Aksara Hanacaraka sebagai Pemandu Spiritual
Prawacana dari makna Aksara Hanacaraka oleh Sultan Paku Buwana IX

Almarhum Pujangga Kraton Surakarta Hadiningrat Raden Ngabei Yasadipura,
mengemukakan ajaran Sultan Paku Buwana IX mengenai aksara Hanacaraka dan
dimulai dengan tembang kinanthi, yang terjemahan bebasnya sebagai
berikut:

Tidak kurang pelajaran; bagi orang tanah Jawa; dalam melakoni kehidupan;
Apabila mau melakoni; makna aksara Jawa; dianggap sebagai Guru Sejati.



Makna huruf

Ha Hana hurip wening suci - adanya hidup adalah kehendak dari yang Maha
Suci

Na Nur candra,gaib candra,warsitaning candra - Harapan manusia hanya
selalu ke sinar Ilahi

Ca Cipta wening, cipta mandulu, cipta dadi - satu arah dan tujuan pada
Yang Maha Tunggal

Ra Rasaingsun handulusih - rasa cinta sejatiku muncul dari cinta kasih

Ka Karsaningsun memayu hayuning bawana - hasratku memperindah alam
semesta



Da Dumadining dzat kang tanpa winangenan - hidup memang demikian adanya

Ta Tatas, tutus, titis, titi lan wibawa – holistik: mendasar, total,
tepat, teliti dan bermakna

Sa Sifat ingsun handulu sifatullah – sifatku seperti sifat kasih
Tuhan

Wa Wujud hana tan kena kinira - wujud ada namun tak bisa diperkirakan

La Lir handaya paseban jati – mengalir semata pada tuntunan Ilahi



Pa Papan kang tanpa kiblat - Hakekat Allah yang ada disegala arah

Dha Dhuwur wekasane endek wiwitane – akhirnya di atas awalnya di
bawah

Ja Jumbuhing kawula lan Gusti - menyatu dengan Tuhan

Ya Yakin marang samubarang tumindak kang dumadi - yakin atas kodrat
Ilahi

Nya Nyata tanpa mata, ngerti tanpa diuruki - nyata tanpa indera, paham
tanpa diajari



Ma Madep mantep manembah mring Ilahi – yakin, mantap dalam berbhakti
pada Ilahi

Ga Guru sejati sing muruki - belajar pada guru sejati

Ba Bayu sejati kang andalani - menyelaraskan diri pada gerak alam

Tha Tukul saka niat - dimulai dari niat

Nga Ngracut busananing manungso - melepaskan ego manusia



Penjelasan Bhagavad Gita

Buku Jnana Vahini sebagai penjelasan dari Bhagavad Gita menguraikan hal
berikut:

Maya, ilusi mempunyai kekuatan untuk:

1. menyembunyikan sifat dasar yang sejati dan

2. menimbulkan kesan yang keliru sehingga yang tidak nyata tampak
sebagai nyata.

Kedua hal tersebut membuat Brahman yang tunggal dan esa tampak sebagai:
jiwa, Iswara (Tuhan), dan alam semesta; tiga hal yang sesungguhnya hanya
satu! Kemampuan maya terpendam, tetapi bila menjadi nyata, ia akan
mengambil wujud manas, pikiran. Pada waktu itulah benih pohon yang besar
(yaitu alam semesta) mulai bertunas, menumbuhkan daun dorongan mental
(vasana) dan kesimpulan mental (sankalpa). Jadi, seluruh dunia objektif
ini hanya berkembang biak dari manas. Maya, ilusilah yang menimbulkan
khayal adanya jiwa, Iswara (Tuhan), dan alam semesta.

Dalam keadaan jaga dan mimpi ketiga hal ini tampak seakan-akan nyata.
Tetapi pada waktu tidur lelap atau pada waktu tidak sadar (misalnya
ketika pingsan), manas tidak bekerja dan karena itu ketiga hal tersebut
tidak ada! Fakta ini dialami oleh semua orang. Karena itu dapat dipahami
bahwa ketiga hal ini (jiwa, Iswara dan alam semesta) akan lenyap
selama-lamanya bila proses mental dimusnahkan melalui jnana, keberadaan
pengetahuan sejati. Kemudian manusia akan terlepas dari perbudakan pada
ketiga hal ini dan mengetahui eksistensi yang esa dan satu-satunya.
Sesungguhnya ia menetap dalam advaitha jnana, Keadaan Yang Esa. Hanya
jnana yang diperoleh dengan menganalisis proses mentallah yang dapat
mengakhiri maya. Vidya `pengetahuan atau penerangan batin'
melenyapkan maya. Segera setelah maya dihancurkan oleh vidya, vidya pun
berakhir. Pepohonan-maya dan api-vidya semuanya musnah bila api telah
menyelesaikan pekerjaannya. Jnana adalah hasil akhir, dicapainya
kekosongan, keseimbangan, dan kedamaian yang sempurna.



Sebuah pandangan pribadi

Makna huruf Aksara Jawa ajaran Sultan Paku Buwana IX di atas adalah
Vidya, atau pengetahuan batin untuk melenyapkan maya, ilusi yang telah
membuat jiwa, Iswara dan alam semesta nampak terpisah. Makna huruf
Aksara Jawa tersebut merupakan laku, pemahaman yang diwujudkan dalam
tindakan luar sehari-hari dan afirmasi, mantra, keyakinan yang
diresapkan ke dalam bawah sadar untuk merubah diri dari dalam, menuju
jumbuhing kawula-Gusti, penyatuan, yoga.

Ha-Na-Ca-Ra-Ka, ada Utusan, yang berwujud pengetahuan sejati, Vidya.
Da-Ta-Sa-Wa-La, Utusan yang jujur, tidak berdusta, tidak pernah
mengelak, penerang, cahaya Ilahi. Pa-Dha-Ja-Ya-Nya, pada saat manusia,
si penerima utusan meningkatkan kesadarannya melalui vidya dan mencapai
tingkat yang sama dengan Pengutusnya, Kesadaran Murni. Terjadilah Jnana,
Jumbuh kawula Gusti, persatuan antara hamba dengan Kesadaran Murni.
Ma-Ga-Ba-Tha-Nga, manas, ego telah menjadi jasad. Diri telah bersatu
dengan Kesadaran Murni. Manusia asal katanya dari manas (pikiran) dan
Isha (Yang Tunggal), ketika manas ditaklukkan tinggallah Yang Tunggal.
La Illa ha Illallah. Tidak ada yang lain selain Allah.

Triwidodo

September 2008.

sumber: http://www.oneearthmedia.net/ind/?p=205#comment-42


Kirim email ke