Kumpulan berita ini juga disajikan di website http://umarsaid.free.fr

                                Aneka berita Noordin M Top
                                                    * * *
Jatuh-Bangun Noordin M Top

Minggu, 9 Agustus 2009

KOMPAS.com - Tim polisi antiteror sebenarnya sudah pernah demikian dekat
dengan buronan teroris Noordin M Top (40) tiga tahun lalu. Ketika itu,
Sabtu, 29 April 2006 di Desa Binangun, Wonosobo, Jawa Tengah, polisi baku
tembak sejak dini hari sekitar dua jam. Namun, warga negara Malaysia
kelahiran Kluang Johor, Malaysia, 11 Agustus 1968 itu berhasil lolos dengan
luka tembak di kakinya.

Sementara itu, dua teroris rekan Noordin yang tewas dalam penyerbuan di
Wonosobo adalah Gempur Budi Angkoro alias Jabir dan Baharudin Soleh alias
Abdul Hadi. Noordin diyakini polisi merupakan orang yang paling bertanggung
jawab di balik empat peristiwa pengeboman di Indonesia, yakni Hotel JW
Marriott di Jakarta tahun 2003, Kedutaan Besar Australia di Kuningan-Jakarta
tahun 2004, tiga restoran di Denpasar-Bali tahun 2005, dan dua hotel di
kawasan Mega Kuningan Jakarta, yakni JW Marriott dan The Ritz-Carlton pada
17 Juli 2009.

Noordin—lulusan Universiti Teknologi Malaysia—selama ini menjalankan aksinya
dengan memanfaatkan orang dari organisasi Al Jamaah Al Islamiyah atau Jemaah
Islamiyah (JI). Noordin sendiri menganggap dirinya sebagai pemimpin sayap
militer JI. Namun, banyak dari anggota JI memandang kelompok Noordin sebagai
kelompok sempalan JI. Diperkirakan sejak tahun 2003, Noordin dan kelompoknya
merencanakan dan menjalankan aksinya sendiri.

Sejak sekitar tahun 2004, bahkan Noordin kerap merekrut orang-orang muda
dari organisasi lain ataupun yang tak berpayung dalam suatu organisasi.

Saat bersekolah mengambil gelar sarjana S-1 di Universiti Teknologi
Malaysia, sekitar tahun 1995, Noordin mulai kerap bersinggungan dengan
pondok pesantren Luqmanul Hakiem, yang tak jauh dari kampusnya. Ponpes ini
merupakan salah satu sekolah jaringan JI di Malaysia. Belakangan, Noordin
menjadi kepala sekolah di ponpes itu hingga tahun 2001. Ketika Malaysia
intensif memberangus jaringan JI, ponpes itu pun berhenti beroperasi tahun
2002.

Lari ke Indonesia

Noordin kemudian melarikan diri ke Indonesia, yakni ke Riau, Sumatera,
sekitar awal tahun 2002. Dari Riau, Noordin pindah ke Bukittinggi, Sumatra
Barat. Kemudian, pada Januari 2003, Noordin, Rais, dan Azhari Husin (warga
negara Malaysia, sudah tewas) pindah ke Bengkulu. Di Bengkulu inilah,
Noordin mulai terlecut ide untuk menggelar aksi pengeboman spektakuler, yang
lalu berujung pada sasaran JW Marriott pada 5 Agustus 2003.

Noordin juga kerap mengklaim dirinya sebagai Al Qaeda untuk kepulauan
Melayu. Bahkan, dia sempat memakai nama samaran Aiman yang merujuk kepada
salah satu petinggi Al Qaeda, yakni Aiman Zawaheri.

Dalam pengeboman JW Marriott 2003 itu, Noordin dan Azhari menggunakan
sejumlah anggota JI yang berbasis di Sumatera—yang juga terkait dengan
sekolah Luqmanul Hakiem di Malaysia.

Pascapengeboman Marriott, Noordin berpindah-pindah tempat. Akhir tahun 2003,
Noordin dan Azhari sempat bersembunyi di Bandung, Jawa Barat. Kemudian
pindah ke Solo, Surabaya, Blitar, Pasuruhan, Jawa Timur. Selama pelarian
ini, Noordin se menikah dengan Munfiatun (istri kedua) sekitar Mei 2004.
Saat dalam pelarian itu, Noordin dan Azhari juga merencanakan proyek
pengeboman selanjutnya, yang lalu menyasar Kedubes Australia di Jakarta pada
9 September 2004.

Pascapeledakan Kedubes Australia, Noordin kembali berpindah-pindah
persembunyian, di antaranya Solo (Laweyan), Pacet (Mojokerto), Indramayu
(Jaw Barat), Pekalongan, Semarang. Selama masa pelarian itu Noordin dan
Azhari menyiapkan proyek peledakan bom selanjutnya, yakni Bom Bali II. Saat
peledakan itu, Noordin diduga tetap berada di Semarang.

Kemudian, pasca-Bom Bali II pada 1 Oktober 2005 dan operasi di Batu (Jawa
Timur) yang menewaskan Azhari pada 9 November 2005, Noordin sempat
bersembunyi di Solo, Rengasdengklok, dan Krawang (Jawa Barat), Surabaya,
Wonosobo (Jawa Tengah). Sampai akhirnya polisi menyerbu di Desa Binangun
(Wonosobo) 29 April 2006, Noordin lolos.

Setahun terakhir, jejak Noordin tercium di Cilacap, Jawa Tengah, dan
menikahi Arina Rahmah gadis setempat, lalu di Kuningan (Jawa Barat) sebelum
peledakan 17 Juli 2009. Noordin juga diduga singgah di Perumahan Puri
Nusapala, Jatiasih, Bekasi, pascapeledakan.

Namun, apakah mayat Mr X hasil penyerbuan polisi selama 17 jam di
Temanggung, Jawa Tengah, adalah Noordin? Lebih baik menunggu bukti ilmiah
yang mengungkapnya. (SF)

* * *

Rumah “Benteng” Noor Din M. Top Ditutupi Seng

Sabtu, 08 Agustus 2009 a

TEMPO Interaktif, Temanggung -Rumah Djahri yang digrebek karena diduga
menjadi persembunyian Noor Din M. Top ditutupi dengan seng. Seng setinggi
2,5 meter tersebut menutupi seluruh bagian rumah kecuali atasnya. Penutupan
tersebut bertujuan untuk menjaga keadaan rumah untuk olah TKP (tempat
Kejadian Perkara).

“Memang ada perintah untuk menutup semua bagian rumah supaya tidak ada yang
bisa masuk,” kata kepala Desa Beji, Kedu, Temanggung, Purnomohadi, Sabtu
malam (8/8).

Seng dipasang vertikal menutupi sebagian besar rumah dengan diapit bambu
yang dipakukan ke tembok. Pengerjaan penutupan rumah Djahri (sebelumnya
ditulis Muh Jahri) dimulai pukul 20.30 WIB dan selesai pada pukul 21.45 WIB.

Selain itu juga didirikan tenda posko pengamanan di depan rumah Djahri sisi
kiri untuk pos penjagaan aparat kepolisian. Sebab selama ini aparat
menggunakan rumah penduduk sebagai posko.

Menurut informasi dari Bripka Tulus Yuliana, komandan peleton Kompi BS Kedu
yang diperbantukan dalam penjagaan rumah tersebut penutupan untuk menjaga
rumah karena masih akan dilakukan olah TKP. Selain itu supaya tidak ada
tangan jahil yang merusak TKP.

Menurut dia, barang-barang yang masih ada di rumah tersebut hanya tinggal
yang tidak penting. Semua dokumen, foto-foto, dan lain-lain sudah diamankan
oleh Detasemen Khusus 88. “Instruksi langsung dari pimpinan untuk
mengamankan rumah ini,” kata dia.

Saat ditanya apakah akan ada penyisiran terkait kemungkinan adanya
bahan-bahan bom di sekitar rumah Djahri, ia mengatakan bukan haknya untuk
menjawab.

* *

Dinihari yang Menegangkan di Jati Asih

Sabtu, 08 Agustus 2009

TEMPO Interaktif, Jakarta - Menik, 25 tahun, spontan melompat dari tempat
tidurnya ketika dua polisi menggedor kaca jendela kamarnya, Sabtu lalu,
sekitar pukul 01.00 WIB. Dia langsung membangunkan sang suami, Ino Sucipto.
Keduanya lantas beranjak membukakan pintu rumah.

Ketika pintu terkuak, di hadapan mereka berdiri petugas berpakaian sipil dan
berpakaian seragam lengkap dengan senjata digenggaman. "Saya kaget, saya
pikir suami saya berbuat apa sampai polisi datang," ujarnya kepada Tempo di
rumahnya di Blok D3 Perumahan Puri Nusapahla, Kelurahan Jatiluhur, Kecamatan
Jati Asih, Bekasi, Sabtu lalu.

Ternyata, polisi itu meminta keduanya meninggalkan rumah mereka. Itu
lantaran tempat tinggal mereka berada di belakang rumah tersangka teroris di
Blok D12 perumahan itu yang digrebek Sabtu lalu. "Ada bom di belakang," ujar
Ino menirukan petugas. Menik panik mendengarnya. "Tangan saya langsung
gredek-gredek (gemetar), rasanya lemes, perut saya mules," ujar Menik. Ino
pun tak kalah tegang. Tanpa pikir panjang lagi, pegawai Jasa Marga itu
segera menarik lengan istrinya, yang saat itu masih memakai daster, keluar
dari rumah.

Di luar rumah, puluhan petugas berseragam lengkap dengan senjata apinya
sudah bersiaga di sekitar lokasi. Situasinya kala itu, kata Ino, mencekam
sekali. "Kami disuruh jalan terus ke tempat pengungsian, ngga boleh
nengok-nengok," ujar Ino.

Kisah hampir sama dikemukakan Sabarudin, 39 tahun. Saat itu, dia dan
istrinya tengah tidur. Gedoran petugas membangunkan mereka. Keluarganya pun
diminta mengungsi. Petugas, kata Sabarudin, bergerak cepat. Hingga untuk
menutup pintu rumahnya, dia dilarang. "Udah ngga usah ditutup, cepat-cepat,"
ujar Sabarudin menirukan petugas.

Sampai di luar rumah, dia melihat puluhan petugas berseragam hitam-hitam
lengkap dengan senjata dan penutup kepala. "Tinggal matanya aja yang
keliatan," ujar Sabarudin, warga Blok D6 perumahan itu. Para petugas itu
bersiap-siap di sekitar rumahnya yang berada di deretan belakang rumah
tersangka."Suasananya menegangkan," katanya.

Dinihari, sebelum proses evakuasi dilakukan, kata Wahyu, warga di Blok C,
dia sempat mendengar suara letusan tiga kali. "Saya pikir petasan, soalnya
kan udah dekat puasa," ujarnya. Dia pun tak ambil pusing, lalu beranjak
tidur. Belum lama berbaring, rumahnya didatangi petugas yang memintanya
mengungsi.

Menurut Imam Ali Basya, 32 tahun, Humas RT 04/12, 43 kepala keluarga di
wilayahnya diminta mengungsi semua. Sedangkan warga RT 03, imbuhnya, hanya
sebagian yang dievakuasi. Sebagian warga ada yang dievakuasi ke bekas kantor
pemasaran, ada pula yang ke Mesjid Al Ikhlas dan Al Falah di wilayah
tersebut.

Evakuasi yang mendadak itu membuat warga tak bisa beraktifitas normal. Para
orang tua tak masuk kerja. Anak-anak pun tak berangkat ke sekolah. Itu
lantaran mereka baru dibolehkan pulang ke rumah masing-masing setelah hari
siang. "Terpaksa ngga bisa kerja," ujar Ino.

* *

Noor Din M Top Pernah Ke Jati Asih

Sabtu, 08 Agustus 2009

TEMPO Interaktif, Jakarta - Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal
Bambang Hendarso Danuri mengatakan bahwa Noor Din M.Top, gembong teroris
yang dikabarkan tewas tertembak di Temanggung, Jawa Tengah, pagi tadi,
ternyata pernah beberapa kali ke perumahan Nusaphala, Jati Asih, Bekasi.

“Yang kita temukan Noor Din M. Top juga ke tempat itu setelah terjadinya
peristiwa tanggal 17 Juli berada di situ, dan di situ sudah disiapkan satu
buah kendaraan," ujar Bambang, dikantornya, Sabtu (8/8) sore.

Menurut dia, tanggal 6 Agustus lalu, pihaknya sempat merekam keberadaan
Noordin di Jati Asih. Bambang pun menunjukkan beberapa foto Noordin yang
terpotret saat datang ke perumahan yang tak jauh dari kediaman Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono itu. Saat ditanya berapa kali tepatnya Noor Din
pernah terlihat di perumahan tersebut, Bambang hanya tersenyum.

Pernyataan Kapolri ini juga dibenarkan seorang saksi mata, Sri Aman, 60
tahun, tetangga sebelah rumah para teroris tersebut. Menurut Sri yang biasa
dipanggil Ibu Totok ini, ia pernah melihat lelaki berperawakan yang sama
persis seperti Noordin datang ke sebelah rumahnya.

“Usianya sekitar 40-an keatas, rambut cepak setengah botak, mukanya bersih,
mirip Noordin yang dicari itu,” ujarnya yakin.

Rumah Ibu Totok tinggal sangat dekat posisinya dengan rumah yang dijadikan
markas penyimpanan bom para teroris tersebut.

* *

Polisi Seharusnya Tangkap Nurdin M Top Hidup-hidup!

Minggu, 9 Agustus 2009

JAKARTA, KOMPAS.com - Wahidul Qohar, korban selamat ledakan bom di hotel JW
Marriot pada 17 Juli lalu, mengaku kecewa karena kepolisian tak menangkap
teroris nomor satu Noordin M Top hidup-hidup. Menurut Qohar (32), jika
Noordin M Top bisa tertangkap hidup-hidup maka kepolisian juga akan
mendapatkan banyak informasi, termasuk motif dan jaringannya.

"Padahal saya mengharapkannya, dia bisa ditangkap hidup-hidup. Biar kita
tahu kaya apa sebenarnya dia," kata Qohar di JW Marriot Kuningan, Jakarta,
Sabtu (8/8).

Meski dirinya sedikit gemas dengan aksi teror yang dilakukan jaringan
Noordin M Top, Qohar mengaku menyerahkan masalah ini kepada pihak kepolisian
untuk mengungkapkan lebih jauh. Menurutnya, dari pelaku yang masih hidup dan
yang sudah tertangkap, harus diproses secara hukum.

"Yang sudah tertangkap, yah harus diproses, diadili seadil-adilnya,"
ujarnya.

Qohar yang ditempatkan di Departemen Concierge (pengawas pintu) ini juga
mengaku baru sempat melihat penggerebekan di Temanggung melalui televisi,
pada Sabtu siang. Pasalnya, sejak Jumat dirinya sudah sibuk bekerka seperti
biasa.

"Saya baru lihat di TV, waktu tadi makan di kantin," ujar Qohar.

Meski dirinya mengalami gangguan pendengaran akibat ledakan, warga Jl Jeruk
No 1 Perumnas II Bekasi ini juga mengaku tak dendam dengan para pelaku.
"Pokoknya, biar polisi yang yang ngurus. Apa nanti hukum penjara seumur
hidup, atau ditembak mati, bagaimana nanti pengadilan yang menghukumnya,"
paparnya.

Bahkan, Qohar mengaku kaget bahwa pada hari yang sama polisi juga telah
menemukan ratusan kilogram bahan peledak dan menangkap beberapa pelaku teror
di daerahnya, Bekasi. "Saya tahu tadi siang juga. Rupanya, ada bom juga
dekat rumah saya," kata Qohar.

Diketahui, Qohar merupakan korban selamat dari ledakan di hotel bintang lima
JW Marriot pada Jumat (17/7) lalu. Ia sempat mengalami gangguan pendengaran
akibat ledakan bom itu. Bahkan, dirinya sempat mendapatkan perawatan di RS
Jakarta selama tiga hari.

* * *

Jatiasih Dipilih karena Hanya 12 Menit dari Cikeas

JAKARTA, KOMPAS.com - Perumahan Puri Nusa Phala, Jatiasih, Bekasi, Jawa
Barat, mendadak menjadi buah bibir. Perumahan di pinggir Kali Cikeas itu
menjadi pilihan para teroris kelompok Noordin M Top sebagai safe house untuk
merencanakan serangkaian aksi bom. Ahmad Fery, salah satu tersangka,
mengontrak rumah di Blok D12 RT 4 RW 12. Kapolri Jenderal Pol Bambang
Hendarso Danuri mengungkapkan, berdasarkan pengakuan tersangka lain, Amir
Abdillah, ada alasan khusus mengapa perumahan di kawasan Jatiasih menjadi
pilihan.

"Kenapa Jatiasih, karena diperkirakan dari rumah Presiden (Puri Cikeas,
Bogor) hanya sekitar 12 menit. Ini keterangan fakta yuridis, dimana sasaran
tembak adalah rumah Presiden," kata Bambang, dalam keterangan persnya di
Mabes Polri, Jakarta, Sabtu (8/8) petang.
Sebelumnya, Bambang mengatakan, berdasarkan pengakuan tersangka, Istana
Presiden dan kediaman pribadi Presiden SBY di Puri Cikeas, menjadi target
aksi pengeboman pada pertengahan Agustus mendatang.
"Bisa dibayangkan, kalau dalam dua minggu tidak terungkap. Pimpinan
tertinggi kita menjadi target, apa perasaan kita? Apa kita ikhlas?" ujar
Bambang.

* * *

Ahli Singapura: Noordin Belum Tewas!

JAKARTA, KOMPAS.com - Empat belas jam pasca-tewasnya seseorang yang diduga
gembong teroris Noordin M Top pada drama baku tembak antara dirinya dengan
Detasemen Khusus (Densus) Antiteror 88 di sebuah rumah di Temanggung, Jawa
Tengah, pihak kepolisian hingga kini belum dapat memastikan apakah jenazah
tersebut benar teroris asal Malaysia tersebut. Kabar terbaru datang
dariAljazeera.
Melansir pendapat seorang ahli asal Singapura, kantor berita Qatar tersebut
memberitakan kabar tewasnya pimpinan jaringan Al-Qaida Asia Timur tersebut
kini diragukan.

"Dia (Noordin) belum tewas. Tes DNA membuktikan, jenazah itu bukan Noordin M
Top," ujar Kepala Pusat Terorisme dan Kekerasan, yang berbasis di Singapura,
Rohan Gunaratna, kepada Aljazeera.
Namun, Aljazeera tidak menerangkan darimana Rohan mendapatkan tes DNA
tersebut. Rohan melanjutkan, "Namun demikian, Noordin akan terus diburu
hingga beberapa hari mendatang."

Kepala Polri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri sendiri, Sabtu (8/8) di
Jakarta, mengatakan, "Kami belum berani menyebutkan siapa dia karena hal ini
masih harus dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan harus ada DNA."
Kapolri memperkirakan, hasil tes DNA akan segera diketahui dalam waktu satu
minggu. Kendati belum ada pernyataan resmi dari pihak kepolisian, sejumlah
media internasional ternama tetap ramai memberitakan tewasnya seseorang yang
diduga Noordin.
The New York Times menurunkan berita dengan judul, "Pimpinan Al-Qaida
Dilaporkan Tewas". Website CNN, sementara itu, melansir berita senada dengan
judul, "Pelaku Terorisme Tewas". Demikian juga The Wall Street Journal, yang
menuliskan berita berjudul, "Pimpinan Teror Diyakini Tewas".

* * *

Bom Mobil Siap Diledakkan Pasca 17 Agustus

Sabtu, 8 Agustus 2009

JAKARTA, KOMPAS.com - Kelompok terorisme jaringan Noordin M Top yang
berhasil digerebek pihak kepolisian di Perumahan Puri Nusa Phala, Jatiasih,
Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (8/8), ternyata sudah merencanakan serangkaian
aksi serangan bom di Jakarta. Salah satunya, aksi bom mobil yang siap
diledakkan setelah tanggal 17 Agustus 2009.
Dalam keterangan pers Sabtu (8/8) petang, Kapolri Jenderal Pol Bambang
Hendarso Danuri mengatakan, berdasarkan pengakuan salah satu tersangka, Amir
Ibrahim, seluruh aksi direncanakan di rumah yang dikontrak Ahmad Fery itu.
Amir ditangkap polisi pada tanggal 5 Agustus lalu di Jakarta Utara.

"Sudah disiapkan satu kendaraan untuk bom bunuh diri dan sopir yang akan
direkrut adalah IB alias Boim. Di safe house Jatiasih, disiapkan perangkat
bom bunuh diri dengan kendaraan yang akan dilakukan setelah tanggal 17
Agustus," kata Bambang
Amir Ibrahim juga merupakan pelaku pemesan kamar 1808 Hotel JW Marriott. Di
kamar tersebut, dua pelaku bom bunuh diri, Dani Dwi Permana dan Nana Ikhwan
Maulana, sempat bermalam sebelum aksi pengeboman di Mega Kuningan.

*

Kapolri Belum Berani Pastikan Noordin Tewas di Temanggung

Sabtu, 8 Agustus 2009

JAKARTA, KOMPAS.com - Tanda tanya besar, siapa teroris yang tewas dalam
penyergapan aparat Densus 88 dan kepolisian, Sabtu (8/8), di sebuah rumah di
Dusun Beji, Desa Kedu, Kecamatan Kedu, Temanggung, Jawa Tengah, belum
terjawab. Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri meminta masyarakat untuk
bersabar siapa sebenarnya seseorang yang tewas di kamar mandi rumah
tersebut. Sehingga, apakah benar jenazah tersebut merupakan gembong teroris,
Noordin M Top, belum bisa dipastikan.
"Kita belum berani menyebutkan siapa yang bersangkutan. Karena apapun, kita
harus mempertanggungjawabkannya secara yuridis," kata Bambang, dalam jumpa
pers di Ruang Rupatama, Mabes Polri, Jakarta, Sabtu (8/8) sore.

Kepastian identitas jenazah akan disampaikan ke publik setelah dilakukan tes
DNA. Oleh karena itu, Bambang mengimbau, kepada istri ataupun anggota
keluarga yang merasa jenazah itu bagian dari keluarganya, untuk melihat
secara langsung.
"Setelah tes DNA dan didapatkan fakta secara forensik, kita bisa pastikan
siapa ini. Tadi jenazah sudah kita bawa, sudah dilakukan konfirmasi
keluarga, baru minggu berikutnya kita jelaskan," ujarnya.
Saat ditanya, keluarga siapa saja yang dikonfirmasi, Kapolri enggan
menyebutkannya. "Kalau kita patut duga Noordin M Top, kita ambil dari klan
keluarganya. Kalau kita patut duga siapa (yang lain), yang jelas masih ada
kaitan dengan bom Marriott dan Ritz-Carlton," kata Bambang.

* *

Jenazah Noordin Diragukan

8 Agustus 2009

JAKARTA--MI:Pengamat gerakan Islam, Al Haidar menyatakan kecurigaannya bahwa
yang tewas dalam penyerangan di Temanggung, Jawa Tengah pada Minggu (8/8)
bukanlah Noordin M Top.

"Bahkan ada info dari jaringan terorisme lainnya yang beranggotakan
mantan-mantan anggota Jemaah Islamiyah bahwa itu bukan Noordin," papar Al
Haidar ketika dihubungiMediaindonesia.com, Sabtu (8/8) sore.

Keyakinan Al Haidar adalah berdasar pada beberapa kejanggalan pada
penangkapan orang yang dikabarkan sebagai Noordin yang berlangsung selama
lebih dari 12 jam tersebut. Kejanggalan pertama adalah kebiasaan Noordin
memakai bom jaket kemanapun ia pergi, namun polisi hari ini tidak menemukan
sama sekali bom jaket di lokasi penangkapan.

Kejanggalah kedua adalah hari ini dikabarkan Noordin tertangkap seorang
diri. Padahal Al Haidar meyakini bahwa kemanapun Noordin pergi ia pasti
dikawal oleh minimal dua orang.

Kejanggalan ketiga dijelaskan Al Haidar bahwa Temanggung adalah daerah yang
pernah disterilkan oleh pihak kepolisian. "Sangat tidak mungkin Noordin mau
kembali lagi ke sebuah tempat yang sebelumnya pernah 'digrebek'," tambah Al
Haidar.

Kejanggalan terakhir adalah dikabarkan adanya teriakan dari orang yang
diyakini sebagai Noordin yang berteriak bahwa ia adalah Noordin. "Saya yakin
teroris sekaliber Noordin tidak akan melakukan hal tersebut," yakin Al
Haidar.

Ditanyakan jika demikian siapakah yang tewas di tangan kepolisian pada Sabtu
(8/8) siang, Al Haidar menyatakan bahwa bisa saja itu adalah anggota
terorisme dari jaringan Temanggung atau jaringan Cilacap.

"Sehingga dengan demikian peristiwa penangkapan itu hanyalah rekayasa dari
pihak kepolisian untuk menunjukkan perkembangan penanganan masalah teroris,"
ujar Al Haidar yang yakin bahwa Noordin masih bersembunyi dan berada di
sebuah tempat di Jawa Tengah.

Namun misalnya pun memang benar bahwa Noordin lah yang tewas, Al Haidar
tidak menganggapnya sebagai tanda akan berakhirnya tindak terorisme di
Indonesia.

* *

Kapolri:
Rencana Pembunuhan Presiden Pengakuan Tersangka Terorisme

08 Agustus 2009

JAKARTA--MI: Adanya ancaman pembunuhan terhadap Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono didapat dari pengakuan tersangka teroris yang ditangkap tim Densus
88.

Hal ini ditegaskan Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri di Jakarta,
Sabtu (8/8). Rencana pembunuhan terhadap Presiden Yudhoyono ini, jelas
Kapolri, diungkapkan Amir Abdillah, tersangka anggota kelompok teroris yang
diduga terlibat dalam pengeboman Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton beberapa
waktu lalu. Amir ditangkap di Jakarta Utara, 5 Agustus lalu.

"Dari penangkapan inilah, dirinya membuat testimoni tentang strategi
peledakan dan rencana teror ke depan. Ini fakta yuridis dari tersangka,
bukan kami prediksi," jelas Kapolri.

Kapolri menambahkan aksi pengeboman direncanakan dilakukan sekitar 17
Agustus 2009. “Diperkirakan sekitar dua minggu setelah awal Agustus
2009,” lanjutnya. (AO/OL-06).



[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to