Buku Madrasah Sebut Berhala, Nur Kholis: Saya yang Tanggung Jawab
Rabu, 17 September 2014, 11:57 WIB

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA—Kementerian Agama mengaku telah bersikap hati-hati 
dalam penyusunan buku-buku agama Islam  bagi siswa. 

““Saya bertanggung jawab atas kekeliruan ini, makanya kita susul dengan ralat 
agar tidak menimbulkan gejolak lanjutan. Terutama untuk buku Sejarah Kebudayaan 
Islam, Fikih dan Akidah Akhlak sangat sensitif dan rawan,” kata Direktur 
Pendidikan Madrasah Ditjen Pendidikan Islam Nur Kholis Setiawan kepada 
Republika pada Rabu (17/9). 

Tergolong rawan, karena  ketiga mata pelajaran tersebut sarat gesekan dari 
kelompok pemikiran Islam masyarakat Indonesia. Mata pelajaran fiqih, menurut 
Nur Kholis, terkait urusan tata cara shalat dan qunut.

“Dari segi ritual, ada kelompok Islam yang berbeda pandangan soal penggunaan 
bacaan tertentu. Misalnya di kelompok A tidak membaca qunut dalam shalat, 
sedangkan di kelompok B pakai,” katanya.

Maka, yang dilakukan pemerintah dalam menyusun buku, menurutnya berada di 
tengah-tengah untuk mengakomodasi beragam paham mayoritas Islam. Bagaimanapun, 
lanjut dia, keberadaan seluruh mazhab yang ada di Indonesia mesti diapresiasi.

“Sebab hal tersebut merupakan keniscayaan dan realitas historis. Berbeda dalam 
berpandangan dan berpendapat, kita harus saling menghormati,” ujarnya.

Ia pun menegaskan, adanya kekeliruan dalam konten buku sehingga menyinggung 
kelompok tertentu, itu murni kekhilafan yang harus segera diperbaiki. Bukan 
sama sekali bermaksud menyinggung atau merendahkan kelompok tertentu.

Kirim email ke