Halo, Saya cuma pernah make gas dan nasm. menurut saya lebihnya GAS adalah kalo suatu saat ingin mendukung prosessor selain ia-32/64, itu lebih mudah dilakukan. Linker bisa tetap pake ld.
GAS + LD kayanya cukup besar, dan bakal sulit dikecilkan, meski di strip as yang udah dynamically linked di MIPS saya besarnya 1.3 mb, di Windows saya 600 kb. Mungkin bisa dicompile pake -Os terus pake UPX bisa dikecilkan lagi, tapi saya belum nyoba jadi seberapa kecil. Beberapa alternatif yang bisa dilakukan: - bikin linker + assembler yang built in (misalnya seperti pada tcc/tiny c compiler) - pake solusi yang berbeda di Windows dan Linux (di Windows pake alink misalnya, dan di Linux pake ld) Btw, mau bikin bahasa apa nih ceritanya? -- Regards Yohanes http://blog.compactbyte.com On 9/26/07, Adhi Hargo <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Ada yang pernah pakai GAS/NASM/FASM, nggak? Saya mau > pakai salah satu di antara ketiganya sebagai backend > sebuah kompiler multiplatform (IA-32 Windows & Linux), > tapi nggak tahu kelebihan dan kekurangan masing-masing > untuk deployment. Target utamanya adalah distribusi > aplikasi yang ringkas (kalau bisa muat di floppy > 1.44MB). > > Saya biasa pakai NASM, tapi nggak tahu linker > multiplatform selain ld. Alternatifnya FASM yang nggak > perlu linker, tapi untuk program multimodul mentok > lagi (kecuali >1 sumber -> 1 .asm, multimodul > bohongan). Sementara GNU as/ld, di Linux bisa di-strip > sampai seberapa kecil? > > > Saya sendiri dari lingkungan Windows/MinGW, dan masih > sangat awam akan pemrograman di Linux (baru pakai > dalam Bochs :P). > > Untuk semua respon, terima kasih sebelumnya. > -- Berhenti langganan: [EMAIL PROTECTED] Arsip dan info: http://linux.or.id/milis