Perkenalan diri dari Muammar Qaddhafi (buat netters anggota baru)
Ana (saya )perkenalkan diri. Ana Muammar Qaddhafi, cucunya Abah H.Muh.Nur 
Abdurrahman (HMNA), sekretaris pribadi beliau, dapat tugas dari beliau untuk 
bermilis menggantikan beliau, berhubung beliau sangat sibuk yang lebih 
penting dari bermilis. Umur beliau sudah 78 tahun H atau 76 tahun M . Beliau 
lahir pada 26 Rabul Akhir 1350 H atau 9 September 1931   Ana pake PC-nya 
beliau, agar semua tulisannya Abah HMNA dengan mudah Ana google arsipnya 
Abah. Ana pake e-mail beliau, supaya menjadi mudah dan cepat proses 
memposting ke semua milis di mana Abah jadi anggota, terutama dalam 
memposting serial Wahyu dan Akal - Iman dan Ilmu.
Wassalam
MQ

Hasil Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim (UNCCC) yang dirangkum dalam 
Peta Jalan Bali (Bali Roadmap) tidak memuaskan kalangan aktivis lingkungan. 
Penempatan target spesifik penurunan emisi dalam catatan kaki pembukaan, 
dinilai meremehkan kajian ilmiah ahli iklim untuk melayani kepentingan 
Amerika Serikat (AS).Direktur Eksekutif Greenpeace International Gerd 
Leipold menyatakan, Greenpeace yang hampir 15 tahun mengawasi proses 
negosiasi antarpemerintah untuk melawan perubahan iklim kecewa atas hasil 
konferensi di Bali. Lebih lanjut, Leipold menuding delegasi AS yang dikirim 
pemerintahan Presiden Bush sebagai biang keladi tumpulnya kesepakatan 
konferensi. "Sejak awal, Presiden George W. Bush punya rencana buruk di 
Bali. Karena itu, pemerintah-pemerintah di dunia harus menentukan nasib 
mereka sendiri dari bencana yang diciptakan Bush," ujarnya.Ailun Yang, 
eksekutif Greenpeace dari Tiongkok, menambahkan bahwa strategi kotor Bush 
yang menentang semua bahasan, terutama terkait dengan aturan mengikat soal 
emisi, membuat jutaan umat manusia menderita akibat perubahan cuaca. 
Pembahasan kesepakatan akhir di Bali berlangsung alot akibat sikap AS yang 
didukung Kanada dan Jepang. Mereka menolak target pengurangan emisi bagi 
negara-negara maju 25-40 persen dari angka pada 1990 yang harus terealisasi 
tahun 2020.
Ana sajikan artikelnya Abah HMNA Seri 018, bertanggal 16 Februari 1992 yang 
juga menyinggung tentang pencemaran CO2 penyebab globalisasi pencemaran 
thermal (pemanasan global).

Muammar Qaddhafi

*********************************************************************************************

BISMILLA-HITTAHMA-NIRRAHIYM

WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
018. Menanggulangi Pencemaran, dan Menyambut Bulan Suci Ramadhan

Sebenarnya pencemaran itu bermacam-macam. Ada pencemaran lingkungan non 
fisik seperti pencemaran agama dan budaya. Ada pencemaran lingkungan fisik 
yang berupa zat/materi ataupun non-materi, yang berwujud getaran/gerak 
gelombang. Yang berupa zat/materi dapat dijumpai di darat, laut dan udara, 
seperti misalnya sampah, cairan beracun dari pabrik-pabrik, dan gas buang 
dari cerobong asap pabrik-pabrik atau knalpot motor-motor 
propulsi/kendaraan. Yang berupa getaran (gerak gelombang) hanya terdapat di 
udara, seperti gelombang panas, inilah yang disebut pencemaran thermal yang 
mengglobal seperti telah dijelaskan dalam seri sebelumnya. Ada pula berupa 
gelombang udara, yaitu pencemaran bunyi, kebisingan oleh kendaraan bermotor 
utamanya di jalan-jalan dan di lapangan terbang, udara jadi bising. Ada pula 
berupa gelombang elektro-magnet. Dalam Perang Teluk, angkatan perang Bush 
mencemarkan angkasa Irak dengan gelombang elektromagnet ini, sehingga sistem 
komunikasi elektronik Saddam Husain dengan pasukan-pasukannya di front 
menjadi lumpuh. Ada pula berupa partikel-partikel elektron, yaitu pencemaran 
yang dialami pemukiman dekat-dekat, bahkan di bawah kabel-kabel penghantar 
aliran listrik tegangan tinggi, sehingga para pemukim tersebut tidak bisa 
menerima siaran radio maupun TV, seperti yang dialami oleh sistem komunikasi 
elektronik Saddam Husain dengan pasukan-pasukannya di front tersebut. Ada 
pula pencemaran yang sekaligus berupa zat/partikel dan berupa gelombang 
yaitu pencemaran akibat ledakan inti atom, ini biasa disebut dengan 
pencemaran radiasi.

Karena banyaknya jenis pencemaran itu, maka yang akan dibicarakan dalam seri 
ini hanyalah dibatasi dalam 2 jenis zat pencemar yaitu CO2 dan CFC. Mengapa 
ini yang dipilih, alasannya ialah kedua jenis zat pencemar tersebut 
menduduki rank teratas, yakni sudah mengglobal, seperti sudah dibicarakan 
sebelumnya dalam seri-seri yang lalu. Sebagai penyegaran, akan dijelaskan 
lagi secara singkat. Lapisan CO2 di udara yang mengglobal itu menyebabkan 
terjadinya efek rumah kaca, yang menghasilkan globalisasi pencemaran 
thermal. Unsur Fluor (F) yang terbebas dari ikatan CFC itu di stratosfer 
telah melahap lapisan ozon sehingga robek.
Secara garis besarnya ada dua cara penanggulangan itu. Yaitu secara 
teknologik dan non-teknologik, yaitu pola pikir dan perilaku manusia. Yang 
teknologik, ialah mencari zat alternatif untuk mengganti zat yang 
menghasilkan pencemaran yang berbahaya itu. Sekarang sementara diupayakan 
untuk mengganti CFC. Hasilnya? WaLlahu a'lam bissawab. Kita tunggu saja 
mudah-mudahan berhasil.

Lalu bagaimana dengan CO2? Ini yang lebih musykil, sebab seperti telah 
dijelaskan sebelumnya dalam seri yang lalu CO2 adalah hasil pembakaran, CO2 
itu asalnya dari bahan bakar seperti kayu, atau yang fosil yaitu batubara 
dan minyak, yang semuanya itu disebut bahan bakar hidro-karbon. Dalam 
industri daya (power industries) bahan bakar hidro-karbon ini masih 
menduduki rank teratas. Dalam hal-hal tertentu tergantung pada kondisi 
setempat, dapat ditempuh alternatif lain, yaitu yang berasal dari tenaga 
air, angin dan matahari. Tetapi ini sangat jauh dari cukup ketimbang 
kebutuhan daya oleh peradaban ummat manusia. Lagi pula hanya untuk 
mesin-mesin yang stasioner. Tidak dapat dipakai untuk menggerakkan 
kendaraan, dengan pengecualian tenaga angin yang dapat dimanfaatkan untuk 
kendaraan air, yaitu kapal layar. Kendaraan darat tentu tidak dapat memakai 
tenaga angin, kecuali yang di atas es. Tenaga matahari untuk kendaraan? 
Masih dalam tahap bayi yang merangkak. Tenaga nuklir sebagai alternatif? Oh, 
harus dipikir, dipikir baik-baik tentang bahaya pencemaran radiasi, baik 
akibat kebocoran maupun akibat pembuangan sampah nuklir. Jadi harus sangat 
hati-hati betul, dipikirkan masak-masak untuk alternatif sumber tenaga 
nuklir ini. Itulah penanggulangan secara teknologik.

Selanjutnya akan dibahas cara yang non-teknologik, yaitu pola pikir dan 
perilaku ummat manusia. Cara ini ialah dengan pembudayaan nilai-nilai agama. 
Perlu penjelasan mengenai ungkapan yang digaris bawahi itu. Penjelasan ini 
berupa ilustrasi. Secara konseptual Al Quran mengajarkan nilai kedisiplinan 
waktu, yaitu dalam S. Al 'Ashr. Wa-l'Ashr, artinya perhatikanlah waktu. 
Kemudian asas kedisiplinan itu diaplikasikan oleh ummat Islam dalam shalat. 
Yang shalat dapat memelihara/melaksanakan nilai itu, namun hanya terbatas di 
dalam shalat saja, sedangkan dalam kehidupan sehari-hari nilai kedisiplinan 
ini diabaikan dengan budaya jam karet. Dalam shalat Jumat, yang datang 
duluan menempati shaf yang depan. Yang datang kemudian menempati shaf yang 
di belakangnya. Ini di dalam masjid. Tetapi tidak jarang mereka yang tertib 
dalam masjid, kalau antre di muka loket lalu menyerobot. Nilai tertib dalam 
bershaf di dalam masjid tidak dibudayakan di luar masjid. Allah berfirman 
dalam Al Quran, S. Al Baqarah, ayat 282:
Idza tadayantum bi daynin ila ajalin musamma faktubuhu .....artinya, apabila 
kamu mengadakan perjanjian perikatan/utang piutang sampai kepada waktu 
tertentu, maka tuliskanlah .......Nah, berapa gelintir ummat Islam yang 
melakukan kebudayaan menuliskan perjanjian itu. Nilai agama tersebut tidak 
membudaya dalam kalangan unnat Islam.

Adapun pola pikir dan prilaku yang mesti dibudayakan dari nilai agama itu 
untuk menanggulangi pencemaran CO2 itu ialah nilai hemat. Hematlah akan 
pemakaian energi. Kalau dapat dilaksanakan dengan otot sendiri, tidak perlu 
minta bantuan budak tenaga. Pernah penulis diminta membaca khuthbah pada 
bank BRI di kota Makassar ini. Panitia yang menjemput saya, mempersilakan ke 
pintu lift. Gedung bank itu cuma 4 tingkat, tempat shalat di tingkat 4. 
Khatib disunnatkan lambat datang, jadi waktu masih cukup untuk sampai di 
atas dan istirahat sejenak. Saya putuskan pakai tangga saja. Waktu tidak 
mendesak, saya tidak membawa barang berat, cuma 4 tingkat. Pakai otot saja 
tidak usah memakai budak tenaga. Kalau pola pikir dan prilaku ini 
dibudayakan, maka betapa banyak energi yang dihemat. Menghemat energi 
listrik, mengurangi beban generator di pusat pembangkit tenaga listrik. 
Konsekwensinya mengurangi uap masuk turbin. Dan itu mengurangi jumlah uap 
yang dibangkitkan oleh al-Ghallayah (boiler, ketel). Berkuranglah pemakaian 
bahan bakar oleh ketel. Walhasil mengurangi produk zat pencemar CO2.

Yang menjadi masalah sekarang itu terlalu ideal. Ada budak tenaga tersedia, 
buat apa susah-susah. Bukankah teknologi itu tujuannya untuk mempermudah 
hidup. Pola pikir inilah yang harus diluruskan. Mempermudah hidup itu, ruang 
lingkupnya perlu dibatasi. Seperti ilustrasi di atas. Kalau membawa meja 
berisi minuman, atau membawa kopor yang berat, atau sangat dikejar waktu, 
maka pakailah budak tenaga, yaitu lift untuk mempermudah hidup. Tetapi kalau 
cuma menjinjing tas, tidak disengat waktu, maka pakailah tangga. Dapatkah 
pola pikir dan prilaku ini terlaksana? Insya Allah. Dengan latihan mental 
menahan diri, yaitu berpuasa. Berfirman Allah dalam S. Al Baqarah, ayat 183:
 Ya ayyuhalladziena amanu kutiba 'alaikumu-shshiyamu kama kutiba 
'ala-lladziena min qablikum la'allakum tattaqun, artinya Hai orang-orang 
beriman, telah diwajibkan atasmu berpuasa sebagaimana pula telah diwajibkan 
atas mereka sebelum kamu, mudah-mudahan kamu menjadi taqwa.

Bulan Ramadhan tinggal 2 pekan lagi. Marilah kita mempersiapkan diri melatih 
mental, antara lain menahan diri dari kebutuhan biologis, yang insya Allah 
menghasilkan pembudayaan nilai menahan diri dari perbuatan boros, menghemat 
apa saja tidak terkecuali menghemat energi, mengurangi produksi CO2. Menahan 
diri dari membabat hutan yang antara lain berfungsi untuk mengubah kembali 
CO2 menjadi oksigen, sehingga terpeliharalah ekosistem, daur CO2 - O2. 
WaLlahu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 16 Februari 1992
    [H.Muh.Nur Abdurrahman]
http://waii-hmna.blogspot.com/2007/06/018-menanggulangi-pencemaran-dan.html

####################################################################################

----- Original Message ----- 
From: "rm_maryo" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <mayapadaprana@yahoogroups.com>
Sent: Wednesday, December 12, 2007 15:39
Subject: [Mayapada Prana] 13 Des


"Kerajaan Sorga diserong dan orang yang menyerongnya mencoba
menguasainya."
(Yes 41:13-20; Mat 11:11-15)

"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan
oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari
pada Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga
lebih besar dari padanya. Sejak tampilnya Yohanes Pembaptis hingga
sekarang, Kerajaan Sorga diserong dan orang yang menyerongnya
mencoba menguasainya. Sebab semua nabi dan kitab Taurat bernubuat
hingga tampilnya Yohanes dan -- jika kamu mau menerimanya -- ialah
Elia yang akan datang itu. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar"
(Mat 11:11-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Lusia,
perawan dan martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:
. Hidup suci alias mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan
dalam dan melalui hidup sehari-hari atau menjadi `nabi' pada masa
kini rasanya sarat dengan tantangan dan hambatan. Godaan, rayuan dan
tawaran berupa harta benda, kedudukan/jabatan dan kehormatan serta
seksual ada dimana-mana dan kapan saja, untuk berbuat serong alias
mengingkari dan mencemari panggilan Tuhan. Cara hidup dan cara
bertindak yang begitu sensual serta berwarna seksual telah
menjatuhkan banyak orang dalam menghayati panggilan hidupnya, entah
hidup berkeluarga atau tidak menikah seperti para imam, bruder dan
suster. Lusia, yang cantik jelita, yang kita rayakan hari ini
kiranya dapat menjadi inspirasi bagi kita semua dalam rangka
menghayati panggilan Tuhan, mempersembahkan diri seutuhnya kepada
Tuhan. Ia tanpa takut dan gentar menjaga kesuciannya, bahkan ketika
kecantikannya dinodai, dicukil matanya, Tuhan menganugerahkan
kecantikan yang lebih besar dari yang sebelumnya, kejahatan tak
mampu mengalahkan kesuciannya. Tantangan dan hambatan menjadi sarana
atau wahana untuk lebih menyucikan dirinya. Maka marilah ketika
dalam menghayati panggilan hidup dalam kegiatan dan kesibukan setiap
hari, kita harus menghadapi tantangan dan hambatan, tidak menjadi
takut dan gentar. Jika kita tetap setia pada panggilan dan janji-
janji kita alias senantiasa hidup bersama dan bersatu dengan Tuhan,
percayalah kita pasti akan mampu mengatasi tantangan dan hambatan
tersebut. "Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu
seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud
semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu -- yang jauh
lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji
kemurniannya dengan api -- sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan
kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-
Nya" (1Pet 1:6-7) . Menghadapi tantangan dan hambatan dengan gembira
pasti akan selamat, damai dan sejahtera.
. "Aku ini, TUHAN, Allahmu, memegang tangan kananmu dan
berkata kepadamu: "Janganlah takut, Akulah yang menolong engkau."
(Yes 41:13), demikian kata-kata penuh hiburan dan harapan dari Tuhan
melalui nabi Yesaya kepada bangsanya, kepada kita semua. Orang takut
berarti kalah sebelum berperang atau bertanding, dan menjadi orang
murahan yang tak berguna dan tak fungsional lagi dalam kehidupan
bersama. Di masa advent, masa pengharapan dan penantian ini, kiranya
kita juga mawas diri kita serta menemui diri kita penuh noda dan
dosa, melanggar cintakasih dan melecehkan harkat martabat sesama
kita. Kita telah telah menyakiti dan mencelakakan sesama kita dengan
dan melalui cara hidup dan cara bertindak kita. "Janganlah takut"
untuk bertobat dan memperbaharui diri antara lain dengan mengaku
dosa serta mohon kasih pengampunan Tuhan maupun sesama dan suadara-
saudari yang telah kita sakiti atau celakakan. Sadari dan hayati
bahwa jati diri kita adalah orang-orang berdosa yang dipanggil oleh
Tuhan untuk menerima kasih pengampunan dan rahmatNya dan kemudian
bersamaNya menyalurkan kasih pengampunan dan rahmat Tuhan bagi
sesama dan saudara-saudari kita. Jika masing-masing dari kita
sungguh menyadari dan menghayati jati diri ini rasanya tiada
ketakutan sekecil apapun dalam diri kita untuk bertobat dan
memperbaharui diri, bersaudara dan bersahabat dengan siapapun dan
apapun di dunia ini dalam hidup sehari-hari, dalam tugas perutusan
maupun hidup bersama di tengah masyarakat dan tempat kerja. "Akulah
yang menolong engkau" , demikian sabda Tuhan kepada kita. Tuhan maha
segalanya, pertolongan dan rahmat Tuhan dapat mengatasi segala
sesuatu, menjadikan apa yang nampak tidak mungkin menjadi mungkin,
mengubah `air menjadi anggur yang manis'. Jika kita tidak takut
kiranya akan terjadilah mujizat-mujizat dalam hidup kita sehari-
hari.

"Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, dan
orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan
mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan-
Mu, untuk memberitahukan keperkasaan-Mu kepada anak-anak manusia,
dan kemuliaan semarak kerajaan-Mu. Kerajaan-Mu ialah kerajaan segala
abad, dan pemerintahan-Mu tetap melalui segala keturunan. TUHAN
setia dalam segala perkataan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala
perbuatan-Nya" (Mzm 145:10-13)

Jakarta, 13 Desember 2007




Mayapada Prana Quotes:
"Think Good, Feel Good, Do Good. This is the way to God"
- Bhagavan Sri Sathya Sai Baba (Avatar)

Mayapada Prana Links:




Kirim email ke