Sepotong Kisah dari NU Subang

Pada awal tahun 1970, NU masih berstatus partai politik yang memiliki
kekuatan besar. Orde Baru tidak suka melihat rival kuat. Mereka mengikis
kekuatan NU, baik di tingkat nasional maupun lokal, dari yang halus hingga
kasar.






Menurut Kia Haji Nawawi, aktivis NU Subang sejak tahun 60-an, pernah
mengalami getirnya menjadi penggerak NU tahun 70-an. “Menjadi anggota NU
waktu itu sangat menyengsarakan,” ujarnya. Dalam hal pemilu misalya, para
pencoblos yang diindikasikan NU, kertas suara ditandai panitia pemilihan.
Ketika terbukti mencoblos NU, mereka dikumpulkan.






“Di Pusakanagara misalnya, orang-orang yang mencoblos partai NU
dikumpulkan, kemudian disuruh mengambil pasir dari sungai. Yang tidak mau,
ditalapung (ditendang pantatnya,” ungkapnya saat ditemui NU Online di
kediamannya, Pabuaran, Subang.






Menurut kakek kelahiran Subang 1943 ini, tindak refresif seperti dilakukan
aparat keamanan yang berpihak kepada partai tertentu. Padahal sejatinya
mereka melindungi  keamanan warganya. Lebih jauh, Nawawi yang pernah
menjadi ketua di tanfidziyah dan syuriyah ini, mengisahkan plang NU yang
selalu dicabut pihak tertentu. Nawawi ketika tahun 71 masih aktif di MWC
Kecamatan Pabuaran. Ia bersama teman-temannya membuat plang NU dari seng
seluas 2 meter persegi.






“Bapak masang plang NU di depan rumah. Malam Pemilu itu hilang. Ternyata
dibuang di dekat jalan kereta di belakang sana,” kenang kiai yang juga
mubaligh yang kediamannya tidak jauh dengan jalan kereta jalur Pantura.






Lain halnya dengan Kiai Syuaib Sarbini, salah seorang kiai NU Subang yang
bermukim di Pusakanagara. Ia juga memasang plang NU di dekat rumah
pesantrennya.






“Plang NU-nya diangkat 40 orang teu kuateun (tidak terangkat, red.). Sebab,
plang NU itu oleh Kiai Sarbini dijampe-jampe,” ujarnya sambil tertawa
terkekeh. Ia mengenang getir tidak dengan dendam.




Tidak hanya itu, salah seorang Pengurus Wilayah NU Jawa Barat bernama Muiz
Ali yang akan datang Pabuaran diteror dengan perusakan jembatan sehingga ia
tak jadi datang. []






(Abdullah Alawi)






--
http://harian-oftheday.blogspot.com/


"...menyembah yang maha esa,
menghormati yang lebih tua,
menyayangi yang lebih muda,
mengasihi sesama..."

Kirim email ke