Gus Dur dan Poros Impian

Senin, 22 Desember 2014 , 12:52:00 WIB


Oleh: Adhie M. Massardi






AKHIR Mei 2001, di tengah teriknya suhu politik nasional, di Jakarta
Convention Center digelar Konperensi Tingkat Tinggi (KTT) G-15. Hadir
ketika itu belasan kepala negara dan kepala pemerintahan disertai dengan
sejumlah menterinya.




G-15 adalah forum informal negara-negara sedang berkembang yang dimaksudkan
untuk melakukan dialog dengan kelompok negara-negara maju (G-8). Disebut
G-15 karena forum ini digagas oleh pimpinan 15 negara. Namun dalam
perkembangannya beberapa negara berkembang lainnya kemudian ikut bergabung.




Meskipun hubungan Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dengan Wapresnya
kian memburuk karena Megawati memilih bersekutu dengan kekuatan politik
Poros Tengah pimpinan Amien Rais, namun Gus Dur meminta Wapres Megawati
Soekarnoputri untuk hadir pada pembukaan KTT G-15 tersebut, dan berkenalan
dengan para pemimpin negara-negara lain.




Di tengah KTT G-15 ke-6 itu, digelar juga Indonesian International
Telecommunication and Information Technology (IITELMIT) yang dibuka oleh
Menperindag Luhut Binsar Pandjaitan. Ajang IITELMIT diramaikan oleh
sejumlah perusahaan TI, dan seminar yang menghadirkan menteri-menteri TI
anggota G-15.


Dalam kesempatan inilah Gus Dur mengundang menteri IT China dan India ke
Istana Negara. Setelah pembicaraan pembuka yang dibumbui humor khas Gus Dur
dan membuat mereka terpingkal-pingkal hingga suasana kian cair, Presiden RI
ke-4 itu mengungkapkan mimpinya, impian seorang negarawan.




"Sesungguhnya, kita bertiga ini mewakili tiga negara yang kalau ditotal
penduduknya, hampir setengah penghuni dunia," tutur Gus Dur.




Kedua petinggi China dan India itu terperangah.




"Jadi kalau kita kompak," lanjut Gus Dur, "Kita bisa menguasai paling tidak
setengah pasar dunia atas produk IT kita. Jadi kalau RRC yang kuat di
sektor hardware dan India yang canggih di bidang software serta Indonesia
bisa membantu di kedua sektor itu bersatu, kita bisa melahirkan produk IT
yang berkualitas dan mampu menguasai pasar dunia...!"




Begitulah. Gus Dur memang sudah lama terobsesi oleh impian poros baru Asia
yang kuat dan produktif: Jakarta-Beijing-New Delhi. Dalam benak Gus Dur,
poros Indonesia-China-India ini akan sanggup menahan dominasi AS dan Eropa
di Asia dalam segala bidang kehidupan.




Tapi pemilik impian itu sekarang sudah tiada. Peringatan wafatnya (Haul
ke-5) akan digelar di kediaman keluarga Gus Dur di Ciganjur, 27 Desember
2014.




Impian poros Jakarta-Beijing-New Delhi itu niscaya ikut terkubur. Yang
tersisa kini hanya joke, guyonan menyakitkan tentang itu.




"Bila China unggul di bidang hardware, India software, dan Indonesia: no
where...!"




Dan kita pun tertawa. Tak terkecuali presidennya! Ter-la-lu...! [***]












-- 
http://harian-oftheday.blogspot.com/


"...menyembah yang maha esa,
menghormati yang lebih tua,
menyayangi yang lebih muda,
mengasihi sesama..."

Kirim email ke