[143]

MAJAPAHIT, SEBAGAI NEGARA MARITIM

oleh Renny Masmada <http://www.rennymasmada.com/>

Majapahit pada abad 13-15 terbukti (pada zamannya) mampu menjawab
kebutuhan masyarakat luas sampai ke pelosok negeri.

  [mceWPmore mceItemNoResize] Hal yang menarik untuk dikaji adalah bahwa
keberhasilan itu salah satunya dengan menerapkan sebuah ideologi yang
sangat berharga yaitu persatuan bangsa yang diambil dari akar falsafah
Bhinneka Tunggal Ika tan hana dharma mangrwa yang tertuang dalam kitab
Sutasoma karya Rakawi Tantular.

Dengan sangat cerdas Gajah Mada sebagai Mahapatih Amangkubumi mampu
mengapresiasikan amanat kebhinnekaan itu dengan menetapkan Negara saat
itu sebagai Negara Bahari, negara maritim, sebagai konsep strategis
bangsa.

Kemampuannya menangkap kekayaan bangsa sebagai negara rantai mutu
manikam yang dikelilingi perairan luas, Gajah Mada,  dengan sangat
brilian menetapkan setidaknya tiga hal pada saat dia menduduki jabatan
Mahapatih Amangkubumi, yaitu:

    1. Menjadikan Sumpah Amukti Palapa sebagai landasan Garis Besar
Perencanaan Strategis Negara dalam melakukan kebijakan Persatuan Bangsa
dengan salah satunya menetapkan garis demarkasi, heterogenisasi
demografi, peta geografi dan geologi Nusantara Raya seperti yang
tertuang dalam Sumpah Amukti Palapa yang diucapkannya di paseban agung
Majapahit berdasarkan konsep dasar yang dicanangkan oleh Sri
Kertanagara, raja terakhir Singasari. Dalam hal ini, Gajah Mada dengan
cerdas mampu memanfaatkan kekacauan dalam negeri Cina saat itu untuk
meminta dukungan penuh dari Kaisar (dinasti Yuan) yang sedang berseteru
dengan Hung Wu (yang kelak menggantikan kedinastian Yuan dengan dinasti
Ming yang sangat populer itu) di Cina bagi terlaksananya program
persatuan Nusantara. Dan Cina saat itu memberikan restu melalui
Adityawarman pada dua kunjungan politiknya ke Cina pada tahun 1325 dan
1332.
    2. Membentuk Angkatan Laut yang selama ini belum dimiliki Majapahit
secara terorganisir dengan baik yaitu Jaladi Bala sebagai kesatuan
militer elit yang disiapkan menjaga seluruh perairan Nusantara dengan
cara:
- merekrut prajurit/pasukan secara besar-besaran sekaligus memberikan
pendidikan dan pelatihan berdasarkan sumber yang diadaptasi dari
Sriwijaya yang terbukti mampu menjadi kerajaan besar di lautan pada
zamannya
- mengadakan dan membangun seluruh fasilitas yang dibutuhkan seperti
kelengkapan persenjataan dan kapal-kapal militer
- menciptakan kebijakan, perundangan dan job-description yang sangat
jelas terhadap seluruh kesatuan militer saat itu, bersama-sama dengan
Bhayangkara dan produk-produk hukum lainnya
    3. Menetapkan Selat Malaka dan pelabuhan besar lain seperti Tuban,
Gresik dan lainnya menjadi pelabuhan internasional sebagai pintu
perdagangan mancanegara. Hal ini terbukti sangat ampuh, Majapahit
berkembang sangat pesat. Selat Malaka menjadi pelabuhan besar dunia.
Sebagai warisan bangsa, sampai saat ini Selat Malaka tercatat sebagai
pelabuhan teramai di dunia.

Saat itu seluruh rakyat secara merata hidup berkecukupan, sejahtera,
gemah ripah loh jinawi. Kekayaan alam, budaya dan corak agama menjadi
mutu manikam yang sangat agung merasuk ke dalam setiap jiwa masyarakat
Nusantara Raya. Nelayan dan Petani hidup berkecukupan dan mampu menjual
hasil produksinya sampai ke mancanegara. Perekonomian tumbuh sangat
cepat. Perkembangan peradaban mampu mencerdaskan bangsa dari rakyat
biasa sampai bangsawan secara signifikan.

Namun sekarang, lebih dari enam ratus tahun kemudian, bangsa kita
seperti bangsa yang baru lahir, tak mampu memahami kekayaan sumber daya
sehingga menjadi bangsa tertinggal. Bangsa miskin yang dipenuhi oleh
ketidakpercayaan diri menghadapi masa depan.

Sebagian masyarakat hidup dalam keterpurukan ekonomi dan sama sekali tak
mampu mengapresiasikan budaya dan peradaban besar yang pernah
dimilikinya jauh sekian ratus tahun lalu. Sementara budaya korupsi
seperti menjadi bagian yang tak terpisahkan dari setiap inchi urat nadi
bangsa.

Para petinggi negara sibuk memikirkan diri dan golongan/partai
politiknya. Untuk itu tak segan rakyat dijadikan barang dagangan yang
dijual dengan harga murah, bahkan dipaksa untuk tetap menjadi bodoh,
robot, mesin pintar yang sebenarnya bodoh karena tak mampu menciptakan
kecerdasan untuk dirinya sendiri.

Sebagai indikasi, 22% penduduk Indonesia yang hidup di pesisir saat ini
masih sangat konservatif. Dan mencirikan masyarakat tradisional dengan
kondisi strata sosial ekonomi yang sangat rendah.

Sensus tahun 1990 menunjukkan angka yang sangat memprihatinkan, bahwa
79,05% tenaga kerja perikanan dan nelayan tradisional tidak tamat SD.

Hal di atas jelas memberikan gambaran nyata betapa bangsa kita nyaris
kehilangan jati diri sebagai bangsa besar yang sebenarnya memiliki
potensi kelautan tak terbatas. Namun, ketidakmampuan pemerintah
memfasilitasi dan memberikan potensi hidup bagi lebih dari 230 juta
rakyat untuk hidup layak telah memporak-porandakan sendi-sendi kehidupan
di segala sektor.

Rakyat tak lagi mampu menangkap nilai-nilai hakiki berkemanusiaan.

Salam Nusantara..! <http://www.rennymasmada.wordpress.com/>

Kirim email ke