Saya fwd salah satu posting saya di milis lain ttg BRI u/ melengkapi 
'renungan' rekan yang sedang kesal dengan mekanisme pengiriman uang di BRI

>Netters,
>ada rekan kerja saya satu kantor yang punya ibu di Rembang. Baru-baru ini 
>setelah kematian suaminya (ayah rekan saya itu) ia berniat mengambil 
>deposito di BRI Rembang senilai beberapa juta (tidak besar, mungkin di 
>bawah Rp10 juta, ybs menolak mengungkapkannya). Oleh BRI Rembang dipersulit 
>dengan mengatakan, harus memiliki akta notaris yang menyebutkan si ibu 
>adalah pewaris sah si bapak. Anehnya selang beberapa hari datanglah seorang 
>notaris ke rumah ibu rekan saya ini di Rembang dan menawarkan bantuannya 
>mencairkan deposito itu dengan imbalan Rp2 juta. Tahu dari mana ia ibu ini 
>sedang ada urusan dengan deposito di BRI?
>     Rekan saya ini lalu menghubungi Humas BRI Jakarta dan dinyatakan tidak 
>perlu akta notaris, cukup surat keterangan lurah bahwa si ibu adalah ahli 
>waris si bapak. Orang di BRI Pusat juga menyempatkan menelpon Rembang dan 
>menyatakan agar ibu tersebut dibantu (jangan dipersulit) pencairan 
>depositonya.
>     Dengan modal kepercayaan BRI akan membantu, si ibu esoknya kembali 
>datang ke BRI Rembang. Lagi-lagi dipersulit. Dikatakan harus melalui 
>notaris itu dan menurut bank biayanya hanya Rp1 juta (sudah turun nih yee).
>     Rekan saya ini kembali menghubungi BRI Pusat Jakarta yang setengahnya 
>mengakui mungkin ada permainan dengan memanfaatkan 'kebodohan' atau 
>keluguan orang kecil di daerah, yang mungkin semula dirasa bakal manut saja 
>disuruh bikin akta notaris. Ia merasa tidak bisa menekan Rembang lagi lalu 
>berjanji mengenalkan rekan saya ini dengan kepala bagian kredit (tidak tahu 
>persis) di BRI Pusat.
>     Sampai surat ini saya posting urusan belum selesai. Coba bayangkan, 
>modal untuk buka warung kecil saja dipersulit oleh BRI. Jumlahnya hanya di 
>bawah Rp10 juta. Bagaimana mau bicara ekonomi kerakyatan (meminjam 
>istilahnya Adi Sasono)? Bagaimana juga nasib nasabah BRI Rembang atau 
>BRI-BRI lainnya yang buta huruf atau buta hukum atau kebetulan tidak punya 
>anak di Jakarta yang bersedia susah payah menelpon BRI pusat (itu pun belum 
>usai urusannya)?
>     Ada netters yang punya pengalaman serupa atau yang bekerja di BRI dan 
>bisa menjawab masalah orang kecil ini?
>
>Salam, MGH
>
>****************
>Take a look on my news website http://www.mandiri.com
>compare it to our competitor http://www.detik.com
>and send your comments to [EMAIL PROTECTED]


______________________________________________________
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com

______________________________________________________________________
To subscribe, email: [EMAIL PROTECTED]
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]

Indonesia Baru: berkeadilan tanpa kekerasan!


Kirim email ke