Banom dan Masa Depan NU

Oleh: Rahmat Basuki




Muktamar ke-33 NU di Jombang sudah usai. Gegap gembita muktamar dengan
dinamikanya sudah kembali pada khittah masing-masing. Ide dan gagasan
tentang AHWA yang sempat bikin gaduh dunia pesantren pun disepakati dan
hasilnya pun sudah diketahui. Kini, publik pun tinggal menunggu struktur
pengurus PBNU periode 2015-2020 yang gosipnya akan segera diumumkan akhir
bulan Agustus 2015.




Selain tentang AHWA, sesungguhnya untuk intern organisasi NU, dalam
muktamar di Jombang Jawa Timur juga ada keputusan yang krusial dan sempat
menjadi perdebatan panjang di beberapa banom NU. Salah satunya keputusan
masuknya Kopri dan PMII menjadi bagian dari badan otonom NU.




Kegelisahan ini sangat wajar dan lumrah terjadi karena dalam AD/ART NU
selain menjelaskan tentang definisi badan otonom, tugas dan tanggung jawab
juga menentukan level badan otonom. Uniknya, ada duplikasi peraturan antara
AD/ART NU dan PD/PRT badan otonom yang sama tapi berbeda dalam
menafsirkannya. Hal-hal demikian perlu mendapatkan perhatian dan pengawalan
dari PBNU agar tidak bias dan multi tafsir yang bertentangan.




Tahun Momentum




Selain NU, Dalam waktu dekat, beberapa badan otonom NU akan
menyelenggarakan kongresnya. Paling dekat adalah Fatayat NU pada September
2016 ini yang akan diikuti oleh badan otonom NU lain seperti IPNU-IPPNU, GP
Ansor, dan Muslimat NU. Momentum ini harus mampu dikawal dengan baik oleh
semua unsur yang mempunyai keperdulian terhadap NU menuju NU sebagai
organisasi modern. Ini penting, sebagaimana muktamar, Kongres adalah forum
tertinggi bagi badan otonom, yang salah satunya adalah perubahan PD/PRT.

Mungkin tidak bisa menyesuikan 100% dengan keputusan muktamar tapi harus
ada menyelarasan secara bertahap menuju harapan ideal sebagaimana hasil
muktamar. Pengawalan ini dilakukan agar tidak muncul kesan banom-banom NU
berjalan masing-masing tanpa terkendali dengan baik.




Momentum ini adalah kesempatan langka atau mustahil akan ada pada masa yang
akan datang akan baik jika digunakan untuk  untuk menyusun ulang badan
otonom sebagai jejang kaderisasi NU. Momentum ini harus digunakan untuk
menyusun pola kaderisasi, pola komunikasi, jenjang kaderisasi dan
distribusi kader antar badan otonom agar lebih elegan dan dinamis. Apalagi,
PMII dan KOPRI- jika sesuai dengan hasil muktamar-masuk dan menjadi bagian
integral dari level kaderisasi formal dalam tubuh NU.




Kita harus mampu menata pola komunikasi yang baik antara IPNU dengan PMII,
IPPNU dengan KOPRI serta jenjang Fatayat NU da GP Ansor. Jika hal ini bisa
berjalan dengan baik dengan fokus pada karakter masing-masing, maka NU akan
lebih mudah dalam menopang perjalanan organisasi. NU tinggal fokus pada
isu-isu nasional dan internasional yang berkaitan langsung maupun tidak
langsung dengan anggotanya. Hal ini penting dilakukan karena NU dengan
Islam Nusantaranya sedang berusaha fokus mengubah cintra Islam yang

humanis, egaliterian dan dapat diterima oleh semua pihak. Bukan Islam ISIS

–meski sumuk- yang selama ini menghiasi media-media dengan segala
keburukannya. []




*Wasekjend PP IPNU dan dosen tetap UNU Lampung






--
http://harian-oftheday.blogspot.com/


"...menyembah yang maha esa,
menghormati yang lebih tua,
menyayangi yang lebih muda,
mengasihi sesama..."

Kirim email ke