Terbiasa Dalam Standar Minimal
Tidak semua orang islam berpola hidup yang islami dan tidak jarang kita temui dimana negara yang mayoritas bukan muslim tetapi sering mengedepankan nilai-nilai yang islami contoh sederhana adalah kebersihan , bukankah kebersihan sebagian dari iman, sekarang lihatlah sekeliling kita dimana nilai tadi belum sepenuhnya kita terapkan begitu juga dengan bagaimana menghargai waktu (disiplin), menepati janji , menghargai orang lain dan seterusnya karena kita memang telah terbiasa dengan standar minimal atau paling tidak standar menengah belum sampai maksimal dan ini harus diakui dimana hal yang paling sering dijadikan contoh adalah dalam bersedekah yaitu jika kita mempunyai uang dikantong beberapa lembar uang 100 ribu, 50ribu, 10 ribu, 5 ribu dan seribu, lalu angka yang mana kita pilih dalam bersedekah ? sangat normatif dan situasional bukan Didalam beberapa hal kita juga sering seperti burung beo yang suka bersifat latah, apakah sama ketika melihat keagungan Allah seperti keajaiban alam sambil berseru "Subhanallah" dengan ketika kita kaget lalu berucap "Astagfirullah" , tentu tidak karena yang pertama terucap dengan kesadaran penuh sedangkan yang kedua hanya karena latah tetapi karena kita terbiasa dengan standar minimal maka kita akan berujar "....yah lebih baik dari pada ngucapin yang ngga-ngga apalagi yang jorok " . Didalam pergaulan sehari-hari saya sering mendengar kata-kata " Masya Allah", "Astagfirullah" diucapkan oleh non muslim , mungkin karena mereka sering mendengar kata ini di ucapkan pada seuatu kejadian tertentu sehingga menjadi kebiasaan. Ada pertanyaan menggelitik dari kejadian diatas yaitu apakah sama kebaikan tanpa sengaja dengan keburukan tanpa sengaa ? mungkin sama walau secara kasat mata tidak artinya sebenarnya tidak ada niat berbuat baik atau buruk, bukankah setiap amal dimulai pertama kali dari niatnya seperti arang yang tidak makan dan minum seharian karena tidak ada makanan dan minuman dan orang yang berpuasa hanya dibedakan oleh niatnya. Rasulullah bersabda Dari Amirul Mu'minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah bersabda : Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.(HR Bukhari Muslim) Dalam Surat Ali Imran ayat 110 Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman " Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik ". Penegasan Allah bahwa umat Islam adalah umat terbaik adalah berarti bahwa umat islam dituntut untuk melakukan yang terbaik pula dengan standar maksimal yang kita miliki, karena tidak mungkin yang terbaik selalu terposisi dengan tangan yang terus berada dibawah. Salam David