BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM

WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
807. Bali Roadmap: Apa Hubungan Antara Emisi CO2 Dengan Hutan?

Melalaui jalur pribadi saya menerima e-mail yang minta tidak disebutkan 
mamanya, pertanyaan seperti berikut: "Ustadz setelah saya mengikuti sikit 
Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim di Bali, setelah membaca isu penting 
dalam konfrensi tsb adalah berjubelnya emisi gas rumah kaca dan menipisnya 
hutan, timbullah serta-merta dalam benak saya rentetan pertanyaan, apa itu 
rumah kaca serta apa hubungannya emisi gas rumah kaca di satu pihak dan 
menipisnya hutan di lain pihak ?" 
Sebelum menjawab pertanyaan tsb, saya kemukakan dahulu hal yang berikut. 
Inter-governmental Panel on Cimate Change (IPCC) telah mempublikasikan hasil 
pengamatan ilmuwan dari berbagai negara. Isinya sangat mengejutkan. Selama 
tahun 1990-2005, ternyata telah terjadi peningkatan suhu merata di seluruh 
bagian bumi, antara 0,15 - 0,3o C. Jika peningkatan suhu itu terus berlanjut, 
diperkirakan pada tahun 2040 lapisan es di kutub-kutub bumi akan habis mencair, 
lalu mengalir ke laut lepas dan menyebabkan permukaan laut bumi (termasuk laut 
di seputar Indonesia) terus meningkat. Pulau-pulau kecil terluar kita bisa 
lenyap dari peta bumi, sehingga garis kedaulatan negara bisa menyusut. Dan 
diperkirakan dalam 30 tahun mendatang sekitar 2.000 pulau di Indonesia akan 
tenggelam. Bukan hanya itu, jutaan orang yang tinggal di pesisir pulau kecil 
pun akan kehilangan tempat tinggal. Di Indonesia peningkatan suhu itu berwujud 
tanda yang kasatmata adalah menghilangnya salju yang dulu menyelimuti 
satu-satunya tempat bersalju di Indonesia, yaitu Gunung Jayawijaya di Papua. 
Menurut hasil studi yang dilakukan ilmuwan di Pusat Pengembangan Kawasan 
Pesisir dan Laut, Institut Teknologi Bandung (2007), jika suhu bumi terus 
meningkat, maka diperkirakan, pada tahun 2050 daerah-daerah di Jakarta 
(seperti: Kosambi, Penjaringan, dan Cilincing) dan Bekasi (seperti : 
Muaragembong, Babelan, dan Tarumajaya) akan terendam semuanya.

Hasil Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim (UNCCC) yang dirangkum dalam Peta 
Jalan Bali (Bali Roadmap) tidak memuaskan kalangan aktivis lingkungan. 
Penempatan target spesifik penurunan emisi dari gas rumah kaca (GRK) dalam 
catatan kaki pembukaan, adalah untuk melayani kepentingan Amerika Serikat. Ini 
meremehkan kajian ilmiah ahli iklim . Pembahasan kesepakatan akhir di Bali 
berlangsung alot akibat sikap AS yang didukung Kanada dan Jepang. Mereka 
menolak target pengurangan emisi bagi negara-negara maju 25-40 persen dari 
angka pada 1990 yang harus terealisasi tahun 2020. Delegasi AS yang dikirim 
pemerintahan Presiden Bush sebagai biang keladi tumpulnya kesepakatan 
konferensi. 
***
Emisi itu sangat beragam: CO, CO2, SO2, H2S, CS2 dan CFC. CO2 dan CFC tidak 
beracun, sedangkan yang lain semuanya beracun. Namun yang berbahaya secara 
global justru yang tidak beracun. CFC merusak lapisan ozon perisai yang 
ditempatkan Allah di angkasa utuk melindungi bumi dari sengatan fraksi ultra 
violet yang berbahaya dari photon (sinar matahari). Sedangkan GRK CO2 itulah 
yang memegang peranan dalam hal pemanasan global. Apa hubungan antara emisi GRK 
CO2 dengan pembabatan hutan ? Dalam menjawab pertanyaan apa saja, maka biasanya 
metode yang saya tempuh, pertama-tama mencari jawabannya dalam Al-Quran (ayat 
qawliyah), sebab Al-Quran secara spesifik adalah petunjuk orang bertaqwa (S. 
Al-Baqarah 2:2) dan secara umum petunjuk manusia (S. Al-Baqarah, 2:185). Allah 
SWT berfirman:
-- ALDzY J'ALLKM MIN ALSyJR ALAKhDhR NARA FADzA ANTM MNH TWQDWN (S. YS, 36:80), 
dibaca:
-- alladzi- ja'alalakum minasy syajaril akhdhari na-ran faidza- antum minu 
tu-qidu-n, artinya: 
-- Yaitu Yang menjadikan bagimu api dalam (zat) hijau pohon dan dengan itu kamu 
dapat membakar.

Selanjutnya hasil pengungkapan sains dalam ayat kawniyah (alam syahadah, 
physical world), dipakai sebagai ilmu bantu dalam memahamkan ayat qawliyah. 
Tumbuh-tumbuhan dibangun oleh bahagian-bahagian kecil yang disebut sel. Di 
dalam inti sel terdapat butir-butir pembawa zat warna. Yang terpenting di 
antara butir-butir itu adalah pembawa zat warna hijau, yaitu ALSyJR ALAKhDhR, 
zat hijau pohon (istilah ilmiyahnya: khlorophyl, zat hijau daun, dari bahasa 
Yunani, Kholoros = hijau, Phyllon = daun). Zat hijau pohon yang terdapat dalam 
seluruh bagian pohon yang hijau, (jadi bukan di daun saja), menangkap photon 
dari matahari dan mengubah wujud tenaga photon itu menjadi tenaga potensial 
kimiawi dalam makanan dan bahan bakar hidrokarbon di dalam molekul-molekul 
melalui proses photosynthesis. Dalam proses photosynthesis oleh zat hijau pohon 
ini dari bahan baku CO2 dan air dan photon, dihasilkan makanan dan bahan bakar 
hidrokarbon dan oksigen. Selanjutnya melalui proses respirasi dalam tubuh 
manusia dan binatang serta mesin-mesin pabrik, makanan dan bahan bakar itu 
dengan oksidasi oksigen dari udara berubahlah pula menjadi CO2 dan air. 
Demikianlah sterusnya daur atau siklus itu berlangsung. Tumbuh-tumbuhan 
mengambil CO2 dan mengeluarkan oksigen. Sebaliknya manusia, binatang dan 
mesin-mesin mengambil oksigen dan mengeluarkan CO2. Demikianlah oksigen 
dihisap/disedot dari udara, dalam pada itu makanan dan bahan bakar dibakar 
dengan oksigen dalam tubuh manusia dan mesin-mesin pabrik. Itulah ma'na Yang 
menjadikan bagimu api dalam (zat) hijau pohon dan dengan itu kamu dapat 
membakar.

Di daerah yang beriklim dingin, sayur-sayuran ataupun buah-buahan yang 
menghendaki suhu yang lebih tinggi dari udara sekeliling, ditanam di dalam 
rumah kaca. Fungsi rumah kaca sesungguhnya adalah perangkap panas. Kaca adalah 
zat bening, tembus cahaya. Photon dari matahari gampang menerobos masuk memukul 
molekul-molekul udara dalam rumah  kaca. Akibatnya suhu udara naik dalam rumah 
kaca, udarapun bertambah panas. Kaca adalah pengantar panas yang jelek, 
sehingga panas yang timbul itu tidak gampang keluar menerobos atap maupun 
dinding kaca. Maka terperangkaplah panas itu dalam rumah kaca. Inilah efek 
rumah kaca. Dengan tingginya kadar CO2 yang dimuntahkan oleh pabrik-pabrik dan 
kendaraan bermotor, maka permukaan bumi merupakan rumah kaca dalam skala 
global. Ruang antara lapisan CO2 dengan permukaan bumi tak ubahnya ibarat ruang 
dalam rumah kaca, menjadi perangkap panas, oleh karena sifat gas CO2 sama 
dengan kaca, gampang ditembus photon, tetapi sukar ditembus panas. Itulah 
sebabnya CO2 disebut GRK.

Demikianlah pentingnya hutan lebat. Bukan hanya sekadar mengendalikan air di 
dalam tanah dan permukaan bumi, tidak banjir di musim hujan dan tidak kering di 
musim kemarau. Akan tetapi, dan ini yang lebih penting, adalah untuk terjadinya 
daur: tumbuh-tumbuhan penghasil oksigen, yang membutuhkan CO2 - manusia dan 
binatang penghasil CO2, yang membutuhkan oksigen. Itulah hubungannya antara 
emisi CO2 dan hutan lebat dalam konteks pemanasan global yang menyebabkan 
perubahan iklim menjadi liar. WaLlahu a'lamu bisshawab.

***
Makassar, 23 Desember 2007
 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

###############################################################################


----- Original Message ----- 
From: "rm_maryo" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <mayapadaprana@yahoogroups.com>
Sent: Saturday, December 22, 2007 08:47
Subject: [Mayapada Prana] 23 Des


> Mg Adven 4c: Yes 7:10-14; Rm 1:1-7; Mat 1:18-24
> "Yusuf , seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama 
> isterinya di muka umum"
> 
> Joko (nama samaran) adalah seorang pengusaha muda yang sukses dalam 
> karir atau usahanya, dan ia memiliki perusahaan yang besar dan 
> jumlah pekerja atau pegawai yang besar juga. Ia memberi imbal jasa 
> atau gaji kepada para pekerja atau pegawai dengan baik, maka mereka 
> dapat dikatakan  dapat hidup sejahtera dalam hal kebutuhan hidup 
> sehari-hari di bidang ekonomi. Namun karena kesibukan kerjanya untuk 
> mewujudkan karir dan impiannya dalam bisnis, Joko ternyata kurang 
> berhasil dalam berkeluarga, lebih-lebih hubungannya dengan 
> isterinya, Tina (samaran), meskipun isterinya cantik.  Mungkin 
> karena kesibukan dan kelelahan Joko kurang memberi waktu dan 
> tenaga/tubuh kepada isterinya, maklum Tina, isterinya juga termasuk 
> perempuan yang sibuk dalam berbagai macam kegiatan sosial kaum 
> perempuan. Nampak sukses dalam  usaha maupun kegiatan sosial 
> ternyata tidak menjamin kesuksesan dalam saling mengasihi atau 
> mencinta, dengan kata lain hubungan Joko dan Tina jauh dari 
> kemesraaan sebagaimana layaknya dinikmati oleh suami-isteri: sehati, 
> sejiwa, seakal budi dan setubuh (bersetubuh). Baik Joko maupun Tina 
> ternyata menceriterakan pengalamannya kurang mesranya dengan 
> pasangan masing-masing, termasuk kemesraan di tempat tidur, kepada 
> rekan-rekan kerja dan bergaulnya. Baik Joko maupun Tina kiranya 
> saling mencemarkan nama mereka di muka umum, dan dengan demikian 
> hancurlah hidup keluarga mereka. Maka marilah menyongsong peringatan 
> Kelahiran Penyelamat Dunia , Pembawa Damai Sejahtera, yang semakin 
> mendekat, kita mawas diri dan meneladan " Yusuf, seorang yang tulus 
> hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum"
> 
> "Yusuf, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan 
> nama isterinya di muka umum"
> 
> Ketulusan hati erat hubungan dengan keutamaan kejujuran: jujur 
> terhadap orang lain, terhadap masyarakat dan diri sendiri. Kejujuran 
> merupakan kekuatan dan percaya diri yang timbul dari dalam diri 
> seseorang karena tidak ada yang harus disembunyikan.  Jika kita 
> jujur terhadap diri sendiri rasanya kita tidak akan mudah 
> mencemarkan nama orang lain di muka umum dengan menceriterakan 
> kelemahan dan kekurangannya, karena diri kita orang yang lemah dan 
> rapuh, penuh noda dan dosa. Dengan dan dalam ketulusan hati dan 
> kemurahan hatiNya , Tuhan telah mengampuni dan mengasihi dosa dan 
> kekurangan kita tanpa memperhitungkan dan mengingat-ingat kesalahan 
> dan dosa kita, maka marilah kita teruskan ketulusan dan kemurahan 
> hati Tuhan kepada sesama kita, lebih-lebih mereka yang dekat dengan 
> kita, mengingat semakin dekat sering semakin kelihatan kelemahan dan 
> kekurangannya.
> 
> Tidak mencermarkan nama orang lain dimuka umum berarti senantiasa 
> mewartakan kebaikan dan keutamaan orang lain di muka umum. Untuk 
> melihat dan mengakui kebaikan dan keutamaan sesama kita, antara lain 
> kita senantiasa harus berpikir positif (positive thinking) terhadap 
> sesama dan lingkungan hidupnya. Kami yakin baik dalam diri kita 
> maupun sesama kita lebih banyak kebaikan daripada kejahatan, 
> kelebihan daripada  kekurangannya, keutamaan daripada dosa-dosanya, 
> dst.. Keutamaan-keutamaan atau kebaikan-kebaikan seperti "kasih, 
> sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, 
> kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (Gal 5:22-23) pasti 
> lebih banyak daripada kekurangan-kekuranganya seperti "percabulan, 
> kecemaran, hawa nafsu,penyembahan berhala, sihir, perseteruan, 
> perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, 
> percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan 
> sebagainya"(Gal 5:20-21) dalam diri sesama kita maupun dalam diri 
> kita sendiri. Marilah kita ramai-ramai, bergotong-royong mewujudkan 
> dan menghayati kebaikan dan keutamaan tersebut di atas, agar di hari 
> Natal yang segera akan datang ini kita dapat menikmati damai sejati 
> yang dibawa dan diwartakan oleh Sang Pembawa Damai, Kanak-kanak 
> Yesus yang lahir dan hadir di tengah-tengah kita. 
> 
> "Dengan perantaraan-Nya kami menerima kasih karunia dan jabatan 
> rasul untuk menuntun semua bangsa, supaya mereka percaya dan taat 
> kepada nama-Nya. Kamu juga termasuk di antara mereka, kamu yang 
> telah dipanggil menjadi milik Kristus. Kepada kamu sekalian yang 
> tinggal di Roma, yang dikasihi Allah, yang dipanggil dan dijadikan 
> orang-orang kudus: Kasih karunia menyertai kamu dan damai sejahtera 
> dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus" (Rm 1:5-7)    
> 
> Apa yang dikatakan oleh Paulus kepada umat di Roma di atas ini 
> kiranya baik menjadi refleksi dan permenungan kita bersama. Dengan 
> rendah hati Paulus menyadari dan menghayati jabatan rasul sebagai 
> kasih karunia Allah serta meneruskan kasih karunia Allah tersebut 
> kepada orang lain. Jabatan rasul bukan hasil jerih payah atau 
> usahanya sendiri tetapi dari kasih karunia dan kemurahan hati Allah. 
> Marilah kita meneladan Paulus dalam menghayati jabatan kita masing-
> masing, apapun jabatannya dan dimanapun kita menerima dan harus 
> memfungsikan jabatan tersebut:
> 1. Pertama-tama kami mengajak dan mengingatkan siapapun yang 
> memiliki atau menerima jabatan struktural baik  di dalam masyarakat 
> umum maupun Gereja (presiden dengan para menterinya, gubernur dan 
> bupati dengan para pembantunya, camat, lurah, RT atau RW, para 
> ketua/pemimpin organisasi; paus, uskup, pastor paroki dengan para 
> pembantunya dst..). Jabatan atau kedudukan tersebut kita terima dari 
> Allah melalui sesama kita melalui pemilihan yang demokratis dan 
> dalam terang Roh Kudus, maka marilah kita hayati dan fungsikan demi 
> kesejahteraan dan kebahagiaan umum, seluruh rakyat atau umat, 
> agar `kasih karunia Allah menyertai semua orang'.
> 2. Dalam hidup bersama senantiasa ada pembagian tugas atau 
> jabatan sebagai  pewujudan subsidiaritas atau kepemimpinan 
> partisipatif. Secara konkret beberapa orang diangkat dan dipercaya 
> menjadi seksi ini atau itu, seksi tempat, seksi konsumsi, dst.., 
> marilah kita fungsikan tugas ini dengan semangat pelayanan bagi 
> semua orang. Percayalah kita dipilih dan diangkat dalam fungsi atau 
> jabatan tertentu, karena kita dinilai mampu melaksanakannya dan 
> marilah kita hayati pemfungsian jabatan tersebut dengan semangat 
> ini :" Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan 
> meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus" (Fil 
> 1;6).
> 3. Siapapun atau semuanya telah menerima kasih karunia Allah 
> untuk fungsi dan jabatan atau tugas tertentu, entah di dalam 
> keluarga, masyarakat atau tempat kerja. Karena tugas atau pekerjaan 
> merupakan kasih karunia Allah, maka semangat dan sikap beribadat 
> kepada Allah sebagai syukur dan terima kasih harus menjiwai cara 
> hidup dan cara kerja kita. Dengan kata lain: menjadikan keluarga, 
> masyarakat maupun tempat kerja sebagai `tempat beribadat' dan dengan 
> demikian sesama atau orang lain yang ada bersama kita adalah rekan 
> beribadat, aneka macam sarana-prasarana adalah `sarana-prasarana 
> ibadat'. Kiranya kita semua tahu dan pernah mengalami sikap macam 
> apa yang kita hayati selama beribadat atau berdoa, sikap yang sama 
> hendaknya dihayati dalam hidup dan kesibukan sehari-hari di dalam 
> keluarga, masyarakat maupun tempat kerja. 
> 
> Biarlah dengan cara hidup dan cara bertindak yang dijiwai kasih 
> karunia Allah, syukur dan terima kasih tersebut  menjadi persiapan 
> kita bersama dalam rangka menyambut kedatangan Penyelamat Dunia, 
> Allah berserta atau menyertai kita, sebagaimana dikatakan oleh 
> Yesaya ini: "Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu 
> pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan 
> melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia 
> Imanuel" (Yes 7:14)
> 
> "TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta 
> yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas 
> lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai."Siapakah yang boleh 
> naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya 
> yang kudus?" "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang 
> tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah 
> palsu. Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari 
> Allah yang menyelamatkan dia."(Mzm 24:1-5)
> 
> Jakarta, 23 Desember 2007

Kirim email ke