Surat Terbuka Untuk Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Tentang Kasus Lhokseumawe, Acheh. Pedih sekali rasanya hati ini ketika cara-cara kekerasan militeristik kembali dipertontonkan di “Serambi Mekkah”; Acheh. Kekerasan itu lagi-lagi memakan korban jiwa yang tidak sedikit. Tersentak rasanya kemanusiaan kita, karena yang menjadi korban justru masyarakat sipil, ibu-ibu dan anak-anak. Keprihatinan yang mendalam dan protes ditujukan kepada Tentara Nasional Indonesia (TNI), yang menerapkan cara-cara kekerasan militeristik untuk menyelesaikan konflik sosial. Setelah ditindas puluhan tahun dengan perlakuan Daerah Operasi Militer (DOM), masyarakat Acheh merasa memiliki kesempatan yang lebih leluasa untuk bersuara. Apapun aspirasinya, lepas dari setuju atau tidak setuju dengan ide referendum dan “Acheh merdeka”, tindakan kekerasan tidak dapat ditolerir. Segala bentuk pembenaran atas tindakan militer itu, rasa-rasanya tidak layak lagi diberikan oleh TNI, setelah puluhan tahun penindasan DOM yang menghasilkan kuburan-kuburan massal. Yang perlu dilakukan TNI adalah meminta maaf secara tulus (bukan sekedar formalitas), menghentikan aksi militeristiknya dan membiarkan penyelesaian masalah Acheh secara damai, dalam tataran kultural, religius dan akseptabel bagi masyarakat Acheh. Keprihatinan pun ditujukan bagi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang sampai saat ini belum memberikan tekanan berarti kepada pemerintah dan militer Indonesia untuk menghentikan tindakan kekerasan militeristik terhadap rakyat (apalagi masyarakat sipil) di Acheh. Sangat berbeda sekali dengan perhatian khusus PBB terhadap kasus-kasus serupa yang terjadi di Timor-Timur. PBB harus lebih fair memberikan keprihatinan dan perhatian atas kedua masalah itu. Keduanya, sama-sama menyentakkan nurani, mengerikan dan tidak dapat dibenarkan. Dalam kedua kasus itu pula, nyawa manusia banyak melayang karena kekerasan militeristik. Demikian surat terbuka ini disampaikan, semoga pihak-pihak yang terkait dapat memperhatikannya dan masih memiliki hati nurani. “Di mana seorang manusia digantung, di situ kemanusiaan kita semua digantung” (Aime Cesaire, Karibia). Hormat Saya, Martin Manurung Koordinator Solidaritas Mahasiswa Kristen untuk Reformasi Indonesia (SMKRI), Presidium Forum Mahasiswa untuk Kerukunan Umat Beragama (FORMA-KUB), dan Mahasiswa FE-UI. ____________________________________________ Dukunglah Kampanye AGAMA untuk PERDAMAIAN! Forum Mahasiswa untuk Kerukunan Umat Beragama (FORMA-KUB) Kunjungi http://come.to/forma-kub E-mail: [EMAIL PROTECTED] ______________________________________________________________________ To subscribe, email: [EMAIL PROTECTED] To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Indonesia Baru: berkeadilan tanpa kekerasan!