Buat teman2 di milis mayapadaprana yang tertarik.

Note: forwarded message attached.


Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 
--- Begin Message ---
Memangnya ada neraka ??? Well, segala kata itu cuma 
buat2an manusia saja. Allah disitu adalah KONSEP. Kata2 
itu "dijejalkan" di mulut nama yang disebut sebagai "Allah", 
dan jadilah itu kata si Allah. Pedahal itu kata2 manusia 
belaka. Semua agama2 itu mencatut nama Allah, God, Tuhan, 
Gusti, dsb, pedahal semuanya itu berasal dari dalam diri 
manusianya belaka. 

Memang ada MORAL yang ingin disampaikan, seperti tentang 
tidak amannya tanah Arab bagi kaum wanita di masa lalu. 
Sekarang saja tidak aman, apalagi di masa lalu ?

Tapi kalau dibilang bahwa "Allah" begini dan begitu, itu 
cuma perkataan manusia2 belaka, yang lalu dibukukan dan 
bukunya itu disebut sebagai "Kitab Suci". As simple as that.

Nah, anda itu TAKUT kan ? Bisa ditakut-takuti oleh orang 
yang bilang Allah suka ini dan Allah suka itu. Pedahal 
Allah itu siapa selain suatu "nama" yang dicatut oleh 
orang2 masa lalu untuk mengajarkan sesuatu. Moral itu maybe 
benar, tetapi moral itu tidak selamanya berlaku seperti itu. 
Moral is  RELATIVE, dan harus disesuaikan dengan tempat 
dan waktunya.

So, I always say: don't be afraid. Yang suka nakut2in 
manusia itu BUKAN Allah. Tuhan yang suka nakut2in dengan 
ancaman neraka BUKAN Tuhan yang asli. Itu cuma "Tuhan" 
buat2an manusia doang yang pantas untuk ditinggalkan karena 
sudah expired.

Tapi, kalau masih mau mengikuti BELIEF SYSTEM yang membawa-
bawa "Allah" sebagai suatu monster yang suka manakut-nakuti
manusia dengan ancaman "Neraka" dan menghadiahi manusia
penurut dengan imbalah "Surga", then it's your right. It's
your right to believe so.

Udah ya, aku kan cuma nulis Ibu Kartini tidak pakai jilbab
dan, berdasarkan BELIEF SYSTEM yang anda baru tulis itu,
berarti Ibu Kartini sekarang sedang dipanggang di neraka
jahanam karena TIDAK pake jilbab. Kesihan dehhhh !!!

Leo


--- In [EMAIL PROTECTED], Novi Astuti 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> menurut saya, arti jilbab bagi setiap wanita muslim adalah wajib 
karena  mmg diperintahkan oleh Allah yang kalo tidak dipatuhi, akan 
kena siksa  di akhirat nanti Pak.. kalo non muslim sih terserah, mau 
pake or  kagak...keterangan ttg kewajiban itu ada di Al-Qur;an surat 
An-Nur:31  dan Al-ahzab: 59.
>   
>   " Wahai Nabi katakanlah kepada               isteri-isterimu, 
anak anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin;               
hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. 
Hal               itu agar mereka lebih mudah dikenal dan karena itu 
mereka tidak diganggu"               (al-Ahzab, 59) 
>   
>   Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya .... (an-
Nur:31)
>   
>   kenapa ibu kartini dan pahlawan lainnya waktu dulu ga pake 
jilbab  adalah karena mungkin mereka belum paham ttg perintah Allah 
dan karena  informasinya belum mereka terima. Apalagi, jaman dulu, 
jarang sekali  org yang pake, kalo sekarang kan sdh banyak.. lalu, 
mengapakah wanita2  yg belum berjilbab tidak bertanya mengapa mrk 
pakai jilbab? 
>   
>   jadi, memakai jilbab bukan karena ada debu atau masalah 
kebudayaan, tapi karena memang perintang sang Maha Kuasa... 
>   
>   sama  halnya seperti solat, zakat, puasa, memakai jilbab pun 
hukumnya wajib bagi wanita yang beriman. 
>   
>   ada informasi yg mengatakan juga, mengapa di neraka nanti banyak 
sekali  wanitanya dari pada pria? adalah karena wanita-wanita 
tersebut tidak  mampu menjaga diri dalam berhijab, salah satunya 
dengan memakai  jilbab,,,
>   
>   demikian, hanya opini. mhn maaf klo ada salah-salah kata. moga 
bermanfaat.. wasalam.. 
>   
>   
>   
>   
>   
> 
> leonardo rimba <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:                                          IBU KARTINI TIDAK 
PAKAI JILBAB
>   
>   Waktu berjalan pagi ini saya memperhatikan ada seorang
>   gadis muda yang mengenakan kain dan kebaya. Lalu saya
>   ingat bahwa hari ini tanggal 21 April, Hari Kartini.
>   Sebagai seorang pahlawan nasional yang jelas2
>   mendorong majunya kaum wanita, Kartini TELAH
>   memperlihatkan bahwa wanita itu TIDAK perlu pakai
>   jilbab. Cukup kain dan kebaya saja, setelah itu rambut
>   disanggul atau pakai konde. Lalu difoto, jepret
>   jepret... Lalu menulis buku "Habis Gelap Terbitlah
>   Terang" (dalam Bahasa Belanda lagi). Dan itu semuanya
>   dilakukan TANPA jilbab. Udah, segitu saja inspirasi
>   yang benar2 melegakan bagi saya di pagi ini. 
>   
>   Selamat Hari Kartini untuk kaum wanita bangsaku.
>   Jadilah wanita yang sederajat dengan pria dalam segala
>   bidang. Kalau pria tidak pakai jilbab, then you women
>   DON'T have to wear jilbab too. And that's the meaning
>   of emancipation... Well, bukan maksud saya bahwa
>   wanita itu tidak boleh pakai jilbab. Boleh saja, kalau
>   mau. Tetapi kalau memakai jilbab itu dikarenakan
>   statusnya sebagai wanita yang merasa HARUS pakai
>   jilbab sebab blah blah blah... then you MIGHT have to
>   reconsider the assumptions. Kalau banyak debu seperti
>   di negara2 Arab, tanpa disuruhpun yang pria akan pakai
>   jilbab seperti gamis dan tutup kepalanya yang asli
>   Arab itu. Tetapi, kalau alasannya bahwa wanita harus
>   menutup "aurat" yang naik2 ke atas sampai segala
>   rambut kepala dikategorikan sebagai "aurat" juga oleh
>   segala pria2 yang gemar berfatwa untuk mendapatkan
>   bidadari surga di alam barzakh nanti, then you MIGHT
>   have to reconsider it. Kalau tujuannya menghambat
>   emansipasi wanita, then why you wear it ? Ibu Kartini
>   saja tidak pakai jilbab. Cut Nyak Dien tidak pakai
>   jilbab. Ibu Fatmawati Soekarno, Ibu Tien Soeharto,
>   Megawati Soekarno, dll tidak pakai jilbab. So, jilbab
>   is ANTI emansipasi, walaupun kalau suka ya boleh saja
>   dipakai. Bencong2 ketimpring yang suka nyanyi di
>   pinggir jalan itu juga ada yang pakai jilbab kok, so
>   what gitu lho !
>   
>   Dan yang berikut adalah a conversation made yesterday
>   at YM dengan seorang teman di Bali. Semoga ada gunanya
>   juga. (Leo)
>   
>   +++
>   
>   MAS LEO ADA DI DIMENSI MANA SIH ?
>   
>   P = Putu
>   L = Leo
>   
>   P = Halo, Leo ! Lagi online ya ?
>   
>   L = Halo lagi, dengan siapa ini ?
>   
>   P = Putu di Bali boz, energi Leo kerasa sampai ke saya
>   lho.
>   
>   P = Hallo Putu !
>   
>   P = Mas, recon itu apa sih sebenarnya ?
>   
>   L = Rekon ?
>    
>   P = Iya.
>   
>   L = Aku dulu pakai istilah "rekon" which is
>   attunement.
>   
>   P = i c
>   
>   L = Cuma attunement untuk trigger frekwensi mata
>   ketiga.
>   
>   P = Btw untuk mentrigger frekwensi mata ketiga, Mas
>   Leo bisa bantu saya ? Apakah mentriger itu harus 
>   selalu dilakukan, mas ?
>   
>   L = Kan udah. As far as I know, udah dari kapan2.
>   Kalau mau, nanti datang saja ke Temanggung, Jateng,
>   waktu acara kumpul2 Milis Spiritual-indonesia tgl 3/4
>   Mei 2008.
>   
>   P = Ow, saya pikir dengan direkon lagi semakin yahud.
>   
>   L = Udah kan dari kemarin, bisa langsung tanpa
>   bilang2. Tapi kalau ketemu langsung, memang bisa
>   aku kasih contoh meditasi di God Spot.
>   
>   P = Btw setelah rasa hampa yang terasa saat meditasi
>   di pineal itu, apa ada hal selanjutnya ?
>   
>   L = Ya, bisa memperoleh banyak penglihatan di mimpi.
>   Nanti akan bisa mengartikan penglihatan2. Bisa tidak
>   takut segala macam. Bisa nggak mempan dibohongin
>   orang. Kalau orang ngomong segala yang tidak keruan,
>   walaupun gayanya meyakinkan, kita bisa langsung tahu.
>   
>   P = Btw kalo saya merem, saya sering niatin lihat Mas
>   Leo. tapi kok gak kelihatan ya, mas ? Mas Leo ada di
>   dimensi mana sih ?  heheheheee
>   
>   L = Udah jelas gak keliatan, ngeliat aku kan musti
>   pake mata FISIK. Makanya dateng nanti ke Temanggung.
>    
>   P = Ok boz.
>   
>   L = Daftar aja di milis. Bilang mao dateng dari Bali.
>   
>   P = Btw, selama saya chatting di YM saya sering
>   merasakan energi seseorang itu, tapi energi Mas
>   Leo kok beda ya, terasa begitu memenuhi kepala saya.
>   
>   L = Ya udah, enjoy aja kalo begitu rasanya.
>    
>   P = Ok. Saya kayak mau fly lho...
>   
>   L = Hmmm hmmm hmmm... You are sensitive.
>   
>   P = ...Saya saat ini juga sedang belajar kundalini.
>   
>   L = Dari dulu belajar kundalini terus ?
>   
>   P = Iya pak.
>   
>   L = Udah tamat tuh pelajaran kundalininya.
>   
>   P = Iya mas.
>   
>   L = Kan udah tamat.
>   
>   P = Kok? Saya nggak ngerti mas, maaf lho.
>   
>   L = Udah bisa visualisasi dari bawah sampai atas,
>   terus turun lagi ke bawah. Terus sudah meditasi
>   seperti itu berbulan-bulan. Berarti sudah tamat.
>   Meditasi di Cakra Mata Ketiga saja, tanpa perlu
>   visualisasi segala macam itu.
>   
>   P = Terima kasih sarannya mas.
>   
>   L = Well, aku sendiri sudah tidak pakai lagi meditasi
>   cakra2 seperti teknik kundalini.
>   
>   P = Btw ada yang bilang ke saya inti kundalini saya
>   baru ada di solar plexus,  dan dari referansi katanya
>   harus sampai di cakra gerbang dimensi ke 4.
>   
>   L = Gak usah didengerin. Di Bali itu banyak yang
>   aneh2. Ada yang bilang kundalini bisa tinggi
>   bermeter2, terus ada uler2nya juga, serem dehh !!
>   Tidak usah dipikirkan. Itu cuma konsep2 belaka. Yang
>   penting kita bisa menyambung dengan God, dengan the
>   SOURCE. Cuma itu saja. Segala omongan orang2 itu 
>   banyak nonsensenya juga. Kundalini itu intinya
>   kesadaran illahi.
>   
>   P = God maksudnya The Real God ?
>   
>   L = Ya, the real God, walaupun di atas itu ada lagi
>   the real God, dan begitu seterusnya, tiada habis2nya.
>   The real God itu berlapis-lapis. Dan kita bisa
>   menyambung hanya melalui GOD SPOT yang adanya di
>   Kelenjar Pineal itu dan BUKAN dengan meditasi
>   kundalini.
>   
>   P = Emh..
>   
>   L = Kundalini itu untuk jaga kesehatan saja. Akhir
>   dari kundalini adalah naiknya kesadaran (pengertian)
>   di diri kita bahwa kita itu memang SELALU menyambung
>   dengan God (the Source). Kalau kesadaran itu sudah
>   dicapai, meditasi cukup di Cakra Tertinggi saja, 
>   dan tidak perlu visualisasi dari cakra dasar yang
>   membuang-buang waktu itu, dan membuat banyak orang
>   tetap BINGUNG. Can you follow me ?
>   
>   P = Yup !
>   
>   L = Kalau aku bicara seperti ini di Bali, mungkin
>   banyak orang yang akan kaget juga. Tapi, kalau mau
>   JUJUR, memang seperti itulah. Kita mau stuck di
>   kundalini saja, atau mau naik ke level kesadaran
>   tinggi. Itu pertanyaannya.
>   
>   Kalau mau stuck, ya bisa saja. Itu pilihan. Cek
>   kundalini setiap bulan, dan itu akan MENJAMIN orangnya
>   akan mandeg spiritualnya seumur hidup.
>   
>   P = Apakah pemahaman Tuhan itu tiada akhir,
>   maksudnya ada Tuhan Setelah Tuhan dan seterusnya.
>   
>   L = Ya, emanasi dari emanasi. Tuhan itu
>   berlapis-lapis, roh kita itu berlapis-lapis. Tuhan
>   yang cuma satu lapis itu Tuhan yang adanya di toko
>   buku doang, hmmm hmmm hmmm...
>   
>   P = Maaf mas, emanasi itu apa ?
>   
>   L = Emanasi = Pancaran. Dari satu God muncul banyak
>   Gods. Dewa2 dan Dewi2 itu semuanya EMANASI dari GOD
>   yang satu, yang awal. Kita merupakan EMANASI dari GOD
>   yang satu, yang awal.
>   
>   P = Apakah kita bisa bertemu (saya gak tau istilah
>   yang pas) sama the one itu ?
>   
>   L = Kita itu selalu menyambung dengan the One itu.
>   Kalau the One itu Gardu (Pembangkit) Listrik, maka
>   kita satu bola lampu. Nah, listrik yang berasal dari
>   Gardu Listrik itu mengalir sampai ke bola lampu (jiwa
>   kita). Kita bisa merasakan listriknya itu, selalu
>   SAMA, dan selalu MENYAMBUNG. Tidak pernah terpisah.
>   
>   Rasa itu sudah cukup, sebab yang namanya "melihat" itu
>   memakai mata fisik, dan secara batin, kita itu TIDAK
>   melihat dengan mata fisik. Kalau bicara spiritualitas,
>   mata fisik itu tidak relevan. Kita bisa MERASA, tetapi
>   tidak melihat secara fisik.
>   
>   P = Apa pemahaman Tuhan itu bisa dibuat jenjang ?
>   
>   L = Bisa.
>   
>   P = Maksud saya, tahap 1 Tuhan itu ini, Tahap 2 itu..,
>   dst.
>   
>   L = Bisa, agama2 yang mengajarkan Amal dan Ibadah itu
>   menjual Tuhan 1. Agama2 yang mengajarkan kejujuran dan
>   bersyukur itu menjual Tuhan 2. Agama2 yang mengajarkan
>   menjadi diri sendiri itu menjual Tuhan 3. Tuhan itu
>   banyak macamnya, banyak kemasannya.
>   
>   So, yang namanya Mata Ketiga / Mata Batin itu akan
>   mengajarkan secara LANGSUNG kepada kesadaran yang ada
>   di diri kita. Kita akan tahu secara langsung, mengerti
>   secara langsung bahwa segalanya itu SIMBOL2 belaka.
>   Dan kita tidak perlu jatuh ke dalam jebakan berupa
>   pengidolaan suatu agama atau aliran tertentu karena
>   kita tahu bahwa mereka cuma menjual metode2 dan Tuhan
>   berlabel. Ada yang label 1, 2, 3, dsb... Can you
>   follow me ?
>   
>   P = Iya. Jadi pemahaman tentang Tuhan itu memang hal
>   yang pribadi banget ya, karena dipahami dengan cara
>   pemahaman masing masing, jadi kalo pertanyaanya
>   bagaimana Tuhan itu, kata kata dan penjelasan hanya
>   sebatas membimbing aja ya mas ?
>   
>   L = Ya, agama2 itu cuma metode2 saja. Dewa2 dan Dewi2
>   itu cuma SIMBOL2 saja. Upacara2 keagamaan itu cuma
>   simbol2 saja yang maknanya ada di dalam kesadaran kita
>   masing2. Kalau bisa ikhlas dan pasrah hanya dengan
>   berdiam diri selama 5 menit, kenapa harus membuat
>   upacara yang menghabiskan biaya puluhan juta rupiah ?
>   
>   Aku itu ngomong langsung tanpa tedeng aling2, ngomong
>   apa adanya saja, bahwa yang kita butuhkan itu cuma
>   sikap Ikhlas dan Pasrah saja. Dan itu GRATIS. Tetapi
>   orang2 yang ngumpet di agama2 itu kan akan tersinggung
>   kalau aku ngomong jujur seperti itu, sebab jadinya
>   mereka itu ketahuan belangnya.
>   
>   Tuhan yang mereka gembar-gemborkan itu akan terbuka
>   belangnya sebagai BUATAN imajinasi mereka sendiri.
>   Pedahal, Tuhan yang asli itu adanya di dalam kesadaran
>   tiap manusia, dan kita BISA akses GOD yang asli itu
>   tanpa melalui segala macam tuntutan yang dibebankan
>   kepada kita oleh agama2 itu.
>   
>   P = Jadi berbeda Ber Tuhan dan Beribadah, saya semakin
>   terang nih.
>   
>   L = Bedalah, beda jauh. Aku itu TIDAK percaya konsep
>   amal dan ibadah. Aku ini sudah tidak pernah ibadah
>   lagi, tapi meditasi itu jalan terus. Ibadah itu kan
>   upacara saja. Yang lebih penting itu rasa dimana
>   kita bisa menyambung dengan God. Upacara semata itu
>   tidak ada nilainya secara spiritual.
>   
>   P = Ok. Trus bagaimana dengan leluhur kita, sebab
>   pemahaman saya selain Tuhan kita juga harus tetap
>   ingat leluhur sebagai pendahulu yang menjadi perantara
>   kita untuk bisa menempati tubuh sebagai manusia.
>   
>   L = Ya, leluhur itu juga EMANASI dari Tuhan.
>   
>   P = Emh...
>   
>   L = Ya, mereka itu juga "bola2 lampu", sama seperti
>   kita. Leluhur itu Gods. Sama seperti kita. Kita juga
>   Gods. I dewa dan I dewi. 
>   
>   +++
>   
>   [Leo seorang praktisi Psikologi Transpersonal; no HP:
>   0818-183-615. Untuk bergabung dengan Milis SI, click:
>   <http://groups.yahoo.com/group/spiritual-indonesia>.
>   NOTE: Except mine, all names used in the YM / email
>   conversations are PSEUDONYMS.]
>   
>   Send instant messages to your online friends 
http://uk.messenger.yahoo.com 
>   
>       
>                                                             
> 
>        
> ---------------------------------
> Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile.  
Try it now.
>



--- End Message ---

Kirim email ke