Pertanyaanya kenapa hal2 tersebut tidak diperkenankan cobalah di usul..dalil 
quran sudah menyatakan..apakah perlu berbantah2 lagi....

bahtiar lim <[EMAIL PROTECTED]> wrote:          Salamun alaikum, 
Topic sudah melebar. Berbagai pendapat yang dikalim
cukup kuat justru makin sulit mana yang harus diterima

Sedangkan contoh dan pendapat Allah singkat dan cukup
padat, serta mudah difahami, 

Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk
bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang
telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkala
jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh
Allah, maka Ibrahim berlepas diri daripadanya.
Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut
hatinya lagi penyantun. (QS. 9:114)

kalau kita simak, Ibrahimpun tidak lagi mendoakan
orang tuanya setelah mengerti bahwa orang tuanya
tidak bersedia mengemban Amanah Allah...

Kemudian kalau Nabi saja dilarang memintakan ampunan
terhadap orang yang dihatinya ada sedikit
kemusyrikan...
Apakah berani kita memintakan ampunan terhadap orang
yang kita tidak tahu isi hatinya ada kemusyrikan ..?
TIADALAH SEPATUTNYA BAGI NABI DAN ORANG-ORANG YANG
BERAMANAH MEMINTAKAN AMPUN (KEPADA ALLAH) BAGI
ORANG-ORANG MUSYRIK, walaupun orang-orang itu adalah
kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka,
bahwasannya orang-orang musyrik itu adalah penghuni
neraka Jahannam. (QS. 9:113)
Siapa yang bisa menjamin seseorang yang kita mintakan
ampunan itu tidak ada kemusyrikan dihatinya...???
Jadi permintaan ampunan hanya boleh untuk orang2 yang
BerÂ’amanah dan bertobat yang sudah memiliki jaminan
Syurga.

Mengenai pahala shalat, haji, zakat, dsb yang
menurut dalil beberapa teman2 disini sebenarnya Allah
sudah menyatakan dengan tegas..!!
Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka
(pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang
berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan
sekali-sekali tidaklah Rabbmu menganiaya
hamba-hamba(Nya) (QS. 41:46)
Jadi menurut ayat itu, tidak ada konpensasi akal2an
penuh khayal mengirim pahala untuk orang lain.....
kecuali memang manusia nya mau bikin aturan sendiri...

salaam

--- Arland <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> SETUJU, ya boleh-boleh saja... :)
> Tapi harus difahami bahwa : IBADAH HAJI dan UMROH
> juga termasuk 
> IBADAH BADANIYAH atau ibadah yang menggunakan badan.
> Bahkan ibadah Haji dan Umrah ada Ibadah yang
> menyangkut MAAL/HARTA, 
> karena dalam Ibadah haji itu memakai biaya berupa
> Duit untuk pergi ke 
> Makkah, Bayar Dam, dsb dsb. belum lagi ZAKAT ONH.
> 
> Malahan ibadah haji itu LEBIH LENGKAP dari sekian
> rukun islam, 
> didalamnya sudah termasuk sholat Ikhram, Sholat
> Tawaf dll, oleh 
> karenanya di letakkan di urutan ke 5 dalam RUKUN
> ISLAM, dan ditambah 
> lagi dengan embel-embel JIKA MAMPU.
> 
> Jadi IBADAH BADANIYAH itu BUKAN HANYA SHOLAT dan
> PUASA
> 
> Hadits yang Ukhti sampaikan itu maksudnya SELAGI
> HIDUP, bukan SETELAH 
> sifulan meninggal dunia.
> 
> Yang kita bicarakan adalah SETELAH sifulan
> meninggal.
> 
> wassalam,
> 
> 
> --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, "y4tie"
> <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > Setuju Pak Wandy, berikut saya kutipkan keterangan
> dari syariah 
> online
> > mengenai menghadiahkan pahala khususnya pahala
> sholat:
> > 
> > ...Pahala ibadah maliyah seperti shadaqah dan
> hajji sampai kepada
> > mayyit, sedangkan ibadah badaniyah seperti shalat
> dan bacaan Al-
> Quran
> > tidak sampai. Pendapat ini merupakan pendapat yang
> masyhur dari
> > Madzhab Syafi'i dan pendapat Madzhab Malik. Mereka
> berpendapat bahwa
> > ibadah badaniyah adalah termasuk kategori ibadah
> yang tidak bisa
> > digantikan orang lain, sebagaimana sewaktu hidup
> seseorang tidak 
> boleh
> > menyertakan ibadah tersebut untuk menggantikan
> orang lain. Hal ini
> > sesuai dengan sabda Rasul SAW: 
> > 
> > Artinya: "Seseorang TIDAK BOLEH MELAKUKAN SHALAT
> untuk menggantikan
> > orang lain, dan seseorang tidak boleh melakukan
> shaum untuk
> > menggantikan orang lain, tetapi ia memberikan
> makanan untuk satu 
> hari
> > sebanyak satu mud gandum." (HR An-Nasa'i). 
> > 
> > Jadi jelas sekali, tidak ada yg namanya
> membayarkan hutang sholat.
> > 
> > --- In keluarga-islam@yahoogroups.com,
> "wandysulastra"
> > <wandysulastra@> wrote:
> > >
> > > Saya tidak membicarakan yg utama dan yg lbh
> utama, tetapi apakah 
> ada
> > > yg namanya membayarkan sholat org tua yg sudah
> meninggal?
> > > 
> > > Dan jawaban saya sebelumnya cukup jelas, yg ada
> adalah 
> mensholatkan
> > > ketika orang tua meninggal, artinya mensholatkan
> jenazahnya, jadi
> > > jangan anda tambah2i dengan mengatakan "TANPA
> DISHOLATKAN JANAZAH-
> nya".
> > > 
> > > Sekali lagi saya katakan sepengetahuan saya
> ulama sepakat bahwa 
> tidak
> > > ada yg namanya membayarkan hutang sholat, ini
> bukan kata saya, 
> saya
> > > hanya mendengar dari apa yg disampaikan oleh
> para ustadz di 
> pengajian2
> > > yg saya ikuti. Saya tidak berani mengambil
> kesimpulan sendiri 
> dengan
> > > meng-qiyas-kan sholat tersebut dengan amalan2
> seperti menghajikan 
> atau
> > > membacakan al-quran karena saya bukan seorang
> ulama. 
> > > 
> > > Mengenai sholat jenazah, banyak diantara kita
> yang karena 
> kesibukannya
> > > atau jarak yang jauh merasa tidak perlu datang
> untuk mensholatkan
> > > orangtuanya ketika meninggal, dengan alasan
> karena hukumnya FARDHU
> > > KIFAYAH (Tentu anda tahu apa arti FARDHU
> KIFAYAH). Padahal
> > > mensholatkan orang tua ketika meninggal adalah
> merupakan salah 
> satu
> > > bentuk Birrul Walidain yang sangat dianjurkan.
> > > 
> > > Wassalam :)
> > > 
> > > --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, "Arland"
> <hmd098@> wrote:
> > > >
> > > > Wah....
> > > > Jadi, maksud anda..:
> > > > Kalau orangtua kita meninggal dunia, cukup
> kita men-DO'AKAN 
> SAJA, 
> > > > TANPA DISHOLAT JANAZAH-KAN-nya, Begitu ?
> > > > 
> > > > Atau bisa juga DOA' kepada orangtua yang sudah
> meninggal LEBIH 
> UTAMA 
> > > > daripada MENSHOLATKAN JANAZAHNYA, begitu?
> > > > 
> > > > Ah... menurut saya, pemahaman anda ada yang
> keliru.... 
> > > > keliru...keliru.... :) SANGAT KE---LI----RU...
> > > > Tolong DIBACA ulang secara baik-baik dan
> DIFAHAMI dengan Akal & 
> Ilmu. 
> > > > Mulai dari Pertanyaan si penanya, dan jawaban
> "Syaikh Muhammad 
> bin 
> > > > Shalih Al-Utsaimin"
> > > > 
> > > > Menurut pemahaman saya ; maksud "Syaikh
> Muhammad bin Shalih Al-
> > > > Utsaimin" adalah BUKAN SHOLAT JANAZAH, sebab
> kalau sholat 
> janazah itu 
> > > > TIDAK ADA PILIHAN karena hukumnya FARDHU
> KIFAYAH / WAJIB.
> > > > 
> > > > Ini pembahasan masalah KEUTAMAAN setelah
> meninggalnya orangtua 
> kita 
> > > > yang sudah berlalu, setelah selesainya
> Fardhu-fardhu kifayah 
> > > > dilaksanakan, (sudah selesai memandikan,
> mengkafankan, 
> menyolatkan 
> > > > dan menguburkan)
> > > > BUKAN pada saat ketika orangtua BARU saja
> meninggal dunia dan 
> Fardhu 
> > > > kifayah2 BELUM dilaksanakan.
> > > > 
> > > > Hallo... Apakah Ada Rekan KI yg SEPENDAPAT
> dengan pemahaman Pak 
> > > > Wandy...????... :(
> > > > 
> > > > wassalam,
> > > > Arland-Jkt
> > > > 
> > > > 
> > > > 
> > > > 
> > > > 
> > > > --- In keluarga-islam@yahoogroups.com,
> "wandysulastra" 
> > > > <wandysulastra@> wrote:
> > > > >
> > > > > Mensholatkan disini bukan berarti
> menggantikan sholat2 
> orangtua yang
> > > > > sudah meninggal, melainkan mensholatkan
> ketika mereka 
> meninggal
> > > > > dunia... :)
> > > > > 
> > > > > Sedangkan masalah menghajikan atau
> membacakan al-quran 
> tidaklah ada
> > > > > yang mengharamkannya, sebaliknya ada dalil
> yg menunjukinya...
> > > > > 
> > > > > Wassalam
> 
=== message truncated ===

__________________________________________________________
Never miss a thing. Make Yahoo your home page. 
http://www.yahoo.com/r/hs


                           

       
---------------------------------
Special deal for Yahoo! users & friends - No Cost. Get a month of Blockbuster 
Total Access now

Reply via email to