Islam Nusantara Tidak Bertentangan dengan Syari’at

Jumat, 18/09/2015 19:03






Jakarta, *NU Online *
Islam Nusantara dituduh tidak ada landasannya. Juga dianggap
mengkotak-kotakkan Islam. Tak hanya itu, dianggap tidak mengikuti
Rasulullah. Beberapa pertanyaan diajukan, misalnya Islam Nusantara ibadah
hajinya kemana? Ketika mati, dikebumikan dengan memakian batik?


“Itu ungkapan nyinyir di sosmed,” kata Pengurus Cabang Istimewa NU Akhmad
Sahal, salah seorang narasumber di Forum Tashwirul Afkar yang berlangsung
di Perpustakaan PBNU, Jakarta, Jumat sore (18/9).


Padahal kata dia, kalau diteliti, sebagaimana disampaikan Rais Aam PBNU KH
Ma’ruf Amin, Islam Nusantara hanyalah ganti cashing. Isinya adalah Islam
Ahlussunah wal Jamaah (Aswaja) an-Nahdliyah.


Menurut dia, ulama Aswaja di Indonesia adalah Islam yang mutassil
(bersambung) kepada Islam Rasulullah SAW. Islam Nusanatara adalah cara
orang Indonesia untuk berislam dengan cara Islam Rasulullah berdasar dengan
fiqih dan ushul fiqih.


Kalau belajar ushul fiqh, ada aspek permanen dan berubah dalam Islam. Soal
aqidah, ibadah mahdhoh itu adalah aspek permanen tidak bisa diubah-ubah.
Hal itu sudah dirinci Nabi Muhammad SAW. “Islam Nusantara tidak mengurusi
aqidah, tauhid, kenabian, hari kiamat. Itu permanen. Kapan pun dan dimana
pun.”


Islam Nusantara berada pada wilayah mutaghayrat (berubah); bisa berubah
karena lokasi atau waktu. Hal itu berada dalam muamalah semisal
permasalahan keluarga, sosial kemasyarakatan, ekonomi, politik, dan
kebudayaan.


Dalam wilayah muamalah, Islam Nusantara berdasarkan prinsip kemashlahatan.
Dan kemalahatan itu dinamis. “Prinsipnya asal tidak bertentangan dengan
syari’ah,” jelasnya. Seraya menambahkan, Islam Nusantara tidak mengubah
shalat Subuh menjadi tujuh rakaat, misalnya.


Lebih jauh ia mengatakan, kalau menengok sejarah, dalam hal muamalah dan
adat sitiadat, Islam tidak menawarkan sesuatu yang baru. Islam hanya
mengoreksi jika ada kebiasaan yang bertentangan prinsip syari’ah.


Ia mencontohkan dalam hal pakaian orang Arab dengan menukil penjelasan KH A
Mustofa Bisri. Nabi Muhammad memakai pakaian Arab. Pakaian gaya Arab
tersebut dipakai musuh-musuhnya serta sahabat-sahabatnya. Nabi tidak hadir
dengan kostum baru.


“Nabi menggunakan pakaia Arab. Itu bukti menghargai tradisi setempat.
Prinsipnya tidak bertentangan dengan syariat,” tegasnya. (*Abdullah Alawi)*







*Sumber:*


http://nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,62272-lang,id-c,nasional-t,Islam+Nusantara+Tidak+Bertentangan+dengan+Syari%E2%80%99at-.phpx






--
http://harian-oftheday.blogspot.com/


"...menyembah yang maha esa,
menghormati yang lebih tua,
menyayangi yang lebih muda,
mengasihi sesama..."

Kirim email ke