di pintu ruang dosen saya ada tulisan gede banget: KEBENARAN HANYA BISA DITEGAKKAN DENGAN CARA YANG BENAR
 
mungkin ini tafsiran dari: " Allah itu Maha Bersih dan Allah suka hal hal yang bersih" atau: "Gusti Allah itu Indah dan suka dengan keindahan"
 
jangan suka melintir jadi laen dong... masak pelintirannya jadi: "Allah itu Maha benar, dan memaklumi Fitnah"... opo tumon??
 
apakah HAJ dan jeng yati lupa akan kalimat di atas???
kalo jeng yati sholat tapi pake mukenah nyolong dari jemuran tetangga... silahkan direnungkan, sholat sampeyan diterima apa kaga...
 
kalo sampeyan naik haji atas biaya dari korupsi, silahkan direnungkan juga... mabrur apa kaga...
yg simpel2 aja lah... ga perlu ndalil juga bisa kejawab koq..
 
salam,
ananto

 
On 10/4/06, banganut <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Kalau benar itu tulisan Hartono Ahmad Jaiz ... (Tolong sampaikan kepada
beliau)


Dia harus bisa membedakan orang gila ngomong sekalipun benar dengan
tokoh / pemimpin yang bicara.

Orang gila ngomong tidak berdampak hukum, sekalipun benar atau salah
bobot omongannya
Seorang pemimpin berdampak hukum akan omongannya sekalipun benar atau
tidak omongannya.
Mengatasnamakan intruksi pemimpin itu ada aturan hukumnya, apalagi
intruksi bohong sekalipun benar isi perintahnya. Karena tokoh/pemimpin
menyangkut nilai politis dan strategis bahkan sosial ekonomi.

Menjual nama atau mencatut nama seseorang untuk membenarkan sesuatu
pemahaman  apa hukumnya ?

Bagaimana hukumnya jika ada orang meninggal, lalu saya katakan bahwa si
almarhum sebelum meninggal berwasiat untuk bersedekah sebagian hartanya
untuk farkir miskin. Pada hal si almarhum tidak ada permintaan seperti
itu. Apa hukumnya dan dampak hukumnya ?

***Kebenaran akan berdiri dengan kokoh tanpa harus dibungkus kedustaan
***Berdusta demi sebuah kebenaran hanya berlaku bagi orang-orang
pengecut atau orang yang terancam nyawanya
***Mengatasnamakan dengan dusta terhadap suatu nilai apa namanya selain
dari pada kepicikan berbungkus kebodohan.

Wassalam

anut







--- In keluarga-islam@yahoogroups.com, "y4tie" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Nah, ini dia jawaban dari pertanyaan saya yang dulu.... :)
>
> Dikutip dari ulasan Hartono AHmad Jaiz:
>
> Sebenarnya, berdakwah atau apalagi berfatwa dan menyampaikannya itu
> adalah hak bagi orang yang memang berilmu. Di samping itu,
> menyampaikan kebenaran, mesti pula dengan jalan yang benar. Sehingga
> fatwa yang difatwakan itu isinya benar (sesuai dengan al-Qur'an dan
> As-Sunnah), sedang tata cara menyampaikan juga harus dengan cara
> yang benar.
>
> Kalau fatwa itu isinya benar, sesuai dengan ayat dan hadits,
> misalnya, sedang caranya dengan cara memalsu misalnya (ini perlu
> dibuktikan dulu, palsu atau tidak), maka cara itu cara tidak benar.
>
> Kalau fatwa itu benar (sesuai dengan ayat dan hadits) dan memang
> mereka benar-benar ulama NU Jombang, maka berarti justru
> menyampaikan ajaran yang benar. Maka siapa yang menentangnya berarti
> menentang kebenaran.
>
> Kalau fatwa itu benar (sesuai dengan ayat dan hadits) dan tenyata
> palsu, bukan dari ulama NU, maka bagi orang Muslim sebenarya ada
> hadits:
>
> "Kalimah hikmah itu adalah harta benda yang hilang milik orang
> mukmin, maka di mana dia temukan maka mukmin itu lebih berhak
> padanya." (Hadits Riwayat Tirmidzi dan Ibnu Majah, sanadnya dhaif
> dari Abu Hurairah, marfu').
>
> Kalau fatwa itu benar isinya (sesuai ayat dan hadits) namun dibuat
> oleh pembuatnya dalam tujuan memecah belah umat, misalnya, maka
> berarti sebagaimana perkataan Ali bin Abi Thalib ra kepada musuhnya;
>
> "Perkataan benar tetapi dimaksudkan untuk tujuan kebatilan."
>
> Kalau fatwa itu benar (sesuai ayat dan hadits) namun karena tidak
> sesuai dengan kemauan orang, lalu orang menolaknya padahal benar,
> maka terkena hadits:
>
> "Tidak masuk surga orang yang di dalam hatinya ada seberat biji sawi
> dari kesombongan. Lalu seseorang berkata (kepada Nabi saw),
> sesungguhnya laki-laki itu suka akan bajunya bagus dan sandalnya
> bagus. Nabi saw bersabda, sesungguhnya Allah Maha Bagus, mencintai
> kebagusan. Kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan
> manusia." (HR Muslim dan Tirmidzi dari Abdullah bin Mas'ud ra dari
> Nabi saw). Ulama berkata, menolak kebenaran adalah menolak terhadap
> pengucapnya, dan meremehkan manusia adalah merendahkannya.
>
> Seandainya benar bahwa fatwa itu palsu, bukan dari ulama NU, sedang
> isinya sesuai dengan ayat dan hadits, atau dibuat memang untuk
> tujuan kebatilan, maka bisa juga agama ini didukung oleh orang yang
> fajir/ tidak baik.
>
> "Sesungguhnya Allah menguatkan agama ini dengan lelaki yang fajir/
> tidak baik." (Dari Ibnu Mas'ud, marfu').
>
> Kenapa?
>
> Karena, insya Alloh orang-orang yang menerima kebenaran akan
> menerimanya walau datangnya dari manapun, bahkan mungkin mencocokkan
> fatwa itu dengan ayat-ayat dan hadist Nabi saw. Sedang orang yang
> sombong akan menolak kebenaran dan meremehkan manusia. Tidak mau
> menerimanya, walaupun jelas-jelas di antara isinya memang sesuai
> dengan Islam; misalnya apa yang ditekankan dalam fatwa itu tentang
> memperingati orang mati: "Kebiasaan selama ini yang masih melakukan
> hari ke-7, hari ke-40 dan hari ke-100, supaya ditinggalkan. Karena
> ini tidak ada contoh dari Nabi Muhammad SAW dan tidak ada
> tuntunannya."
>
> Kalimat dalam fatwa itu jelas benar, sesuai dengan Islam. Bahkan
> saya pun menguraikan secara khusus dalam buku Tarekat Tasawuf
> Tahlilan dan Maulidan (2006) di samping buku lainnya misalnya Bila
> Kiyai Dipertuhankan, Membedah Sikap Beragama NU yang saya tulis
> bersama Abduh Zulfidar Akaha.
>
> Untuk menyikapi masalah ini ada gunanya ungkapan: Sesuatu yang
> keluar dari mulut, kalau itu muntahan, maka jangan diambil.
> Sebaliknya, walau sesuatu keluar dari dubur, kalau itu telur (dari
> dubur ayam) maka ambil.
>
> Meskipun demikian, bukan berarti tulisan ini mendukung tindak
> kepalsuan atau memakai cara yang tidak benar. Semoga hal ini
> difahami.
>
> Jakarta, 9 Ramadhan 1427H.
>
>
> --- In keluarga-islam@yahoogroups.com , "y4tie" y4tie@ wrote:
> >
> > Eh, Maaf... kalo kita menfitnah seseorang dengan sesuatu yang
> baik,
> > itu dilarang ngga sih? Fitnah yang seperti itu termasuk fitnah
> yang
> > kejam ngga yah...?
> >
>







Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada seluruh manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu pengamalannya adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang membutuhkan.
Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah orang yang tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah ilmu itu sebatas yang engkau mampu.
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
   http://groups.yahoo.com/group/keluarga-islam/

<*> Your email settings:
   Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
   http://groups.yahoo.com/group/keluarga-islam/join
   (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
   mailto:[EMAIL PROTECTED]
   mailto: [EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
   [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
   http://docs.yahoo.com/info/terms/





__._,_.___

Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada seluruh manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu pengamalannya adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang membutuhkan.
Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah orang yang tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah ilmu itu sebatas yang engkau mampu.





SPONSORED LINKS
Single family home Family home finance Family home mortgage
Family home business Dan

Your email settings: Individual Email|Traditional
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch to Fully Featured
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe

__,_._,___

Kirim email ke