“Mintalah maka kamu akan menerima supaya penuhlah sukacitamu.”

(Kis 18:23-28; Yoh 23b-28)

 

“Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu
minta kepada Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku. Sampai sekarang
kamu belum meminta sesuatu pun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima,
supaya penuhlah sukacitamu. Semuanya ini Kukatakan kepadamu dengan kiasan. Akan
tiba saatnya Aku tidak lagi berkata-kata kepadamu dengan kiasan, tetapi terus
terang memberitakan Bapa kepadamu. Pada hari itu kamu akan berdoa dalam
nama-Ku. Dan tidak Aku katakan kepadamu, bahwa Aku meminta bagimu kepada Bapa,
sebab Bapa sendiri mengasihi kamu, karena kamu telah mengasihi Aku dan percaya,
bahwa Aku datang dari Allah. Aku datang dari Bapa dan Aku datang ke dalam
dunia; Aku meninggalkan dunia pula dan pergi kepada Bapa.” (Yoh 16:23b-28), 
demikian kutipan Warta Gembira
hari ini. 

 

Berrefleksi
atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai
berikut:

·   Isi doa-doa kita pada umumnya adalah
permohonan-permohonan kepada Tuhan. Di dalam kegiatan novena-novena biasanya
banyak permohonan yang diajukan, misalnya: permohonan segera memperoleh jodoh
atau pasangan hidup, permohonan sukses dalam belajar atau bekerja, permohonan
sembub dari sakit, dst.. Doa permohonan yang baik adalah mohon karunia Roh
Kudus, misalnya: “hikmat, pengertian,
nasihat, keperkasaan, pengenalan akan Allah, kesalehan, takut akan Allah” (lih
PS no 93). Anugerah-anugerah atau karunia-karunia inilah yang membuat kita
penuh sukacita sejati. Maka hendaknya di dalam doa-doa kita senantiasa dengan
rendah hati mohon di antara ketujuh anugerah atau karunia tersebut, mana yang
sesuai dengan kondisi dan situasi kita masing-masing. Sebagai contoh, dengan
mencermati situasi dan kondisi hidup bersama masa kni, adalah mohon kesalehan,
hidup saleh. Saleh atau sumeleh bukan kepasrahan pasif, melainkan sesuatu
kekuatan dimana pada titik keangkuhan orang harus mengakui kelemahan dan
kekurangannya serta kemudian mempersembahkan diri seutuhnya kepada
penyelenggaraan Ilahi. Dengan kata lain orang saleh sungguh beriman, hidup dan
bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan. Ia akan hidup dengan rendah hati, lemah
lembut, sopan, sabar, penuh hormat kepada sesama manusia dan ciptaan-ciptaan
lain di dunia ini. Ia juga tidak materialistis. Ia juga mentaati aneka aturan
dan tatanan hidup yang terkait dengan panggilan dan tugas pengutusannya. Taat,
setia dan melaksanakan aturan atau tatanan hidup pada masa kini hemat saya
sungguh merupakan sesuatu yang harus kita mohon dan hayati di dalam hidup
sehari-hari, mengingat dan memperhatikan cukup banyak orang melanggar aturan
seenaknya, sebagaimana kita lihat di jalanan atau persimpangan jalan. 

·   “Setibanya di
Akhaya maka ia(Apolos) oleh kasih karunia Allah, menjadi seorang yang sangat
berguna bagi orang-orang yang percaya. Sebab dengan tak jemu-jemunya ia
membantah orang-orang Yahudi di muka umum dan membuktikan dari Kitab Suci bahwa
Yesus adalah Mesias” (Kis 18:27-28).”Menjadi
seorang yang sangat berguna bagi orang-orang yang percaya” rasanya menjadi
dambaan dan kerinduan kita sebagai orang beriman. Maka hemat saya selayaknya 
jika kita
membiasakan diri hidup dan bertindak dalam dan oleh kasih karunia Allah, dan
kiranya hal ini hendaknya juga dididikkan atau dibinakan kepada anak-anak atau
generasi muda dan tentu saja dengan keteladanan orangtua atau orang dewasa. 
Hidup
dan segala sesuatu yang menyertai kita atau kita miliki dan kuasai serta
nikmati pada saat ini adalah kasih karunia Allah, maka selayaknya semuanya itu
kita hayati atau fungsikan sesuai dengan kehendak Allah, sehingga kita hidup
dan bertindak bersama dan bersatu dengan Allah. Siapapun yang hidup dan
bertindak bersama dan bersatu dengan Allah inilah yang sangat berguna bagi
orang-orang yang percaya atau sesamanya. Kehendak Allah yang utama dan pertama
adalah keselamatan jiwa manusia, maka hendaknya kita senantiasa mengusahakan
keselamatan jiwa manusia dalam hidup dan sepak terjang kita dimanapun.
Barometer keberhasilan hidup dan tindakan kita adalah keselamatan jiwa, bukan
harta benda atau uang. Sebagai orang beriman, yang hidup dalam dan oleh kasih
karunia Allah, kita juga dipanggil untuk tanggap secara positif dan proaktif
terhadap situasi, tempat atau pekerjaan yang menjanjikan keselamatan jiwa lebih
banyak. Maka meskipun sulit dan berat, tetapi menjanjikan keselamatan jiwa
lebih banyak, hendaknya kita tidak putus asa . Jika dalam keadaan sulit dan
berat kita tetap hidup dalam dan oleh kasih karunia Allah, percayalah kita
pasti akan mampu mengatasinya, dan dengan demikian kita akan semakin menjadi
orang yang sangat berguna bagi sesama.

 

“Allah adalah Raja seluruh bumi,
bermazmurlah dengan nyanyian pengajaran! Allah memerintah sebagai raja atas
bangsa-bangsa, Allah bersemayam di atas takhta-Nya yang kudus. Para pemuka
bangsa-bangsa berkumpul sebagai umat Allah Abraham. Sebab Allah yang empunya
perisai-perisai bumi; Ia sangat dimuliakan” 

(Mzm 47:8-10)  
.

Jakarta, 23 Mei 2009




      Pamer gaya dengan skin baru yang keren. Coba Yahoo! Messenger 9.0 baru 
sekarang! http://id.messenger.yahoo.com

Kirim email ke