Mas Naufal,  Nabi saw tidak mengajarkan kepada umatnya untuk menjadi 
umat yang egois, umat yang hanya memikirkan keselamatan dirinya 
sendiri melainkan sebaliknya. Oleh karenanya di dalam Islam seorang 
yang berilmu mempunyai dua kewajiban. Yang pertama wajib mengamalkan 
ilmu yang dimilikinya untuk keselamatan dirinya, yang kedua 
mendakwahkan ber-amar ma'ruf nahi munkar kepada orang-orang yang ada 
disekitarnya.  

Banyak sekali firman Allah dan hadits2 nabi yang memerintahkan kita 
untuk beramar ma'ruf nahi munkar, diantaranya:

Firman Allah SWT,

"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka 
(adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh 
(mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar." [9: 71]

"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, 
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan 
beriman kepada Allah." [3: 110]

Sabda Nabi SAW,

"Demi Zat yang jiwaku berada di tangannya, perintahkanlah yang 
ma'ruf dan cegahlah yang munkar, atau akan Allah turunkan azab dari 
sisiNya, lalu kalian berdoa padaNya tapi tidak dikabulkan."[HR 
Tirmidzi dalam Sunan-Nya]

Begitu kerasnya ancaman dalam hadits ini bagi orang-orang yang 
meninggalkan amar ma'ruf nahi munkar. Mungkin seperti inilah kondisi 
yang terjadi pada bangsa kita sekarang, dimana do'a tidak lagi 
terkabul, dimana Allah menurunkan azabnya  melalui berbagai bencana 
alam dan penyakit, dikarenakan banyak diantara kita dan para 
pemimpin kita yang sudah tidak peduli lagi dengan berbagai 
kemunkaran yang ada. Rasulullah SAW bersabda,

"Barangsiapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran, maka 
hendaklah ia merubahnya dengan tangannya, jika tidak bisa maka 
dengan lisannya, dan jika tidak bisa juga maka dengan hatinya, 
itulah selemah-lemahnya iman."[Shahih Muslim]

Ber-amar ma'ruf dilakukan dengan cara yang ma'ruf, dan nahi mungkar 
dilakukan tidak dengan cara-cara anarkis dan jangan sampai 
menimbulkan kemungkaran lainnya. Firman Allah Ta'ala:

"Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran 
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik."[16: 
125].

"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut 
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, 
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu." [3: 159]

Perkataan yang baik, tutur kata yang halus dan lembut, tidak kasar 
dan tidak keras diperlukan agar orang yang didakwahi tidak antipati 
terhadap al-haq yang kita serukan. Bahkan di dalam al-Quran 
diceritakan dalam menghadapi orang seperti Fir'aun sekalipun, Allah 
memerintahkan Nabi Musa dan Harun untuk berkata dengan lemah lembut. 
Allah berfirman.

"Maka berbicalah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah 
lembut mudah-mudahan ia ingat atau takut." [20: 44].

Dalam sebuah hadits shahih Rasulullah SAW  bersabda.

"Sesungguhnya, tidaklah kelembutan itu ada pada sesuatu kecuali ia 
akan membaguskannya, dan tidaklah (kelembutan) itu tercabut dari 
sesuatu, kecuali akan memburukkannya."[HR Muslim]

Dalam hadits lain beliau bersabda.

"Barangsiapa yang tidak terdapat kelembutan padanya, maka tidak ada 
kebaikan padanya."[HR Muslim]

Oleh karena itu, marilah kita belajar dan berusaha bersikap lembut 
dalam menyampaikan dan memelihara al-haq serta berusaha untuk 
senantiasa ikhlas karena Allah.  Sebagaimana yang telah digariskan 
oleh Allah, yaitu ber-dakwah dengan hikmah (ilmu), nasehat/wejangan 
yang baik, dan bantahan yang lebih baik... :)

Salam
WnS

--- In keluarga-islam@yahoogroups.com, "Naufal" <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> Kang Saya tertarik dengan ungkapan Kang Wandy "Siapa yang 
seharusnya lebih 
> kita Jaga, aturan Allah atau tradisi nenek moyang?"
> maksud menjaga aturan Allah ini apa Kang, untuk diri sendiri atau 
berlaku 
> untuk orang lain? apakah memang kita juga harus menjaga aturan 
Allah untuk 
> orang lain misalnya dengan memberantas tradisi nenek moyang yang 
kita anggap 
> tidak sesuai dengan akidah?
> jangan jangan malah akan menimbulkan tindak anarkis dan akan 
munculnya 
> polisi syareat seperti FPI. oh iya agama Nasrani punya yang 
sejenis itu 
> lho...yaitu "pelayan Tuhan"..:)
> 
> 
> salam
> tetap santai lho.... dan tetap serius..he..he
> 
> 
> ----- Original Message ----- 
> From: wandysulastra
> To: keluarga-islam@yahoogroups.com
> Sent: Saturday, Aug 26, 2006 9:45 AM
> Subject: [keluarga-islam] Re: predikat kanjeng gusti
> 
> 
> ------------cut-------------------
> Keseluruhan hidup kita adalah dalam rangka beribadah kepada Allah,
> hanya untuk Allah. Karena itu jika ada hal-hal yang melanggar
> aturan Allah (termasuk tradisi dan kebudayaan yang tidak sesuai
> dengan ajaran Islam) sudah seharusnyalah bagi kita untuk 
memberantas
> dan mencegahnya agar tidak terus berkembang (tentunya sebatas
> kemampuan yang kita miliki).
> 
> Jadi, jawaban pertanyaan mas naufal di bawah adalah, "Siapa yang
> seharusnya lebih kita Jaga, aturan Allah atau tradisi nenek 
moyang?"
> 
> Begitu saja dari saya Mas Naufal, serius tapi santai yaaa... :)
> 
> Salam
> WnS
>







Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada seluruh 
manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu pengamalannya 
adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang membutuhkan. 
Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu 
wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah orang yang 
tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah ilmu itu sebatas 
yang engkau mampu. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/keluarga-islam/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke