Nabi Ibrahim dan Ka’bah

Oleh: Warsa Suwarsa


[image: Inline image 1]




Ada dua versi terkait perjalanan spiritual nabi Ibrahim, dan ini -jika

dianalisa dengan pandangan sejarah- masih belum menyentuh fakta historis
karena hanya bersumber pada penuturan verbal dari generasi ke generasi.




Pertama, dalam tradisi biblikal disebutkan, Ibrahim melakukan perjalanan
spiritual dari Kota Ur sampai ke Kan'an saja. Dalam tradisi biblikal yang
tercantum dalam folklore -cerita Yudaisme- perjalanan spiritual tersebut
merupakan aplikasi kehidupan para nabi, berpindah tempat dari tanah
kelahiran ke kota tujuan, folklore yang berkembang di masyarakat
Yudea-Yerussalem ini terus berkembang karena Ibrahim diyakini sebagai Bapak
Monotheisme. Sudah tentu, cerita perjalanan Ibrahim dari Kota Ur sampai ke
Kan'an ini mengabaikan jika Ibrahim dalam versi lain pernah singgah ke
Padang Haran (Makkah, Bakkah).




Kedua, perjalanan Ibrahim versi Arab-Islam, diyakini dalam tradisi lisan
orang-orang Arab baik pra Islam mau pun setelah mereka menganut Islam,
Ibrahim pernah singgah ke Makkah, beliau menempatkan Hajar (Hagar) dan
Ismail di tempat dimana sekarang telah menjadi tempat pelaksanaan Ibadah
Haji Kaum Muslimin. Bahkan dari tradisi lisan orang-orang Arab tersebut
disebutkan, setelah Ismail dewasa, Ibrahim mengunjungi lagi Makkah untuk
membangun kembali Ka'bah yang telah diabaikan oleh orang-orang Arab
pra-Islam. Hingga diyakinilah, bangunan Ka'bah (Kubus Batu) ini telah
dibangun oleh Ibrahim dan Ismail.




Kontradiksi dan paradoks cerita tentang Ibrahim ini tidak hanya pada
perjalanannya saja. Dalam tradisi Yudaisme disebutkan, anak Ibrahim yang
harus disembelih atas perintah Tuhan adalah Ishaq, sementara dalam tradisi
lisan orang-orang Arab disebutkan Ibrahim menerima perintah Tuhan pada dua
hari sebelum 10 Dzulhijjah, pada masa Tarwiyyah, harus menyembelih Ismail
sebagai akibat dari Nadzar Ibrahim: Jika aku memiliki anak lelaki, kemudian
Tuhan memerintahkanku untuk menyembelihnya, maka aku akan memilih untuk
menyembelihnya karena kecintaanku kepada Tuhan."




Lantas, kenapa sampai ada dua versi cerita tentang Ibrahim dan cerita besar
lain sebagai kisah turunan dari cerita utama? Apakah kedua kelompok antara
orang-orang Yudea dengan orang Arab memiliki motif tertentu dengan adanya
klaim bahkan sampai dimasukkan ke dalam kitab suci? Padahal, kita sama
sekali tidak akan pernah tahu, siapa orang yang pertama kali datang ke
sebuah tempat di mana kegersangan dan gunung-gunung batu mengelilinginya.




Dan munculnya klaim Ibrahim pernah mengunjungi Makkah ini telah beredar
sejak sebelum Rosul diutus di Makkah. Orang Arab telah meyakini sepenuhnya,
Ka'bah sejak semula dibangun oleh Ibrahim dan Ismail terus dijaga oleh suku
pilihan dari Bani Hasyim sebagai turunan dari Ibrahim dan Ismail. Dan
puncaknya adalah saat Tuhan mengutus Nabi dari kalangan mereka sendiri,
olok-olok yang dilakukan oleh kelompok Yudaisme terhadap orang Arab sebagai
bangsa yang dianaktirikan oleh Tuhan karena tidak pernah memiliki nabi dan
kitab suci dalam bahasa Arab terjawab setelah Muhammad diutus dan diyakini
telah membenarkan kembali fondasi ajaran yang telah diwariskan oleh Ibrahim
dan Ismail. secara turun-temurun.




Jauh sebelum Islam menguasai Jazirah Arab, telah berkembang cerita, bahwa
Ka'bah (Kubus Batu) sebagai kuil suci rumah Tuhan bukan hanya ada di Makkah
saja. Beberapa suku Arab lain pun telah membangun Ka'bah karena adanya
kesamaan keyakinan mereka waktu itu, penganut paganisme. Penamaan Ka'bah
sebagai Rumah Tuhan pun tidak lepas dari sikap orang Arab pra Islam yang
menempatkan patung dan berhala sebagai tuhan mereka di dalam Ka'bah,
sekitar 360 berhala ditempatkan di dalam Ka'bah, mereka menyebut, Ka'bah
sebagai Rumah Tuhan, tradisi penyebutan ini sampai sekarang masih dijaga
dengan menyebut Ka'bah sebagai "Baitulloh".




Ka'bah lain yang dibangun oleh orang Arab selain di Makkah misalnya di
Yaman. Sebagai kepala Suku, Abrahah memiliki pandangan sederhana, agar
tradisi Hajj yang biasa dilakukan oleh orang Arab pra Islam bersifat
efektif, maka sudah sewajarnya di setiap kabilah dibangun Rumah Tuhan.
Namun secara politis bagi suku terbesar di Arab waktu itu (Suku Quraisy)
pernyataan seperti beberapa kabilah akan merugikan baik kemasyhuran mau pun
secara ekonomis. Sebagai suku terbesar di Jazirah Arab, kaum Quraisy
memiliki keharusan untuk menstabilkan keadaan. Strategi pertama, para
pembesar Quraisy mengagendakan, pasar kesenian atau pameran besar-besaran
setiap satu tahun sekali, disebut Ukaz sebagai karnaval dan pentas seni
serta bercengkrama setiap kabilah di jazirah Arab. Ikatan emosional
terbangun, hubungan interpersonal tiap kabilah terwujud, bahkan, para
penjaga Ka'bah di Makkah memberikan sikap toleran dengan membolehkan setiap
kabilah menyimpan berhala sesembahan mereka di dalam Ka'bah. Orang Quraisy
berpandangan Ka'bah ini milik setiap kabilah dibalik motif ekonomi sebagai
penyangga utama kehidupan di Makkah waktu itu.




Kedua, aliansi Quraisy dengan kabilah-kabilah lain telah membentuk menjadi
kekuatan besar, maka sudah seharusnya jika ada riak kecil yang mengganggu
stabilitas harus dihentikan. Aliansi kekuatan ini melakukan penyerbuan ke
setiap kabilah yang disinyalir telah berani menghembuskan issue pembangunan
Ka'bah di setiap kabilah. Banyak kabilah yang dihancurkan, cerita ini
dikembangkan secara kiasan oleh para penyair Arab dalam bingkai metafora,
aliansi kekuatan Quraisy dan sekitar 300 lebih kabilah diilustrasikan
sebagai burung-burung yang diutus Tuhan untuk melindungi RumahNya dari
serbuan siapa pun. []




Warsa Suwarsa akrab disapa Kang Warsa, budayawan, tinggal di Sukabumi. Ia
bisa ditemui di Twitter: @Kang_Warsa







--
http://harian-oftheday.blogspot.com/


"...menyembah yang maha esa,
menghormati yang lebih tua,
menyayangi yang lebih muda,
mengasihi sesama..."

Kirim email ke