"Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?"

(Why 1:1-4; 2:1-5a; Luk 18:35-43)

 

“Waktu Yesus hampir tiba di Yerikho, ada
seorang buta yang duduk di pinggir jalan dan mengemis. Waktu orang itu
mendengar orang banyak lewat, ia bertanya: "Apa itu?" Kata orang
kepadanya: "Yesus orang Nazaret lewat."Lalu ia berseru: "Yesus,
Anak Daud, kasihanilah aku!" Maka mereka, yang berjalan di depan, menegor
dia supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: "Anak Daud,
kasihanilah aku!"Lalu Yesus berhenti dan menyuruh membawa orang itu
kepada-Nya. Dan ketika ia telah berada di dekat-Nya, Yesus bertanya kepadanya:
"Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Jawab orang itu:
"Tuhan, supaya aku dapat melihat!"Lalu kata Yesus kepadanya: "Melihatlah
engkau, imanmu telah menyelamatkan engkau!" Dan seketika itu juga
melihatlah ia, lalu mengikuti Dia sambil memuliakan Allah. Seluruh rakyat
melihat hal itu dan memuji-muji Allah”
(Luk 18:35-43), demikian kutipan Warta Gembira hari ini. .

 

Berrefleksi
atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Elisabeth dari Hungaria,
biarawati, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Kekayaan dan kemilauan harta benda duniawi tanpa sadar
atau dengan lembut perlahan-lahan sering membuat orang menjadi buta akan
‘nilai-nilai spiritual atau manusiawi’. Kalau dalam Warta Gembira hari ini
dikisahkan perihal orang buta, yang 
terbuka hatinya serta mohon kasih penyembuhan Tuhan dan disembuhkan,
rasanya hal senada terjadi dalam lingkungan hidup St.Elisabeth yang kita 
kenangkan
hari ini. Elisabeth adalah puteri istana, dimana kekeyaan harta benda mewarnai
hidup keluarga istana. Mereka buta terhadap penderitaan orang miskin dan
berkekurangan, namun Elisabeth terbuka dan melihat serta memperhatikan mereka
yang miskin dan berkekurangan. Maka marilah kita bersikap seperti orang buta
yang mohon penyembuhan:”Tuhan, supaya aku
dapat melihat”, melihat sesama manusia sebagai ciptaan terluhur dan
termulia di dunia ini, sebagai gambar atau citra Allah. Rasanya dalam diri
orang miskin dan berkekurangan gambaran manusia sebagai citra Allah lebih mudah
dilihat daripada orang kaya yang bermewah-mewah, yang pada umumnya
menggantungkan hidupnya pada kekayaan yang dimilikinya. “Melihat” atau indera
penglihatan merupakan salah satu indera kita yang antara berpengaruh dalam
pertumbuhan dan perkembangan hidup kita. Apa yang dilihat pada umumnya
menggerakkan orang untuk berbuat sesuatu, dan jika yang bersangkutan orang
beriman pasti melakukan perbuatan-perbuatan baik yang menyelamatkan dan 
membahagiakan.
Marilah kita melihat dan memperhatikan mereka yang miskin dan berkekurangan,
dan biarlah siapapun yang melihat tindakan kita akhirnya ‘memuji-muji Allah’. 
Kepada rekan-rekan yang kaya akan harta benda,
kami ajak untuk meneladan St.Elisabeth, yang kita kenangkan hari ini:
memperhatikan mereka yang miskin dan berkekurangan, meskipun untuk itu harus
menghadapi tantangan dan hambatan dari saudara-saudari kita. 

·   “Engkau tetap
sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah.  
Namun demikian Aku mencela engkau, karena
engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. Sebab itu ingatlah betapa
dalamnya engkau telah jatuh” (Why2:3-5a).
Kutipan ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi kita semua, terutama
mereka yang dengan sahar dan menderita bekerja keras mengejar dan mengusahakan
kekayaan. “Jangan meninggalkan kasihmu
yang semula”, itulah peringatan yang harus kita perhatikan dan renungkan. Kasih
merupakan ajaran yang utama dan pertama dari siapapun yang mengaku diri beriman,
sejak masih berada dalam kandungan/rahim ibu masing-masing dari kita telah
menikmati kasih yang melimpah ruah, sehingga kita dapat hidup, tumbuh dan
berkembang sebagaimana kita alami sampai saat ini. “Aku memberikan perintah 
baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling
mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus
saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah
murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.”(Yoh 13:34-35),
demikian perintah Yesus kepada para murid, kepada kita semua yang beriman
kepadaNya. Saling mengasihi berarti saling memberi dan menerima; rasanya kita
telah menerima banyak kasih, dan kalau merasa tidak atau belum menerima kasih
yang melimpah ruah, silakkan mawas diri ketika anda masih berada dalam
kandungan dan masa balita. Jika kita telah menghayati kasih tersebut, maka
panggilan dan tugas pengutusan kita adalah meneruskan atau menyebar-luaskan
kasih tersebut kepada sesama manusia, dimanapun 
dan kapanpun kita berada, hidup dan bekerja. Kasih yang sungguh nyata
dan membahagiakan rasanya adalah kasih terhadap mereka yang miskin dan
berkekurangan. 

 

“Berbahagialah
orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di
jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang
kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan
malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan
buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya
berhasil” (Mzm 1:1-3)

 Jakarta, 17 November 2008




      
___________________________________________________________________________
Nama baru untuk Anda! 
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

Kirim email ke