Makna Zikir
Mawlana Syaikh Hisham Kabbani ar Rabbani
   
  
Bismillah hirRohman nirRohim
   
  Kata zikir mempunyai makna yang beragam.  Kata itu bisa merujuk kepada Kitab 
Allah dan pembacaannya, shalat, belajar, dan mengajar.  Penulis Fiqh al-sunna 
berkata dalam bab mengenai zikir bahwa Said bin Jubayr berkata, 
“Seseorang yang patuh kepada Allah pada kenyataannya juga sedang berzikir.“  
Beberapa ulama dari periode awal mengaitkannya dengan suatu bentuk (ibadah) 
yang lebih spesifik. 
   
  Aata berkata bahwa, “Majelis zikir adalah perkumpulan di mana di dalamnya 
dibicarakan hal-hal yang baik dan yang terlarang, (sebagai contoh: jual-beli, 
shalat, puasa, pernikahan, perceraian, dan haji).” Qurtubi berkata, “Majelis 
zikir adalah suatu perkumpulan untuk ilmu pengetahuan dan nasihat di mana 
firman Allah, sunnah Rasulullah saw, nasihat para pendahulu yang saleh, dan 
ucapan para ulama yang baik, dipelajari dan dipraktikkan tanpa ada penambahan 
atau inovasi (bid’ah), serta tanpa motif terselubung dan keserakahan.”  
  Berdoa kepada Allah dapat dilakukan dengan lidah, mengikuti salah satu 
formula yang diajarkan oleh Rasulullah, atau suatu formula yang lain, atau 
mengingat Allah dalam hati, atau kedua-duanya, melalui hati dan lidah.
   
  Tulisan berikut berhubungan dengan dua arti yang terakhir:  bahwa menyebutkan 
nama Allah, sebagaimana yang diterangkan dalam ayat, “Orang-orang yang beriman 
adalah mereka yang ketika disebut nama Allah, hati mereka bergetar“ (8:2); dan 
sabda Rasulullah, “Zikir terbaik adalah la ilaha illallah.” (dari Jubayr kepada 
Tirmidzi dan Ibnu Majah).  Rasulullah saw tidak berkata, “Zikir terbaik adalah 
dengan memberi ceramah,” atau “memberi nasihat,” atau “mengumpulkan dana.” 
Berikutnya yang menerangkan tentang zikir yang dilakukan dalam hati, 
sebagaimana ditegaskan dengan ayat, “Laki-laki dan wanita yang mengingat Allah 
dalam jumlah yang banyak” (33:35).  
   
  Rasulullah saw memuji dan menerangkan ayat itu dengan ucapan, “yang berhati 
tunggal adalah yang paling utama” (Riwayat Muslim).  Ketika beliau ditanya, “Ya 
Rasulullah, siapakah yang dimaksud dengan yang berhati tunggal?”  Beliau 
menjawab, “Laki-laki dan perempuan yang mengingat Allah dalam jumlah yang 
banyak.” Lebih lanjut Rasulullah mengklarifikasi peranan hati dalam mengingat 
Allah ketika beliau berkata kepada Abu Hurayra ra, “Pergilah dengan kedua 
sandalku ini dan siapapun yang kau temui di balik dinding ini yang menyaksikan 
bahwa tiada Tuhan selain Allah dengan keyakinan dalam hatinya, berikanlah kabar 
gembira bahwa dia akan masuk surga.” (hadits riwayat Muslim).
   
  Zikir kadang-kadang bisa berarti mengingat secara internal dan menyebutkan 
secara eksternal, sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat, “Ingatlah Aku, maka 
Aku akan mengingatmu” (2:152), ketika diterangkan dengan jelas dalam hadits 
qudsi:
  Mereka yang mengingat-Ku dalam hatinya, maka Aku mengingatnya dalam hati-Ku, 
dan mereka yang mengingat-Ku dalam suatu majelis (yang berzikir menyebut 
nama-Ku), Aku mengingat mereka (dengan menyebutkan mereka) dalam suatu majelis 
yang lebih baik dari majelis mereka.
   
  Hadits yang sangat penting ini akan dijelaskan lebih jauh di bawah ini.  
Cukuplah dikatakan bahwa secara umum ada 3 tipe zikir, yaitu : yang dilakukan 
dalam hati, yang diucapkan dengan lidah, dan melakukan keduanya secara 
bersama-sama.  
   
  Ibnu Hajar menerangkan bahwa, menurut cerita Abu al-Darda ra mengenai 
kelebihan zikir atas jihad, yang dimaksud zikir di sini adalah zikir yang 
disertai dengan kesadaran akan kebesaran Allah sehingga misalnya, seseorang 
dapat menjadi lebih baik, daripada mereka yang memerangi orang kafir tanpa 
ingatan semacam itu.
   
  Dalam hadits lain yang diceritakan oleh Bukhari, Rasulullah saw bersabda 
bahwa mereka yang melakukan zikir hidup, sedangkan yang tidak melakukannya 
bagaikan mayat.  Beliau berkata, matsalu al-ladzi yadzkuru rabbahu wa al-ladzi 
la yadzkuru rabbahu matsalu al-hayyi wa al-mayyit.   (Kitab daawat bab 66 
tentang, “Keutamaan zikir Allah”).  Ibnu Hajar mengomentari,  Yang dimaksud 
dengan zikir di sini adalah ucapan atas ekspresi yang telah dianjurkan bagi 
kita, dan diucapkan dengan jumlah yang melimpah, seperti halnya amal saleh yang 
abadi—al-baqiyat al-salihat—mereka adalah: subhan Allah, al-hamdu lillah, la 
ilaha illallah, allahu akbar dan semua yang berhubungan dengannya, seperti: 
hawqalah (la hawla wa la quwwata illa billah), basmalah (bis-millah al-rahman 
al-rahim), hasbalah (hasbunal-lahu wa nima al-wakil), istighfar, dan lainnya 
seperti doa memohon kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
   
  Zikir juga diterapkan sebagai ketekunan dalam menjalankan kewajiban atau 
segala tindakan beribadah, seperti membaca al-Quran, membaca hadits, 
mempelajari ilmu-ilmu Islam (al-ilm), dan shalat-shalat sunnah. Zikir dapat 
dilakukan dengan lidah, di mana orang yang membacanya akan mendapat pahala.  
Tidak perlu baginya untuk mengerti dan menghayati artinya dalam syarat dia 
tidak mempunyai maksud lain dengan mengucapkannya, dan jika, sebagai tambahan 
terhadap pengucapannya itu, juga dilakukan zikir dalam hati, maka zikirnya 
menjadi lebih lengkap, dan jika ditambah dengan penghayatan terhadap makna yang 
terkandung di dalamnya, zikirnya menjadi lebih lengkap lagi, dan jika semua ini 
dilakukan dalam rangkaian ibadah, baik dalam shalat, jihad atau yang lain, akan 
lebih lengkap lagi dan jika seseorang menyempurnakan perhatiannya kepada Allah 
dan memurnikan ketulusannya kepada-Nya, maka itu adalah kesempurnaan terjauh.  
   
  Fakhr al-Din al-Razi berkata bahwa apa yang dimaksud dengan zikir dengan 
lidah adalah ekspresi terhadap tindakan penyembahan (tasbih), pujian (tahmid), 
dan  memuliakan (tamjid).  Sementara zikir dalam hati terdiri atas refleksi 
terhadap bukti dan tulisan yang menunjukkan esensi Allah dan atribut-Nya, pada 
kewajiban yang di dalamnya termasuk hal-hal yang diperbolehkan dan dilarang 
sehingga seseorang dapat menguji aturan yang berkaitan dengannya dan pada 
rahasia ciptaan Allah.  
   
  Sedangkan zikir anggota badan mencakup  pada tindakan kepatuhan yang 
dilakukannya, itulah sebabnya Allah menyebut shalat dengan “zikir” ketika Dia 
berfirman, “Ketika panggilan (adzan) untuk melaksanakan shalat Jumat telah 
dikumandangkan, segeralah kalian mengingat Allah” (62:9). 
   
  Dilaporkan juga oleh beberapa orang yang mempunyai pengetahuan tentang Allah 
swt, bahwa zikir mempunyai 7 aspek:
   
  1. Zikir mata yang mencakup tangisan (buka),
2. Zikir telinga yang mencakup pendengaran (isgha),
3. Zikir lidah yang mencakup pemujian (tsana),
4. Zikir tangan yang mencakup pemberian (ata),
5. Zikir tubuh yang mencakup loyalitas (wafa),
6. Zikir hati yang mencakup ketakutan dan harapan (khawf wa raja),
7. Zikir ruh yang mencakup ungkapan pasrah dan penyerahan diri (talim wa ridha) 
  (Ibnu Hajar dalam Fath al-Bari (1989 ed. 11:250)).
   
  Wa min Allah at Tawfiq
   
  wasalam, arief hamdani
www.rabbani-sufi.blogspot.com


 
---------------------------------
Check out the all-new Yahoo! Mail beta - Fire up a more powerful email and get 
things done faster.

Kirim email ke