--
On Wed, 12 May 1999 08:53:24 Eva Kurnia D wrote:
>Mas Amin Riza,
>
>Menurut saya, Mega menggunakan isu gender hanya untuk mendukung
>kekuasannya.
Justru sebaliknya Eva,tidak boleh menggunakan issue gender untuk meraih kekuasaan.
Satu pernyataan mbak Mega itu mencuatkan dua isyarat sekaligus, kalau menyerang Mega
karena dia wanita, maka penyerangnya sacrifice 57% suara, sedang kalau bukan gender
masalahnya, berarti pencalonan Mega sah-sah saja. Pilih mana?
>Buktinya, dulu waktu jaman orde baru dan Mega "dikuyo-kuyo"
>lantas banyak orang bersimpati padanya salah satunya khan karena dia
>perempuan.
Nggak juga, coba lihat lagi runtutan peristiwanya yang berujung di 27 Juli. Yang
dikuyo-kuyo adalah kelompok legitimate dibawah Mega, bukan Mega-nya. Mega waktu itu
ditakuti karena memperhitungkan besarnya silent majority pendukung bung Karno.
Tetapi sekarang ditakuti karena timnya yang solid. Sehingga perlu diselundupkan
Dimyati, Theo dan Jacob untuk menetralisir Kwik, Laksamana dsb. Tetapi missi ini gagal
total, karena tokoh yang diselundupkan ini membelot, masuk PDIP dalam artian
sebenarnya. Dan itu dibawah manajemen mbak Mega, yang "pendiam, plonga-plongo, dan
nggak ngerti apa-apa". Sehingga yang paling mudah merongrong mereka adalah dengan
ngomporin kalangan islam. Malangnya, Gus Dur (yang tidak diragukan ke-Islam-annya)
sepenuhnya mendukung. Jadilah perlu disusun skenario baru untuk menghambat pertumbuhan
PDIP, misalnya dengan membangkitkan keberingasan anak-anak mudanya.
>Sekarang dengan melontarkan masalah harkat wanita pula dia
>berusaha memojokkan pada penyerangnya.
Hanya self defense at the same battlefield.
>Tapi apakah dia seorang pejuang harkat perempuan ? NO !!!
Bolehlah, yang jelas dia punya integritas, anti suap, non kooperasi, dan mampu empower
groupnya untuk tidak one person show.
>Bahkan saat para pendukungnya melucuti pakaian para perempuan pun dia
>hanya bisa "plonga-plongo". Ngomong sepatah kalimat "Jangan anarkis.",
>dan lihatlah hasilnya. Apakah pendukung PDI-P menghentikan aksi
>kekerasannya ? Sekali lagi : NO. Lihatlah yang barusan terjadi di
>Semarang dan Jember.
Mana ada sih perampok pakai seragam dan identitas lengkap. Itu kan skenario Orba
menyerbu Diponegoro pada 27 Juli. Maling kok pakai seragam. Aneh.
Tapi bahwa orang PDIP terlibat dalam kebrutalan itu benar juga, mungkin memang karena
letupan kejengkelan atas penindasan Golkar dimasa lalu. Barangkali kita akan terjebak
pada situasi yang sama kalau pernah mengalami penindasan sistematis macam itu. Cara
meredamnya, ya seperti Marinir di Senen dulu, boleh melempari Toko tapi diarahkan dan
terbatas. If you don't have the best solution, take the best possible one.
Tapi kalau dibandingkan dengan kebrutalan massa PDI tahun 1997 sekarang ini beda
banget, jauh lebih sopan dan teratur. Artinya ada trend perbaikan. Nggak bisa
menggeneralisir satu dua anak PDI sebagai citra PDIP keseluruhan.
>Tidak kurang dari para pejuang perempuan seperti Nursyahbani, Ratna
>Sarumpaet, dan Debra Yatim pun sudah patah arang karena kelakuan Mega
>ini. Mana pernah dia mengusung dan memperjuangkan aspirasi perempuan ?
>Tidak ada.
Yes, they have their own way. Tetapi secara fundamental langkah Mega untuk tetap
membesarkan PDI dan berjuang untuk kursi Presiden masih lebih berbobot. Nursyahbani
dan Ratna adalah pressure group, sementara Mega berjuang untuk Core group.
>Kalau satu-satunya calon presiden perempuan Indonesia seperti ini,
>sebagai perempuan saya jauh lebih senang kalau presiden Indonesia
>laki-laki.
Pendapat Anda patut dihormati.
>
>Regards,
>
>Eva
You too.
>
>> -----Original Message-----
>> From: Amin Riza [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
>> Sent: Tuesday, May 11, 1999 4:32 PM
>> To: [EMAIL PROTECTED]
>> Cc: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED];
>> [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]
>> Subject: [Kuli Tinta] Smart move, Mbak Mega
>>
>> Tenang mas Bambang, dalam dunia kungfu, pendekar yang piawai hanya
>> sedikit bergerak tetapi memberi efek mematikan bagi penyerangnya yang
>> beringas.
>> Begitu juga mbak Mega-mu. Setelah dikeroyok dengan isue senyum, bobo
>> siang, debat Capres, sampai ayat Qur'an, dia cuma bikin satu statemen
>> di Kendari, yang menohok semua pengeroyoknya :
>> "Perempuan tidak boleh jadi Presiden itu pelecehan harkat wanita"
>> Pada saat pemilih dari gender perempuan sekarang mencapai 57%,
>> bukankah ini "smart move"?
>>
>> Komentar Anda ?
>>
>>
>
>______________________________________________________________________
>To subscribe, email: [EMAIL PROTECTED]
>To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
>
>Indonesia Baru: berkeadilan tanpa kekerasan!
>
>
>
>
Get your FREE Email at http://mailcity.lycos.com
Get your PERSONALIZED START PAGE at http://my.lycos.com
______________________________________________________________________
To subscribe, email: [EMAIL PROTECTED]
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Indonesia Baru: berkeadilan tanpa kekerasan!