheren. Selamat jalan orang besar. Semoga energimu tetap berada di atas mayapada Nusantara ini. Mengayomi dan terus memberikan inspirasi dan kekuatan moral bagi bangsa ini, bangsa yang sudah lelah diguncang perpecahan dan kemunafikan, bangsa yang rindu akan kebesaran, keagungan, kesejahteraan dan kemakmuran masa lalu yang sering diceritakan kakek-nenek kita, bangsa yang sudah bosan dijajah oleh berbagai bentuk penjajahan; bangsa asing, kebudayaan dan peradaban asing, sistem dan konsep perekonomian asing yang pada akhirnya hanya akan menguntungkan negara asing. Selamat jalan orang besar, Gajah Mada, Mantrywira, Mahapatih Amangkubumi Wilwatikta Agung. Salam Nusantara..! <http://rennymasmada.wordpress.com/>