Sebenarnya kurang enak kalau berdebat dimilis kebudayaan .....krn saya sbnrnya 
lbh senang menikmati saja membaca saja peristiwa2/ sejarah2 budaya dsb 
......jadi mohon maaf kalau kali ini saya menanggapi.........
Semula saya mengira akan menikmati bacaan ttg sejarah maritim Majapahit (saja) 
tapi rupanya itu hanya separuh saja ... dan separuh berikutnya rupanya lbh 
mengemukakan   tentang kritik atas kondisi memprihatinkan bangsa kit a 
sekarang.........
Maksudnya saya kira baik .....ialah ingin memberikan semangat agar bangsa kita 
bangkit kembali seperti pd masa jaya Majapahit dulu ......namun membandingkan 
Indonesia masa Majapahit dan  Indonesia masa kini kok sepertinya kurang 
proporsional ya?..........
Setidaknya kalau jumlah penduduk ita saat ini 235juta dgn pertambahan pertahun 
sekitar 3.5 – 4 juta jiwa ........tapi pada tahun 1900-an atau 100-an tahun yl. 
........penduduk kita barulah berjumlah sekitar 40-an juta jiwa........ dan 
pada abad 14 atau 600-an tahun yl kita bisa bayangkan berapa  jumlah pendudk 
‘Indonesia’ kala itu ......apakah ada 10 juta jiwa?........ jangan2 juga tidak 
nyampe segitu ........siapa tahu baru sekitar 2juta jiwa saja?...........
Bgmn Majapahit/ Gajahmada ‘menguasai’ / ‘mempersatukan’  nusantara sangatlah  
berbeda konteks dan kondisinya dgn bgmn angkatan 45 ‘memerdekakan’ nusantara 
...........lawan dari Gajahmada adalah suku2  ‘bangsa sendiri’ .......yg belum 
tentu juga asalnya ‘lawan’ .....sambil berupa kerajaan2 kecil skala kampung/ 
kecamatan dgn jumlah penduduk tak banyak dan persenjataan serba sederhana 
......lalu jangan2 tanpa sebab  juga tiba2 main diserang begitu saja oleh 
gajahmada  utk ‘disatukan’ dalam wadah ‘nusantara’ ........
Sementara itu angkatan 45 maupun angkatan2 sebelumnya seperti sejak angkatan 
1928 hrs berjuang ‘membebaskan’ nusantara dari cengkeraman Belanda dlm kondisi 
persenjataan kita amat primitip dan Belanda dgn persenjataan lengkap serta 
modern...... .
Kemudian ketika ‘nusantara’ (dgn jumlah penduduk tak sebanyak sekarang)  
disatukan  oleh gajahmada ........mereka kala itu  tidak diperas habis ......pd 
masa itu yg namanya kebutuhan hidup juga tidak seberat sekarang  ....kala itu 
(masa majapahit) pastilah tidak ada SPP utk anak sekolah  ..dan para orangtua 
tidak harus dibebani biaya utk anak harus kuliah di PT serta transport sehari2 
.....hrs bayar listrik, telpon dsb......ingin punya rumah ya tinggal menebang 
pohon lalu mendirikannya ...tidak perlu uang muka KPR segala .......
Sementara itu ‘nusantara’ yg berhasil dibebaskan oleh angkatan 45 
....keadaannya sudah kurus kering bekas dijajah belanda 350 tahun ditambah 
dihisap habis oleh jepang 3.5 tahun .......lalu masih juga ditambah dibuat 
porak poranda selama 33 tahun oleh orba ........dan sekarang dgn susah payah 
sdg terus dicoba utk disejahterakan kembali .......
Krn yg lebih fair adalah brkali kita kenang saja Majapahit kita dulu sbg 
warisan sejarah.......dan kita optimis saja (sambil semuanya kerja keras) 
mudah2an pembangunan serta segala bentuk reformasi dipelbagai bidang/ sektor 
kehidupan kita sekarang  ini dpt berhasil baik dan rakyat kembali sejahtera  
........yg ukuran2nya tentu serba beda dgn masa majapahit kita dulu 
.........salam, 
aby
 


--- On Mon, 3/29/10, Renny <masm...@ymail.com> wrote:


From: Renny <masm...@ymail.com>
Subject: [kebudayaan] MAJAPAHIT, SEBAGAI NEGARA MARITIM
To: kebudayaan@yahoogroups.com
Date: Monday, March 29, 2010, 2:21 AM


  





MAJAPAHIT, SEBAGAI NEGARA MARITIM
oleh Renny Masmada 
Majapahit pada abad 13-15 terbukti (pada zamannya) mampu menjawab kebutuhan 
masyarakat luas sampai ke pelosok negeri.
Hal yang menarik untuk dikaji adalah bahwa keberhasilan itu salah satunya 
dengan menerapkan sebuah ideologi yang sangat berharga yaitu persatuan bangsa 
yang diambil dari akar falsafah Bhinneka Tunggal Ika tan hana dharma mangrwa 
yang tertuang dalam kitab Sutasoma karya Rakawi Tantular.
Dengan sangat cerdas Gajah Mada sebagai Mahapatih Amangkubumi mampu 
mengapresiasikan amanat kebhinnekaan itu dengan menetapkan Negara saat itu 
sebagai Negara Bahari, negara maritim, sebagai konsep strategis bangsa.
Kemampuannya menangkap kekayaan bangsa sebagai negara rantai mutu manikam yang 
dikelilingi perairan luas, Gajah Mada,  dengan sangat brilian menetapkan 
setidaknya tiga hal pada saat dia menduduki jabatan Mahapatih Amangkubumi, 
yaitu:

Menjadikan Sumpah Amukti Palapa sebagai landasan Garis Besar Perencanaan 
Strategis Negara dalam melakukan kebijakan Persatuan Bangsa dengan salah 
satunya menetapkan garis demarkasi, heterogenisasi demografi, peta geografi dan 
geologi Nusantara Raya seperti yang tertuang dalam Sumpah Amukti Palapa yang 
diucapkannya di paseban agung Majapahit berdasarkan konsep dasar yang 
dicanangkan oleh Sri Kertanagara, raja terakhir Singasari. Dalam hal ini, Gajah 
Mada dengan cerdas mampu memanfaatkan kekacauan dalam negeri Cina saat itu 
untuk meminta dukungan penuh dari Kaisar (dinasti Yuan) yang sedang berseteru 
dengan Hung Wu (yang kelak menggantikan kedinastian Yuan dengan dinasti Ming 
yang sangat populer itu) di Cina bagi terlaksananya program persatuan 
Nusantara. Dan Cina saat itu memberikan restu melalui Adityawarman pada dua 
kunjungan politiknya ke Cina pada tahun 1325 dan 1332.
Membentuk Angkatan Laut yang selama ini belum dimiliki Majapahit secara 
terorganisir dengan baik yaitu Jaladi Bala sebagai kesatuan militer elit yang 
disiapkan menjaga seluruh perairan Nusantara dengan 
cara:                                                                                                                   
 - merekrut prajurit/pasukan secara besar-besaran sekaligus memberikan 
pendidikan dan pelatihan berdasarkan sumber yang diadaptasi dari Sriwijaya yang 
terbukti mampu menjadi kerajaan besar di lautan pada 
zamannya                                                                              
 - mengadakan dan membangun seluruh fasilitas yang dibutuhkan seperti 
kelengkapan persenjataan dan kapal-kapal
 militer                           - menciptakan kebijakan, perundangan dan 
job-description yang sangat jelas terhadap seluruh kesatuan militer saat itu, 
bersama-sama dengan Bhayangkara dan produk-produk hukum lainnya
Menetapkan Selat Malaka dan pelabuhan besar lain seperti Tuban, Gresik dan 
lainnya menjadi pelabuhan internasional sebagai pintu perdagangan mancanegara. 
Hal ini terbukti sangat ampuh, Majapahit berkembang sangat pesat. Selat Malaka 
menjadi pelabuhan besar dunia. Sebagai warisan bangsa, sampai saat ini Selat 
Malaka tercatat sebagai pelabuhan teramai di dunia.
Saat itu seluruh rakyat secara merata hidup berkecukupan, sejahtera, gemah 
ripah loh jinawi. Kekayaan alam, budaya dan corak agama menjadi mutu manikam 
yang sangat agung merasuk ke dalam setiap jiwa masyarakat Nusantara Raya. 
Nelayan dan Petani hidup berkecukupan dan mampu menjual hasil produksinya 
sampai ke mancanegara. Perekonomian tumbuh sangat cepat. Perkembangan peradaban 
mampu mencerdaskan bangsa dari rakyat biasa sampai bangsawan secara signifikan.
Namun sekarang, lebih dari enam ratus tahun kemudian, bangsa kita seperti 
bangsa yang baru lahir, tak mampu memahami kekayaan sumber daya sehingga 
menjadi bangsa tertinggal. Bangsa miskin yang dipenuhi oleh ketidakpercayaan 
diri menghadapi masa depan.
Sebagian masyarakat hidup dalam keterpurukan ekonomi dan sama sekali tak mampu 
mengapresiasikan budaya dan peradaban besar yang pernah dimilikinya jauh sekian 
ratus tahun lalu. Sementara budaya korupsi seperti menjadi bagian yang tak 
terpisahkan dari setiap inchi urat nadi bangsa.
Para petinggi negara sibuk memikirkan diri dan golongan/partai politiknya. 
Untuk itu tak segan rakyat dijadikan barang dagangan yang dijual dengan harga 
murah, bahkan dipaksa untuk tetap menjadi bodoh, robot, mesin pintar yang 
sebenarnya bodoh karena tak mampu menciptakan kecerdasan untuk dirinya sendiri.
Sebagai indikasi, 22% penduduk Indonesia yang hidup di pesisir saat ini masih 
sangat konservatif. Dan mencirikan masyarakat tradisional dengan kondisi strata 
sosial ekonomi yang sangat rendah.
Sensus tahun 1990 menunjukkan angka yang sangat memprihatinkan, bahwa 79,05% 
tenaga kerja perikanan dan nelayan tradisional tidak tamat SD.
Hal di atas jelas memberikan gambaran nyata betapa bangsa kita nyaris 
kehilangan jati diri sebagai bangsa besar yang sebenarnya memiliki potensi 
kelautan tak terbatas. Namun, ketidakmampuan pemerintah memfasilitasi dan 
memberikan potensi hidup bagi lebih dari 230 juta rakyat untuk hidup layak 
telah memporak-porandakan sendi-sendi kehidupan di segala sektor.
Rakyat tak lagi mampu menangkap nilai-nilai hakiki berkemanusiaan.
Salam Nusantara..! 







      

Kirim email ke