Islam Nusantara Cegah Radikalisme

Cetak | 17 September 2015 30 dibaca 1 komentar






JAKARTA, KOMPAS — Islam Nusantara yang terus digaungkan oleh salah satu
organisasi kemasyarakatan Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama,
diyakini mampu menangkal paham radikal yang tengah berkembang di tengah
masyarakat. Penerapan Islam Nusantara mengedepankan cara berpikir yang
dinamis dan berlandaskan pada nilai-nilai kebaikan diharapkan mampu
mewujudkan praksis Islam sebagai rahmat bagi semesta alam.






"Islam Nusantara menjunjung cara berpikir yang dinamis, tetapi tetap sesuai
aturan dan disampaikan dengan sopan santun, tanpa kekerasan. Dengan begitu,
masyarakat dapat terjaga dari radikalisme," kata Rais Aam Syuriah Pengurus
Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Ma'ruf Amin saat menyampaikan pengarahan di
Jakarta, Rabu (16/9) malam.






Di sela-sela acara pelantikan pengurus lembaga-lembaga PBNU masa Khidmat
2015-2020 itu, Ma'ruf juga menekankan, tanggung jawab utama pengurus NU
adalah menjaga masyarakat dari paham radikal serta cara-cara berpikir yang
menyimpang. Menurut Ma'ruf, paham radikal justru dapat memicu konflik dan
perpecahan.






Ma'ruf mengatakan, para nahdliyin harus menerapkan prinsip cara berpikir
Islam Nusantara yang dinamis. Artinya, gagasan yang kreatif dan inovatif
untuk perbaikan bangsa harus terus digagas.






Selain itu, para nahdliyin juga perlu menanamkan sikap toleran dan
menghargai perbedaan. "Kita tidak boleh merasa paling benar dengan pendapat
pribadi," ujar Ma'ruf.






Ma'ruf menambahkan, Islam Nusantara juga mengedepankan prinsip rasa cinta
antarumat beragama. Tidak boleh ada upaya intimidasi, pemaksaan, dan
ancaman di tengah masyarakat.






Selain menyampaikan prinsip Islam Nusantara, Ma'ruf juga mengingatkan para
pengurus yang baru dilantik, amanah menjadi pengurus NU harus dijaga dengan
baik. Pengurus diharapkan tidak hanya menjalankan tanggung jawab, tetapi
juga mampu memberdayakan umat Islam.






Menurut Ma'ruf, kontribusi umat Islam untuk memajukan sektor riil akan
mampu mendorong perbaikan perekonomian bangsa Indonesia. Perbaikan di
bidang lain, seperti pendidikan dan kesehatan, juga harus dilakukan dengan
bergotong royong.






Warna budaya






Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj menuturkan,
Islam Nusantara akan mewarnai peradaban kebudayaan Indonesia. Menurut dia,
kemunculan Islam yang berbarengan dengan agama-agama lain di Indonesia
telah menjadi bukti bahwa ajaran Islam telah berakar sejak lama.






Said mengatakan, di era globalisasi umat Muslim harus menjunjung tinggi
identitas dan kebudayaan bangsa. Dengan demikian, umat Muslim tidak
kehilangan arah di tengah banyaknya pemikiran yang muncul di masyarakat.
"Di era globalisasi ini, karakter kepribadian sebagai muslim Indonesia
harus memiliki tipologi Islam Nusantara," katanya.






Lebih lanjut, kata Said, agama tidak membatasi seseorang untuk menerapkan
nilai-nilai budaya. Sebaliknya, jangan sampai, atas nama agama, kebudayaan
yang memiliki nilai kebaikan justru dihilangkan. Matinya nilai-nilai budaya
berdampak pada tersisihnya masyarakat dari peradaban dunia. (B08)






KOMPAS, 17 September 2015






--
http://harian-oftheday.blogspot.com/


"...menyembah yang maha esa,
menghormati yang lebih tua,
menyayangi yang lebih muda,
mengasihi sesama..."

Kirim email ke