Kang Wandy, kalau boleh, mohon diberi contoh amalan sehari2 yg kita jumpai dimasyarakat yg termasuk bid’ah.

Makasih sebelumnya .

Wassalam

 

-----Original Message-----
From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of wandy sulastra
Sent: Thursday, July 20, 2006 11:32 AM
To: keluarga-islam@yahoogroups.com
Subject: [keluarga-islam] Sunnah dan Bid'ah (4)

 

Mari kita memperhatikan ciri-ciri bid’ah berdasarkan definisi dari as-Syathibi,

 

Bid’ah Meniru Jalan Syari’at

-----------------------------------

Ada banyak hal  yang yang diciptakan manusia dalam agama yang tidak mempunyai sandaran dan dasar dalam syari’at. Hanya saja ia mempunyai sisi kemiripan dengan suatu ajaran syari’at. Karena bentuknya yang menyerupai ibadah dan meniru jalan syariat, maka hal inilah yang dianggap baik oleh para pembuat bid’ah dan para pengikut bid’ah. Jadi sisi kemiripannya ini yang kemudian mereka menganggapnya baik, sedang jika jelas-jelas berbeda dengan syari’at tentu mereka akan menolaknya.

 

Bid’ah Bersikap berlebih-lebihan dalam Beribadah

-------------------------------------------------------------

Maksud berlebih-lebihan ini adalah biasanya mereka yang membuat praktek bid’ah melakukan hal itu dengan tujuan untuk berlebih-lebihan dalam ber-taqarrub kepada Allah SWT. Mereka merasa tidak puas dengan apa yang telah dajarkan syari’at.

 

Apakah niat baik itu dapat menjustifikasi tindakan mereka? Tentu saja tidak. Karena telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam masalah ibadah, kita harus melengkapi dua hal yaitu niat yang ikhlas  dan mutaba’ah (beribadah dengan mengikuti cara yang diajarkan Rasulullah saw). Jadi sebenarnya ukuran dan karakteristik ibadah yang benar amatlah jelas, yaitu HARUS mengikuti tuntunan Rasulullah saw. Ibadah yang menyimpang dan atau tidak seperti apa yang diajarkan Rasulullah inilah yang dsebut bid’ah. Bid’ah dengan pengertian seperti inilah yang dikatakan sesat sebagaimana disinyalir oleh Hadits “setiap bid’ah adalah sesat”.

 

Macam Bid’ah Menurut Ulama dan Pengertiannya Yang Tepat

---------------------------------------------------------------------------

Ada ulama yang membagi bid’ah menjadi dua macam, yaitu bid’ah hasanah dan bid’ah sayyi’ah. Ada juga Ulama yang membagi bid’ah menjadi lima seperti halnya hukum syari’at yaitu bid’ah wajibah, bid’ah mustahabbah, bid’ah makruhah, bid’ah muharromah dan bid’ah mubahah.

 

Pendapat-pendapat tersebut sebenarnya berakhir dan bertemu pada muara yang sama. Pembagian-pembagian tersebut merupakan pembagian bid’ah dalam pengertian lughowi (etimologis), bukan dalam pengertian terminologi syar’i sebagaimana yang menjadi pokok bahasan kita. Hal ini dapat kita lihat dari contoh-contoh yang ditunjukan oleh para ulama dalam membagi bid’ah tersebut.

 

Sungguh tidak tepat jika kita mengartikan bahwa pembagian bid’ah yang bermacam-macam tersebut merupakan maksud dari pengertian bid’ah secara syar’i. Tidaklah mungkin sesuatu yang wajib atau mustahabah (dianjurkan) dalam syari’at itu lantas dikatakan bid’ah. Yang terbaik adalah kita berpedoman pada hadits syarif yang diungkapkan dengan redaksi yang demikian jelas, yaitu “Karena SETIAP bid’ah adalah sesat”. Dan pengertian bid’ah yang dimaksudkan pada hadits ini adalah  sebagaimana yang telah didefinisikan oleh Imam Asy-Syathibi.

 

“Mengapa Islam Bersikap Keras Dalam Masalah Bid’ah?”

---------------------------------------------------------------------

Mengapa Rasulullah saw memberikan peringatan yang amat keras dalam masalah bd’ah, menilainya sebagai kesesatan, dan pelakunya diancam akan dimasukkan ke neraka?

 

Berikut ni adalah beberapa alasannya:

 

1.Pembuat dan pelaku bid’ah tanpa disadari telah mengangkat dirinya sebaga pembuat syariat baru, sehingga menjadi sekutu bagi Allah SWT. Karena hak membuat syariat hanyalah milik Allah SWT semata. Tndakan membuat syarat baru adalah tindakan yang amat berbahaya dan tidak diizinkan oleh Allah swt. Sebagaimana firman Allah swt:

 

artinya: “Apakah mereka mempunyai sesembahan-sesembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?” (asy-Syuura:21)

 

Orang yang membuat bid’ah meletakan dirinya seakan-akan pihak yang berwenang menetapkan hukum dan menjadi sekutu bagi Allah swt dan dia mengoreksi apa yang telah ditetapkan oleh Allah SWT melalui Rasul-Nya.

 

2. Pembuat bid’ah memandang agama tidak lengkap dan bertujuan melengkapinya. Padahal Allah telah menyempurnakan agama secara lengkap, Dia berfirman:

 

“… Pada hari ini telah kusempurnakan untuk kamu agamamu….”(al-Maidah:3)

 

Oleh karena itu Ibnu Majisyun meriwayatkan dari Imam Malik bahwa dia berkata “Siapa yang telah membuat praktek bid’ah dalam agama Isla mdan ia melihatnya sebagai suatu tindakan yang baik, berarti ia telah menuduh Nabi Muhammad telah mengkhianati risalah. Karena Allah SWT berfirman… (al maidah:3). Jika saat itu agama Islam belum lengkap niscaya saat ini tidak ada agama Islam itu”

 

Oleh karena itu, para sahabat dan para Imam setelah mereka, amat memerangi praktek bid’ah karena hal itu berarti menuduh agama Islam tidak lengkap dan menuduh Rasulullah saw telah berbuat khianat.

 

3. Praktek Bid’ah mempersulit agama dan menghilangkan sifat kemudahannya. Agama yang disyariatkan oleh Allah SWT pada dasarnya bersifat mudah dan Allah SWT juga mengutus nabi-Nya dengan “hanifiah samhah” (agama yang orisinil dan mudah dijalankan). Allah berfirman:

 

“…Allah menghendaki kemudahan bagimu dan  tidak menghendaki kesukaran bagimu…”(al-Baqarah:185)

 

Jadi sesungguhnya agama Islam datang dengan sifat kemudahannya, tapi kemudian orang-orang yang membuat praktek bid’ah mengubahnya menjadi susah dan berat. Mereka membebani manusia dengan berbagai macam praktek baru, serta menambahkan hal-hal baru dalam praktek ibadah. Padahal beban agama bersifat sederhana dan mudah dijalankan.

 

Misalnya, Allah swt berfirman:

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya” (al-Ahzab:56)

 

Dan redaksi sholawat paling afdhol yang diajarkan Rasulullah adalah:

“Allohumma sholli ‘ala muhammad wa ‘ala ali muhammad, kama shollayta ‘ala ibrahim wa ‘ala ali ibrahim. Innaka hamidum majid. Allahumma Barik ‘ala muhammad wa ‘ala ali muhammad, kama barrakta ‘ala ibrahim, wa ‘ala ali ibrahim. Innaka hamidum majid.” (Muttafaq ‘alaih)

 

Mungkin hanya seperempat  atau setengah menit untuk membaca sholawat ini. Tapi kemudian banyak orang yang mengarang kitab tentang redaksi sholawat kepada Nabi saw lalu mencipatakan beragam redaksi sholawat baru dengan bacaan yang panjang yang sebenarnya tidak pernah dicontohkan oleh Nabi.  Saya sering mendapati orang awam yang membaca sholawat yang beragam itu ternyata tidak memahami sama sekali apa yang dibacanya itu Demikian juga dengan orang-orang yang mengarang wirid dan Hizb yang beragam.

 

Wahai saudaraku seiman, mengapa harus menyusahkan diri untuk menghafal sholawat, do’a, wirid, dengan redaksi buatan sendiri? Bukankah Rasulullah telah mengajarkan hal tersebut dengan lebih ringkas dan terjamin ke-afdholan-nya?

 

Islam amat memerangi bid’ah agar manusia tidak memasukkan hal-hal baru yang mempersulit pelaksanaan agama, serta agar tidak menambahkan hal-hal yang membuat beban agama menjadi berlipat-lipat banyaknya.

 

4. Bid’ah dalam agama mematikan Sunnah. Ada ungkapan yang diriwayatkan dari kalangan salaf secara mauquf dan marfu’,”Setiap kali suatu kaum menghidupkan bid’ah maka saat itu pula mereka mematkan sunnah deengan kadar yang sama”

 

Ini adalah suatu keniscayaan, sesuai dengan hukum alam dan hukum sosial. Jika seseorang mencurahkan energinya untuk melaksanakan perbuatan bid’ah, niscaya energinya untuk melaksanakan sunnah menjadi berkurang.

 

Saya ingat ketika masih berstatus pelajar sekolah menengah al-Azhar di kota Thanta. Di kota itu terdapat makam Sayyid Ahmad Badawi yang terkenal. Diantara syeikh kami ada yang menghabiskan sebagian besar siang dan malamnya disamping makam tersebut, karena ia termasuk kelompok orang yang menyakralkan tasawuf dan para wali. Ketika ia sedang menagajarkan kepada kami bab al-Udhhiah (kurban). Saya berkata kepadanya, ”Pak guru, saat ini masyarakat sudah melupakan sunnah sehingga orang amat sedikit berkurban.” Syeikh kami menukas, “Hal itu terjadi karena kemampuan finansial masyarakat saat ini lemah”. Saya kembali berkomentar,”Tapi pak guru, dalam kesempatan lain mereka malah berkurban untuk sesuatu yang bukan sunnah?” Mendengar itu ia bertanya,”Apa yang engkau maksud?” Saya menjawab, ”maksud saya, mereka berkurban pada saat peringatan kelahiran Sayyid Badawi. Mereka menyembelih puluhan bahkan ratusan atau ribuan domba, sementara pada idul adha amat sedikit yang berkurban. Seandainya para syeikh mengarahkan masyarakat untuk menghidupkan sunnah, niscaya mereka tidak akan melakukan kurban di hari lahir sayyid Badawi dan mereka akan melakukan qurban pada idul adha.” Setelah saya berkata seperti itu, guru saya langsung marah dan mengeluarkan saya dari ruang kelas karena saya dianggap membenci para wali serta kaum sholihin.

 

Cerita diatas mengingatkan saya pada pernyataan bahwa setiap kali suatu kaum menghidupkan dan menyibukkan diri dengan  bid’ah, niscaya saat itu pula mereka mematikan sunnah sejenis. Inilah salah satu rahasia mengapa bid’ah diperangi dalam Islam.

 

5. Bid’ah dalam agama memecah belah dan menghancurkan persatuan umat. Sebaliknya berpegang teguh pada sunnah akan menyatukan umat sehingga membuat mereka menjadi satu barisan yang kokoh di bawah bimbingan kebenaran yang telah diajarkan oleh Nabi saw. Mengapa? Karena sunnah hanya satu, sedangkan bid’ah tidak terbilang banyaknya, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits ibnu mas’ud ra.

 

Oleh karena itu, saat umat secara konsekwen mengikuti sunnah maka saat itu mereka bersatu padu. Sementara saat timbul beragam kebid’ahan, maka umat terpecah menjadi lebih dari tujuh puluh golongan. Sebagian bid’ah itu ada dalam bidang akidah sehingga kadang-kadang ada yang sampai pada kekafiran. Ada sekelompok orang yang menganut antropomorfisme yang menyerupakan wujud Allah SWT dengan mahluk-Nya, mereka terkenal dengan kelompok Musyabbihah dan Mujassimah. Diantara mereka ada yang mengkafirkan kaum muslimin dan menghalalkan darah mereka, seperti halnya kalangan Khawarij.  Timbul juga di kalangan tasawuf yang sebagian dari mereka mengungkapkan hal-hal yang sama sekali tidak dilandasi syari’at, dan hanya berpedoman kepada “dzauq” (rasa) dan intuisi (kata hati) Mereka meyakini dapat mengambil ilmu langsung dari Allah, tanpa perantara. Diantara istilah yang dikembangkan oleh mereka adalah istilah “Syariat” dan “Hakikat”. Dan mereka pun berkata, “Orang yang melihat manusia dengan mata syari’at, niscaya ia akan membenci mereka, sedangkan orang yang melhat manusia dengan mata hakikat, niscaya ia akan memberikan uzur (sikap memaklumi) kepada mereka.” Sikap seorang murid tarekat dihadapan syeikhnya adalah seperti sikap mayat di tangan orang yang memandikannya.

 

Jika umat Islam kita biarkan mengikuti dan menjalankan praktek bid’ah seperti diatas, niscaya mereka tidak akan pernah dapat bersatu dalam satu shaf.

 

Mengingkari Bid’ah dan Memeranginya adalah Langkah untuk Memelihara Kemurnian Islam

------------------------------------------------------------------------

Benar, dikalangan kaum muslimin terjadi banyak perbuatan bid’ah. Pihak-pihak yang menciptakan bid’ah memberikan pengajaran agama tanpa ilmu sehingga mereka sesat dan menyesatkan. Namun di sepanjang masa akan selalu timbul tokoh di kalangan umat Islam yang memperbaharui agama mereka.

 

Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda,”Allah akan mengutus bagi umat ini dalam setiap awal seratus tahun seseorang yang akan memperbaharui agamanya” (HR Abu Dawud, Hakim, Baihaqi dan lainnya).  Yang dimaksud dengan pembaruan agama dalam hadits ini adalah pembaruan pemahaman terhadapnya. Selalu akan ada tokoh-tokoh yang menghidupkan sunnah dan mematikan bid’ah, sehngga sunnah Rasulullah tetap dapat diketahui dengan jelas dan umat ini tidak sampai bersepakat dalam kesesatan.

 

Dari Ibnu Umar, Rasulullah bersabda,”Allah SWT tidak akan mengumpulkan umatku dalam kesesatan…”(HR Trmidzi)

 

Yang dapat menjaga kemurnian Islam adalah prinsip bahwa Bid’ah merupakan perbuatan yang tertolak dalam Islam. Seperti judul Kitab Ibnu Taimiyah  ‘Meniti jalan lurus adalah meninggalkan praktek orang-orang penghuni neraka”. Jalan lurus itu adalah “shiraathal mustaqim.” Yang selalu kita pinta dalam sholat kepada Allah swt. Ini mengharuskan kita untuk menentang dan meninggalkan praktek orang-orang penghuni neraka yang disebut dalam firman Allah swt:

 

“Yaitu jalan orang-orang yang telah engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan jalan mereka yang dmurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat.”(al-Fatihah:7)

 

Jadi para penghuni neraka adalah orang-orang yang dimurkai Allah SWT dan orang-orang yang sesat. Dan Rasulullah telah bersabda  bahwa setiap bid’ah adalah sesat.

 

-------

Alhamdulillah, demikian kiranya ringkasan dari buku Sunnah dan Bid’ah Karya Dr. Yusuf Qardhawi. Semoga dapat bermanfaat bagi rekan-rekan yang benar-benar ingin mempelajari Islam yang sesungguhnya.

 

Hanya kepada Allah kita menghamba dan beribadah, dan hanya kepada-Nya pula kita memohon pertolongan.

 

Wassalam

 


Yahoo! Music Unlimited - Access over 1 million songs. Try it free.

__._,_.___

Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada seluruh manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu pengamalannya adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang membutuhkan.
Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah orang yang tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah ilmu itu sebatas yang engkau mampu.





YAHOO! GROUPS LINKS




__,_._,___

Kirim email ke