"Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!" (Yak 3:13-18; Mrk 9:14-24)
"Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Apa yang kamu persoalkan dengan mereka?" Kata seorang dari orang banyak itu: "Guru, anakku ini kubawa kepada-Mu, karena ia kerasukan roh yang membisukan dia. Dan setiap kali roh itu menyerang dia, roh itu membantingkannya ke tanah; lalu mulutnya berbusa, giginya bekertakan dan tubuhnya menjadi kejang. Aku sudah meminta kepada murid-murid-Mu, supaya mereka mengusir roh itu, tetapi mereka tidak dapat." Maka kata Yesus kepada mereka: "Hai kamu angkatan yang tidak percaya, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!" Lalu mereka membawanya kepada-Nya. Waktu roh itu melihat Yesus, anak itu segera digoncang-goncangnya, dan anak itu terpelanting ke tanah dan terguling-guling, sedang mulutnya berbusa. Lalu Yesus bertanya kepada ayah anak itu: "Sudah berapa lama ia mengalami ini?" Jawabnya: "Sejak masa kecilnya. Dan seringkali roh itu menyeretnya ke dalam api ataupun ke dalam air untuk membinasakannya. Sebab itu jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami." Jawab Yesus: "Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!" Segera ayah anak itu berteriak: "Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!"(Mrk 9:16-24), demikian kutipan Warta Gembira hari ini. Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan- catatan sederhana sebagai berikut: Pada masa ini rasanya yang lebih banyak muncul di permukaan atau wacana hidup bersama adalah persoalan-persoalan atau masalah- masalah, bukan pemecahan masalah atau persoalan, sehingga banyak orang merasa goncang serta saling kurang atau tidak persaya satu sama lain. Mungkin hal ini disebabkan oleh masih terjadinya kemerosotan iman hampir di semua bidang kehidupan atau ketidak- percayaan kepada Tuhan alias kurang beriman. "Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya", demikian sabda Yesus, menanggapi kasus orang kerasukan setan atau roh jahat. Aneka macam persoalan atau musibah yang terjadi memang bersumber dari roh jahat, yang berkarya atau hidup dalam diri orang yang bersangkutan, yang menyebabkan adanya atau berpartisipasi menimbulkan persoalan atau musibah. Maka menanggapi sabda Yesus tersebut marilah kita mawas diri: sejauh mana iman atau kepercayaan kita kepada Tuhan menjadi nyata atau terwujud di dalam perilaku atau cara bertindak sehari- hari? Maka sekali lagi saya kutipkan motto Bapak Andrie Wongso, promotor Indonesia, yang kiranya senada dengan sabda Yesus tersebut :"Selama kita memiliki kemauan, keuletan, dan keteguhan hati, besi batangan pun bila digosok terus-menerus , pasti akan menjadi sebatang jarum Milikilah keteguhan hati!". Marilah kita hadapi aneka masalah atau persoalan dengan kemauan, keuletan dan keteguhan hati serta dengan rahmat Tuhan, maka kita akan mampu mengatasi aneka persoalan dan masalah di depan kita. Yang tidak boleh dilupakan, sebagai orang yang percaya, adalah berdoa: berdoalah mohon rahmat kekuatan dari Tuhan sebelum memecahkan masalah atau persoalan. "Hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah- buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik" (Yak 3:17), demikian peringatan atau kesaksian Yakobus kepada kita semua. Hadapi dan selesaikan aneka macam persoalan dan masalah dengan keutamaan- keutamaan tersebut! Keutamaan-keutamaan yang up to date atau mendesak pada saat ini kiranya murni, tidak memihak dan tidak munafik, mengingat dan memperhatikan aneka usaha pemecahan masalah dan persoalan yang masih dijiwai oleh kepentingan pribadi atau golongan tertentu alias memihak masih marak dalam kehidupan bersama saat ini, hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kerancuan- kerancuan yang muncul dalam proses-proses Pilkada maupun di pengadilan saat ini rasanya terjadi karena ada tokoh-tokoh berpengaruh yang begitu memihak dan munafik. Gembar-gembor atau program-program yang dicanangkan dalam kampanye pada umumnya juga tidak murni, melainkan hanya sandiwara atau pura-pura saja. Percayalah jika kita hidup, bekerja dan bertindak murni, tidak memihak dan tidak munafik, kita akan mampu melaksanakan atau menyelesaikan program kegiatan, niat atau cita-cita serta aneka macam masalah dan persoalan yang muncul dalam proses perjalanan pelaksanaan. Marilah kita berantas dan bongkar aneka kepalsuan, kebohongan, keberpihakan yang tidak sehat maupun kemunafikan dalam hidup bersama. Secara khusus kami ingatkan dan ajak para penentu kebijakan hidup bersama untuk senantiasa berpedoman pada `bonum commune', kebaikan maupun kesejahteraan umum/bersama, bukan untuk diri sendiri atau golongan/kelompok sendiri. "Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman. Titah TUHAN itu tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat mata bercahaya. Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya"(Mzm 19:8-10) Jakarta, 19 Mei 2008