Pertemuan KH Sanusi Baco dengan Gus Dur dan Pengabdiannya di NU





[image: Pertemuan KH Sanusi Baco dengan Gus Dur dan Pengabdiannya di NU]






Masyarakat Sulawesi Selatan pasti mengenail istilah Anre Gurutta, biasanya
istilah ini ditujukan kepada tokoh Ulama yang telah menempati status sosial
yang sangat tinggi dan telah mendapat tempat dan kedudukan terhormat di
mata masyarakat Bugis Makassar. Salah satunya Anre Gurutta Haji Sanusi Baco
Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Sulawesi Selatan.






Anre Gurutta Haji Sanusi Baco adalah ulama kharismatik, pemimpin spiritual
masyarakat di Sulawesi Selatan, selain menjadi Rais Syuriyah, Gurutta juga
dipercaya sebagai Ketua MUI Sulawesi Selatan, Ketua Umum Yayasan Masjid
Raya Makassar serta mengasuh pesantren Nahdlatul Ulum, salah satu Pesantren
milik Nahdlatul Ulama di Kabupaten Maros.






Masa Kecil dan Pengalamannya bersama Gus Dur






Gurutta Sanusi Baco lahir di Maros, 4 April 1937 dengan nama Sanusi. Putra

kedua dari enam bersaudara dari seorang ayah bernama Baco dan beliau lebih

dikenal Sanusi Baco. Pada zaman Jepang, Sanusi kecil menjadi perawat kuda
tentara Jepang di Maros. Sementara ayahnya adalah seorang mandor.






Gurutta Sanusi Baco kala muda menyempatkan nyantri beberapa guru di
desanya, kemudian melanjutkan nyantri di Pondok Pesantren Darud Da’wah wal
Irsyad (DDI) Mangkoso, Barru, selama 8 tahun. Setelah lulus Aliyah tahun
1958, Gurutta Sanusi Baco hijrah ke Makassar dan mengajar di beberapa
tempat.






Gurutta Sanusi Baco sempat menjadi Sarjana Muda (BA) di Universitas Muslim
Indonesia, kemudian setelah selesai, Sanusi Baco yang juga tokoh pendiri
PMII di Sulawesi Selatan  mendapat kesempatan beasiswa dari Departemen
Agama Republik Indonesia untuk kuliah di Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir.






Sebagaimana yang sering diungkapkan Gurutta, ketika memberikan dakwah di
hadapan warga Nahdliyin, sewaktu perjalanannya dari Indonesia ke Mesir
menaiki kapal, di saat itulah beliau berjumpa dengan KH Abdurrahman Wahid
atau yang lebih akrab dipanggil Gus Dur.






Gurutta Sanusi dalam perjalanan ke Mesir itu mendapatkan kesempatan
mendengar cerita/humor dari Gus Dur. Gurutta heran, Gus Dur selama sebulan
penuh tiap harinya bercerita/humor di hadapannya dengan cerita yang
berbeda. Demikian Gurutta Sanusi mengenang pertemuannya dengan Gus Dur.






Berawal dari persahabatannya dengan Gus Dur membuat Gurutta Sanusi Baco
bertekad untuk berkhidmah di NU. Setelah kembali ke Makassar, aktifitasnya
adalah mengajar di Universitas Muslim Indonesia, Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah
Al-Gazali (sekarang UIM) dan mulai berkeliling berdakwah dan mendirikan
Sekolah Tinggi Al-Gazali Cabang STAI Al-Gazali di Makassar serta sebagai
Dosen Tetap di Fakultas Syariah IAIN Alauddin Makassar.






Kemudian di umur 78 tahun saat ini Gurutta Sanusi Baco setia berkhidmat di
Nahdlatul Ulama. Saat ini masih aktif mengabdikan dirinya untuk memajukan
pendidikan Nahdaltul Ulama sebagai Ketua Umum Dewan Pembina Yayasan
Perguruan Tinggi Al-Gazali Makassar, yayasan yang menaungi Universitas
Islam Makassar sebagai satu-satunya Perguruan Tinggi milik Nahdlatul Ulama
Sulawesi Selatan.






Selain mengabdikan dirinya di Universitas Islam Makassar, Gurutta Sanusi
masih aktif berdakwah dan memberikan nasehat kepada masyarakat Sulawesi

Selatan dan pada tahun 2012 Gurutta Sanusi Baco dianugerahkan Doktor
Honoris Causa dalam bidang Hukum Islam atau fiqh di Universitas Islam
Negeri (UIN) Alauddin Makassar. []






(Andy Muhammad Idris/Anam)






--
http://harian-oftheday.blogspot.com/


"...menyembah yang maha esa,
menghormati yang lebih tua,
menyayangi yang lebih muda,
mengasihi sesama..."

Kirim email ke