Islam yang bermuatan: aqidah (pokok keimanan), jalannya hukum dan akhlaq, 
meliputi cakrawala yang luas, yaitu petunjuk untuk mengatur baik kehidupan 
nafsi-nafsi (individu), maupun kehidupan kolektif dengan substansi yang 
bervariasi seperti keimanan, ibadah ritual (spiritualisme), karakter 
perorangan, akhlaq individu dan kolektif, kebiasaan manusiawi, ibadah 
non-ritual seperti: hubungan keluarga, kehidupan sosial politik ekonomi, 
administrasi, teknologi serta pengelolaan lingkungan, hak dan kewajiban 
warga-negara, dan terakhir yang tak kurang pentingnya yaitu sistem hukum yang 
teridiri atas komponen-komponen: substansi aturan-aturan perdata-pidana, 
damai-perang, nasional-internasional, pranata subsistem peradilan dan apresiasi 
hukum serta rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat yang berakhlaq. Semua 
substansi yang disebutkan itu bahasannya ada dalam Serial Wahyu dan Akal - Iman 
dan Ilmu. Maksudnya Wahyu memayungi akal , dan Iman memayungi ilmu. 

one liner Seri 389
insya-Allah akan diposting hingga no.800 
no.terakhir 926
******************************************************************* 

BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM 
 
WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU 
[Kolom Tetap Harian Fajar
389 Gebrakan Presiden Habibie Menghantam Status Quo dengan Lontaran Dua Opsi 

Gagasan dua opsi Presiden Habibie itu merupakan kebijakan politik yang berani 
jika dikaitkan dengan statusnya sebagai Capres. Kekalahan opsi otonomi dalam 
jajak pendapat seperti ternyata sekarang dapat dimanfaatkan dan memang sudah 
dimanfaatkan oleb kubu Megawati sebagai kendaruan politik untuk tambah sengit 
membidik Presiden Habibie.

Dalam pada itu para alumni GMNI mengeluarkan pernyataan tidak rasional yang 
bebal, karena menyuruh Presiden Habibie mundur sebagai presiden. Mengapa saya 
katakan bebal, oleh karena jika Presiden Habibie mundur sebelum SU MPR, lalu 
siapa yang akan jadi presiden? Bukankah akan terjadi kevakuman pemerintahan, 
walaupun Tap MPR No.Vll/MPR/1973 menggariskan pemerintahan diteruskan oleh 
Mendagri, Menhankam dan Menlu? Pada waktu Soeharto menyatakan berhenti menjadi 
presiden, lalu Habibie berani menerima tugas jabatan presiden itu tentu saja 
dengan pertimbangan agar tidak ada kevakuman pemerintahan. Sebab hal itu akan 
menimbulkan khaos. Atau apakah memang para alumni GMNI itu menghendaki khaos?

Berhubung adanya manuver politik dalam wujud isu bohong: mundur dan kudeta, 
maka kepada Pak Habibie kita serukan syare gasy. (Syare gasy, adalah ujar-ujar 
yang populer dalam kalangan pear group Imaam Bonjol l9 Bandung, yang artinya 
hampir sama dengan howgh dalam bahasa Indian suku Apache).

Bahwa opsi itu dapat pula menjadi senjata kubu Megawati itu untuk menghantam 
dirinya, Presiden Habibie tentu telah mempunyai kalkulasi yang demikian. 
Presiden Habibie berani mengambil keputusan calculated risk itu oleh karena ia 
berpijak di atas pendirian: Jabatan presiden bukan segala-galanya. Dengan 
pendirian itu ia merasakan tidak ada monyet di punggung. Itulah pula mengapa ia 
berani tahun lalu memasukkan SI MPR dalam agenda reformasi, tidak takut jika 
dalam SI itu ia dapat dijatuhkan dari jabatan presiden.

Emil Salim yang selama ini kelihatannya diam, mungkin tahu diri, kini boleh 
jadi karena melihat situasi Presiden Habibie dapat dipurukkan dengan hasil 
jajak pendapat itu, mulai pula angkat bicara, bahwa keadaan perekonomian baru 
akan dapat diperbaiki jika rejim sekarang ini telah berganti. Saya katakan di 
atas mungkin tahu diri, oleh karena banyak yang tahu bahwa Emil Salim merupakan 
arsitek utama strategi pembangunan Orde Barn, kebijakan akselerasi modernisasi 
yang menyebabkan timbulnya segelintir taipan, konglomerat yang bermuara pada 
timbulnya mekanisme yang melahirkan KKN. Alangkah eloknya jika Emil Salim tidak 
perlu bicara, sebab buat dia lebih baik memakai amulet: zwijgen is goud, diam 
itu emas. Saya ingat sebuah kejadian di zamannya Nabi 'Isa AS, seperti tertera 
dalam Injil:

3.En de schrjftgeleerden en die Farizeers brachten tot hem eene vrow in 
overspel gegrepen;.... 7.En als zij hem vragen, richte hij zich op en zeide tot 
hen: Wie van ulieden zonder zonde is, werpe het eerst den steen opt haar... 
8.En Jezus zich oprichtende, en niemand ziende dan die vrow zeide tot hoar: 
Vrouw, waar zijn deze uwe beschuldiger? Heeft niemand veroordeeld? 11.En ziy 
zeide: Niemand Heere (Johannes 8:3,7,10,11). Artinya: 3.Para ahli kitab dan 
orang Parisi membawa kepadanya seorang perempuan yang tertangkap basah 
berzina,... 7.Karena mereka terus bertanya kepadanya, ia mengangkat kepalanya 
dan berkata kepada mereka: Siapa diantara tuan-tuan yang tidak berdosa dialah 
yang pertama-tama merajamnya... 1O.Jesus mengangkat muka dan tak seorangpun 
yang dilihatnya selain perempuan itu, lain lalu berkata kepadanya: Hai 
perempuan dimanakah mereka yang menyalahkanmu? Tidak adakah orang yang 
menghukummu? Ia berkata: Tidak ada Tuan.

Kembali kita kepada kebijakan politik dua opsi. Presiden Habibie membuat 
gebrakan menghantam keadaan status quo Timtim yang berlangsung selama dua puluh 
tahun lebih. Status quo itu berupa dekolonisasi Portugis yang terbengkalai atas 
Timtim, yang ibarat duri dalam daging. Keluar, dekolonisasi yang terbengkalai 
itu ibarat duri dalam daging, karena selalu diusik Portugis dalam arena 
diplomasi, dikuatirkan jangan-jangan akan menjadi agenda pembicaraan di PBB. 
Duri dalam daging di dunia diplornatik itulah yang menjadikan pemerintah Orde 
Baru mengadakan pembangunan fisik di sana sebagai counter attack terhadap upaya 
Portugis dan diplomasi Ramos Horta. Kebijakan pembangunan fisik yang melahap 
banyak dana itu menyebabkan timbulnya duri pula ke dalam tubuh bangsa Indonesia 
sendiri, karena setiap menyusun APBN merupakan duri tentang banyaknya dana yang 
dialokasikan ke daerah yang dimanjakan itu, padahal di daerah-daerah lain di 
Indonesia terdapat pula daerah miskin yang harus mendapat perhatian.

Walaupun pemerintahan Orde Baru, memanjakan Timtim dari segi pembangunan fisik, 
namun perlakuan terhadap penduduk setempat seakan dianak-tirikan. Jadi suatu 
ironi yang kontradiktif, yaitu dimanjakan tetapi dianak-tirikan. Keadaan status 
quo yang demikian itu dipertahankan Orde Baru selama dua puluh tahun lehih. 
Keadaan status quo inilah yang digebrak Presiden Habibie dengan kebijakan dua 
opsi. Lalu siapa bilang Presiden Habibie adalah perpanjangan tangan Orde Baru? 
Buat apa dia membuat kebijakan politik yang tidak populer andaikata ia mesin 
politik Orde Baru?

Kini tahap kedua agenda kehijakan politik itu sedang berproses dengan mekanisme 
darurat militer. Sementara ulasan ini ditulis, diberitakan situasi keamanan 
sudah mengarah kepada perkembangan yang positif. Mudah-mudahan TNI dapat 
melakukan tugasnya dengan haik dalam arti mencegah perang saudara di Timitim 
sebelum SU MPR, sehingga tidak ada alasan untuk masuknya pasukan PBB ke Timtim. 
Dengan demikian Republik Indonesia menjadi terhormat di mata dunia, dapat 
berpisah secara baik-baik dengan Timtim. Bagi bebenapa anggota DPR, yang barn 
sekarang mau minta penjelasan dari Presiden Habibie (mengapa bukan dari semula 
apa mau dikata pahlawan?), yang tidak senang dengan kemenangan opsi pemisahan 
Timtim, dengarlah ayat ini: 
-- W'ASY AN TKRHWA SYYA WHW KHYR LKM (S. AL BQRt, 2:216), dibaca: wa'asa- an 
takrahu- syaian wahuwa khairul lakum (s. albaqarah}, artinya: 
-- Boleh jadi kamu jengkel akan sesuatu padahal ia haik bagimu. Lalu apa 
baiknya opsi pemisahan itu? Ya duri dalam daging telah tercabut seperti 
dikemukakan di atas. WaLla-hu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 12 September 1999
     [H.Muh.Nur Abdurrahman]
http://waii-hmna.blogspot.com/1999/09/389-gebrakan-presiden-habibie.html 


Kirim email ke