"Kerajaan Sorga diserong dan orang yang menyerongnya mencoba menguasainya." (Yes 41:13-20; Mat 11:11-15)
"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya. Sejak tampilnya Yohanes Pembaptis hingga sekarang, Kerajaan Sorga diserong dan orang yang menyerongnya mencoba menguasainya. Sebab semua nabi dan kitab Taurat bernubuat hingga tampilnya Yohanes dan -- jika kamu mau menerimanya -- ialah Elia yang akan datang itu. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar" (Mat 11:11-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini. Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Lusia, perawan dan martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut: Hidup suci alias mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan dalam dan melalui hidup sehari-hari atau menjadi `nabi' pada masa kini rasanya sarat dengan tantangan dan hambatan. Godaan, rayuan dan tawaran berupa harta benda, kedudukan/jabatan dan kehormatan serta seksual ada dimana-mana dan kapan saja, untuk berbuat serong alias mengingkari dan mencemari panggilan Tuhan. Cara hidup dan cara bertindak yang begitu sensual serta berwarna seksual telah menjatuhkan banyak orang dalam menghayati panggilan hidupnya, entah hidup berkeluarga atau tidak menikah seperti para imam, bruder dan suster. Lusia, yang cantik jelita, yang kita rayakan hari ini kiranya dapat menjadi inspirasi bagi kita semua dalam rangka menghayati panggilan Tuhan, mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan. Ia tanpa takut dan gentar menjaga kesuciannya, bahkan ketika kecantikannya dinodai, dicukil matanya, Tuhan menganugerahkan kecantikan yang lebih besar dari yang sebelumnya, kejahatan tak mampu mengalahkan kesuciannya. Tantangan dan hambatan menjadi sarana atau wahana untuk lebih menyucikan dirinya. Maka marilah ketika dalam menghayati panggilan hidup dalam kegiatan dan kesibukan setiap hari, kita harus menghadapi tantangan dan hambatan, tidak menjadi takut dan gentar. Jika kita tetap setia pada panggilan dan janji- janji kita alias senantiasa hidup bersama dan bersatu dengan Tuhan, percayalah kita pasti akan mampu mengatasi tantangan dan hambatan tersebut. "Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu -- yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api -- sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri- Nya" (1Pet 1:6-7) . Menghadapi tantangan dan hambatan dengan gembira pasti akan selamat, damai dan sejahtera. "Aku ini, TUHAN, Allahmu, memegang tangan kananmu dan berkata kepadamu: "Janganlah takut, Akulah yang menolong engkau." (Yes 41:13), demikian kata-kata penuh hiburan dan harapan dari Tuhan melalui nabi Yesaya kepada bangsanya, kepada kita semua. Orang takut berarti kalah sebelum berperang atau bertanding, dan menjadi orang murahan yang tak berguna dan tak fungsional lagi dalam kehidupan bersama. Di masa advent, masa pengharapan dan penantian ini, kiranya kita juga mawas diri kita serta menemui diri kita penuh noda dan dosa, melanggar cintakasih dan melecehkan harkat martabat sesama kita. Kita telah telah menyakiti dan mencelakakan sesama kita dengan dan melalui cara hidup dan cara bertindak kita. "Janganlah takut" untuk bertobat dan memperbaharui diri antara lain dengan mengaku dosa serta mohon kasih pengampunan Tuhan maupun sesama dan suadara- saudari yang telah kita sakiti atau celakakan. Sadari dan hayati bahwa jati diri kita adalah orang-orang berdosa yang dipanggil oleh Tuhan untuk menerima kasih pengampunan dan rahmatNya dan kemudian bersamaNya menyalurkan kasih pengampunan dan rahmat Tuhan bagi sesama dan saudara-saudari kita. Jika masing-masing dari kita sungguh menyadari dan menghayati jati diri ini rasanya tiada ketakutan sekecil apapun dalam diri kita untuk bertobat dan memperbaharui diri, bersaudara dan bersahabat dengan siapapun dan apapun di dunia ini dalam hidup sehari-hari, dalam tugas perutusan maupun hidup bersama di tengah masyarakat dan tempat kerja. "Akulah yang menolong engkau" , demikian sabda Tuhan kepada kita. Tuhan maha segalanya, pertolongan dan rahmat Tuhan dapat mengatasi segala sesuatu, menjadikan apa yang nampak tidak mungkin menjadi mungkin, mengubah `air menjadi anggur yang manis'. Jika kita tidak takut kiranya akan terjadilah mujizat-mujizat dalam hidup kita sehari- hari. "Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan- Mu, untuk memberitahukan keperkasaan-Mu kepada anak-anak manusia, dan kemuliaan semarak kerajaan-Mu. Kerajaan-Mu ialah kerajaan segala abad, dan pemerintahan-Mu tetap melalui segala keturunan. TUHAN setia dalam segala perkataan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya" (Mzm 145:10-13) Jakarta, 13 Desember 2007