Samaggi Phala Adventure Team, Sahabatdhamma & Milis Samaggi Phala Jakarta, mengadakan :
Fangsen di Hutan Margasatwa Muara Angke dan Touch & Go Pembagian Makanan kepada tukang sapu jalanan Yukz berbuat kebaikan dengan fangsen (melepaskan makhluk yang terancam jiwanya), sambil touch and go - membagikan sedikit paket makanan/sembako kepada tukang sapu jalanan. Tanggal / Hari : Minggu, 02 Meii 2010 Pukul : 08:00 WIB depan KFC PIK Tempat : -Hutan Lindung Suaka Marga Satwa Muara Angke uara Angke Kegiatan : - Fangsen (pelepasan makhluk hidup) - Touch & Go paket sembako Meeting Point : - Depan Pasar Glodok pukul 07:00 WIB - Depan KFC / Karaoke Happy Puppy PIK (Ruko Metro Broadway) - pkl. 07:30PIK Contact Person : - Chandra 0816-1954344 / chanwow [at] ... - Allung 0856-1071689 Catatan : - Tidak di sediakan kendaraan, peserta yang memiliki kendaran mohon dapat berbagi. - Acara ini terbuka untuk umum, setiap peserta yang ingin ikut sebaiknya mendaftarkan terlebih dahulu dan bersedia mengikuti ketentuan yang ada. Kegiatan acara dapat berubah tergantung situasi. - Sebagian dana yang di terima juga akan di danakan untuk pembangunan/ Perbaikan Vihara-vihara maupun cetya di daerah pedalaman. - Jika ada yang mau berdana untuk fangsen dan kegiatan program ini dapat di kirimkan ke Norek BCA di : 001-1093662 atas nama : Tan Chandra. Setelah dana mohon sms nama dan email ke 0816-1954344 (no reply) atau email chanwow (at) yahoo.com Semoga Semua Makhluk Berbahagia Kenapa kali ini kegiatan kita membagikan makanan kepada tukang sapu jalan ??? Berikut kisah yang di ambil dari salah satu media dan pengamatan kami sehari-hari. Semoga usaha kecil ini bisa memberikan manfaat dan membawa kebahagiaan. PENYAPU JALAN - Kisah Gelisah Para Pembersih Kota Panas siang itu tidak membuat Sumiyati (41) berhenti menggerakkan sapu, Selasa (23/2). Kebersihan di sepanjang jalan sejak Stasiun Senen hingga pasar kue subuh menjadi tugas ibu tiga anak itu. Dengan seragam kuning, handuk kecil, dan topi yang menutup kepala, Sumiyati menyapu jalan sejak pukul 13.00. Pekerjaan baru tuntas selepas pukul 21.00. Dengan delapan jam kerja, Sumiyati bisa menyelesaikan dua kali bolak-balik di rutenya. Tidak lupa, sebuah tong sampah dengan roda diseretnya di sepanjang jalan untuk menampung daun rontok, sampah plastik, atau bekas dagangan pedagang asongan yang numpuk di jalan. Dalam sehari, dua gerobak penuh terisi sampah. Risiko kerja Sumiyati tergolong besar karena jalan yang harus dibersihkan merupakan jalur ramai kendaraan. ”Kalau hampir terserempet, itu hal biasa. Apalagi, kalau sedang ada pikiran. Kadang tidak sadar, saya berdiri agak ke tengah jalan,” ucap Sumiyati yang setahun terakhir menjalani profesi ini. Ketika ditemui, air mata Sumiyati berbaur dengan keringat yang membasahi wajahnya. Dia sedih mengingat sepuluh hari sebelumnya dia tidak bekerja lantaran sakit. Satu hari absen bekerja berarti kehilangan upah Rp 22.000. Padahal, setiap rupiah amat berarti bagi keluarga yang menggantungkan hidup sehari-hari kepada Sumiyati. Acu (41), suami Sumiyati, tidak lagi bekerja setelah tiga kali becaknya diangkut aparat. Anak sulung mereka—yang setahun lalu putus sekolah kelas II SMA—baru mulai bekerja dengan upah Rp 300.000 per bulan. Anak kedua duduk di kelas IV SD dan yang bungsu berumur 5 tahun. Hasil keringat Sumiyati digunakan untuk hidup berlima, termasuk membayar kontrakan di daerah yang dikenal dengan sebutan kawasan Gambreng, di Kecamatan Johar Baru, seharga Rp 200.000 per bulan. Hidup dengan uang yang terbatas membuat Sumiyati terbiasa dengan utang. Kondisi serupa dialami Su’anah (55), penyapu jalan di kawasan Monas. Setiap hari, Su’anah diupah Rp 16.000. Untuk ongkos bus dari kontrakannya di Ciledug ke Monas, Su’anah harus merogoh Rp 5.000 sekali jalan. Artinya, Rp 10.000 sudah hilang di perjalanan setiap hari. Bila rematik pada kedua kakinya kambuh, Su’anah harus mengeluarkan uang Rp 6.000 untuk membeli jamu asam urat, bahkan tiga kali berturut-turut. Tidak ada tambahan jaminan kesehatan bagi penyapu jalan. ”Kalau sakit sudah parah, ya terpaksa istirahat dulu di rumah,” ujar Su’anah. Dua anaknya masih bersekolah, masing-masing kelas III SMA dan II SMA. Untuk biaya pendidikan seorang anak, ibu empat anak ini harus membayar Rp 100.000 per bulan. Belum lagi uang yang dibutuhkan untuk membayar kontrakan sebesar Rp 450.000 setiap bulan. Anaknya yang tertua belum genap sebulan bekerja di Tanjung Priok. Pekerjaan untuk anak tertuanya itu diperoleh dari kebaikan hati seorang bapak yang kerap disapa Su’anah di Monas. Anak kedua bekerja di rumah makan dengan gaji yang cukup untuk dirinya sendiri. Belas kasih orang Sulit membayangkan, para penyapu bisa hidup dari upah mereka. Su’anah, misalnya, memprioritaskan upah yang diterimanya untuk makan dan sekolah anak-anaknya. Saat bekerja, dia makan dan minum dari belas kasih orang. Bila ada demonstrasi besar, Pak Mandor menyediakan nasi untuk makan pagi dan sore hari. Hal serupa terjadi seusai perayaan Tahun Baru. Pada Tahun Baru, Su’anah juga mendapatkan tambahan uang Rp 15.000. Bonus ini diterima seiring dengan banyaknya volume sampah dibandingkan hari-hari biasa. Di luar saat-saat itu, makan dan minum menjadi tanggung jawab para penyapu. Sering kali rasa lapar terpaksa ditahan karena belum ada rezeki hari itu. Baik Su’anah maupun Sumiyati tidak pernah meminta-minta, tetapi kebaikan hati orang yang lewat di sekitar mereka membantu kehidupannya. Seperti ketika Sumiyati tengah menyapu jalan, sebuah mobil berhenti di sisinya. Seorang remaja mengulurkan sekotak nasi kepada Sumiyati. Nasi itulah makan siang Sumiyati hari itu. Maklum, jatah makannya sudah termasuk upah yang diterima. Begitu pula dengan Su’anah. Kebaikan hati orang yang berolahraga di Monas rezeki baginya. ”Uang di kantong sering enggak cukup buat makan atau sekadar beli minum. Kalau enggak ada orang yang ngasih, kadang saya juga tidak makan,” ucap Su’anah. Keramahan hati Su’anah merupakan modal baginya meraih simpati orang-orang yang lewat. Saat lelah menghampirinya, Su’anah duduk di rerumputan sembari menyapa orang yang lewat. Beberapa di antara mereka sudah mengenal Su’anah dan kerap memberikan uang atau menjajankan minum atau makan. ”Ada juga polisi yang baik sama saya. Dia sering membelikan saya nasi,” katanya. ® ------------------------------------ ** MABINDO - Forum Diskusi Masyarakat Buddhis Indonesia ** ** Kunjungi juga website global Mabindo di http://www.mabindo.org **Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/MABINDO/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/MABINDO/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mabindo-dig...@yahoogroups.com mabindo-fullfeatu...@yahoogroups.com <*> To unsubscribe from this group, send an email to: mabindo-unsubscr...@yahoogroups.com <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/