“Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia." (Pkh 11:9-12:8; Luk 9:43b-45) “Ketika semua orang itu masih heran karena segala yang diperbuat-Nya itu, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Dengarlah dan camkanlah segala perkataan-Ku ini: Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia." Mereka tidak mengerti perkataan itu, sebab artinya tersembunyi bagi mereka, sehingga mereka tidak dapat memahaminya. Dan mereka tidak berani menanyakan arti perkataan itu kepada-Nya” (Luk 9:43b-45), demikian kutipan Warta Gembira hari ini. Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Vinsensius de Paul, imam, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut: · Salah satu bentuk pelayanan pastoral-sosial yang dikelola oleh orang-orang yang peka akan penderitaan sesama manusia antara lain berupa ‘panti asuhan’: orang jompo, anak-anak terlantar/cacat, penyayang kehidupan/anti pengguguran, dst.. Memang ada panti asuhan yang sedikit banyak berwarna komersial, namun pada umumnya sugguh sosial, dimana para pengurus, pengelola atau pelaksana ‘panti asuhan’ berusaha meneladan Yesus yang ‘diserahkan ke dalam tangan manusia’. Apa yang dikerjakan oleh Vinsensius de Paul serta para pengkutnya merupakan salah satu gerakan pastoral-sosial yang inspiratif bagi kita semua. Kiranya cukup banyak orang, yang bersikap mental materialistis atau bisnis tidak memahami gerakan-gerakan pelayanan pastoral-sosial macam itu; mereka tidak mampu memahami apa arti dan makna pelayanan bagi mereka yang miskin dan menderita. Maka kami mengajak anda sekalian untuk merenungkan sabda ini: “Dengarlah dan camkanlah segala perkataan-Ku ini: Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia”. Sebagai orang beriman, yang berarti mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, kiranya serentak juga mempersembahkan diri kepada sesama manusia, saudara-saudari kita, lebih-lebih dan terutama yang miskin, berkekurangan serta menderita. Kepada mereka yang sulit memahami pelayanan pastoral-sosial ini kami persilahkan untuk mengunjungi atau mendatangi langsung ‘panti sosial’ di daerah atau kota anda. Di Jakarta ada beberapa panti asuhan, antara lain: (1) Yayasan Amalia (panti asuhan anak-anak jalanan) – JilKebon Bawang Raya 1, Tanjung Priuk, (2) Pondok Si Boncel (panti asuhan balita) – Lenteng Agung, Pasar Minggu, (3) Panti Asuhan Mekar Lestari, Jl.Commercial III Blok1 no 1-1A, Sektor 1,5 BSD –Tangerang, dst.. Panti-panti asuhan ini sungguh dengan rendah hati, bantuan rahmat Tuhan serta kemurahan hati banyak orang, berusaha meneladan Yesus yang menyerahkan Diri ke tangan manusia. Manusia diciptakan sesuai dengan gambar dan citra Allah, maka beriman kepada Allah hendaknya mempersembahkan diri kepada sesama manusia, dan dengan demikian kita saling mempersembahkan diri atau saling mengasihi. · “Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: "Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!"(Pkh 12:1). Kutipan ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi bagi kita semua. Marilah kita ingat dan kenangkan masa kanak-kanak kita, dimana dengan kasih segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan tubuh atau tenaga masing-masing dari kita dikasihi oleh banyak orang, terutama orangtua atau bapak-ibu kita masing-masing, sebagai partisipasi terhadap Allah Pencipta, yang menciptakan segala sesuatu yang ada di dunia ini. Tanpa kasih yang luar biasa dari bapak-ibu kita masing-masing kiranya kita tidak dapat hidup dan ada seperti saat ini. Jika ada rumor, yang menyindir orang kurangajar atau tidak bermoral, bahwa masa kecil tidak bahagia, hemat saya hal ini tidak benar. Kepada mereka yang merasa bahwa pada masa kecil tidak bahagia alias kurang dikasihi, hendaknya menyadari dan menghayati bahwa tanpa kasih kita tidak dapat hidup, tumbuh dan berkembang seperti saat ini. Maka silahkan pertama-tama mengenangkan ketika anda masih berada di dalam kandungan atau rahim ibu, ketika sedang dilahirkan, dst.. , kiranya dengan kasih mesra dan seutuhnya orangtua, terutama ibu kita masing-masing sangat mengasihi kita. Jika kita tidak dikasihi kiranya kita tidak pernah lahir di dunia ini alias telah digugurkan ketika masih berada di dalam kandungan atau rahim, atau kita tidak dapat hidup seperti saat ini karena begitu dilahirkan langsung dibunuh atau dibuang sebagaimana terjadi di sana-sini, yang dilakukan oleh perempuan atau ibu yang tak bertanggung-jawab dan tak tahu kasih. Jika anda tidak berani menyadari dan menghayati kasih dari orangtua atau bapak ibu, kiranya anda akan menjadi manusia atau orang yang terus-menerus tertimpa kemalangan atau penderitaan, senantiasa merasa tidak aman dan terus terancam dalam hidup sehari-hari. Kita dengan mudah akan berkata seperti kata Pengkotbah ini: “Kesia-siaan atas kesia-siaan, …, segala sesuatu adalah sia-sia” (Pkh 12:8). · “Engkau mengembalikan manusia kepada debu, dan berkata: "Kembalilah, hai anak-anak manusia!"Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin, apabila berlalu, atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam. Engkau menghanyutkan manusia; mereka seperti mimpi, seperti rumput yang bertumbuh,di waktu pagi berkembang dan bertumbuh, di waktu petang lisut dan layu” (Mzm 90:3-6) Jakarta, 27 September 2008 ___________________________________________________________________________ Dapatkan alamat Email baru Anda! Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/