Mengapa Lari dari Cinta?

Written by: Ruli Amirullah

 

Wanita itu
menatap sang pria yang baru saja mengajaknya kenalan. Ia hampir saja
mengucapkan namanya seperti yang diminta oleh si pria. Tapi kemudian dia
melontarkan sebuah ide, “Bagaimana bila kita tak perlu tahu nama kita
masing-masing?”

 

“Mengapa?” Tanya
pria itu keheranan

 

“Karena aku
ingin malam ini jadi malam yang indah. Coba lihat, kita ketemu di pesta
pernikahan teman kita. Kita tidak saling kenal, tapi kita saling tertarik. 
Mungkin
lebih baik malam ini kita berbicara santai, menikmati dinner bersama dan dansa
bersama pada saat acara dansa dimulai, kemudian setelah selesai, kita pulang ke
rumah masing-masing tetap tanpa tahu siapa diri kita masing-masing. Pulang ke
rumah dengan perasaan bahagia….”

 

Pria itu
menatap heran pada si wanita, “Mengapa harus begitu?”

 

“Agar
kenangan indah ini berlangsung abadi! Coba bayangkan, saat kita tua nanti
dengan rambut putih memenuhi kepala, dan beragam masalah kita hadapi, kita akan
memiliki suatu kenangan indah untuk menghibur diri. Kenangan akan malam ini. 
Kenangan
yang tak akan pernah rusak. Karena telah tersimpan abadi di masa lalu dengan
tanpa cacat sedikitpun. Karena memang kita tak merusaknya dengan berantem satu
sama lain, dengan perbedaan pendapat, dengan rasa cemburu, dengan kekecewaan….”

 

Pria itu
memandang takjub pada si wanita yang didapannya. Ide itu sungguh-sungguh
terdengar gila. Karena sesungguhnya ia begitu ingin kenal lebih jauh. Tapi 
kemudian
ia malah mengangguk perlahan. Dan malam itu, mereka berbicara, menyantap makan
malam dan berdansa dengan indahnya. Menciptakan kenangan indahnya sendiri. Dan 
kemudian
berpisah, tetap tanpa mengenal siapa nama asli satu sama lainnya… 

 

(cuplikan
film seri “When I met your mother – session 1” yang ditayangkan oleh Star World)

 

Wew…

Seru ya filmnya! It’s about love. Emang cinta gak pernah ada matinya deh. 
Selalu aja
menjadi inspirator beragam jenis bentuk kesenian. Novel, lagu, film, drama, 
puisi
dll dll dll.  Bahkan jujur saja, mungkin
juga menjadi sering menjadi sebuah imaji dalam benak kita…

 

Mau tau lanjutan film itu? Akhirnya si pria
keesokan harinya terus kepikiran wanita tersebut. Hidupnya menjadi gelisah. Ia
pun kemudian memutuskan untuk mencari tahu siapa wanita itu. Ia tak lagi peduli
apabila dengan pertemuan berikutnya, mungkin memang akan menimbulkan kekecewaan
dan akhirnya merusak kenangan indah abadi yang sudah mereka simpan untuk masa
tua kelak. Ia tak peduli, ia ingin lebih mengenal lagi pujaan hatinya tersebut.
Ia siap kecewa karena cinta daripada tidak bisa mengekspresikan apa yang ia
rasa. Rasa cinta yang kini begitu bergemuruh di dadanya. Ia tidak bisa lari dari
cinta…

 

Aku jadi inget prolog dalam buku berjudul “Yusuf
dan Zulaikha” yang pernah aku baca beberapa saat yang lalu. Sang penulis (Hakim
Nuruddin Abdurrahman Jami) berkata dalam tulisannya;

 



Hati yang bebas dari sakit cinta bukanlah hati sama sekali.
Berpalinglah dari dunia kepada wilayah cinta yang sangat menyenangkan. Jangan
biarkan hati luput dari siksaan cinta yang manis!

...

Apabila engkau hendak bebas, jadilah tawanan cinta! Apabila engkau
ingin kegembiraan, bukalah hatimu bagi penderitaan cinta. Dari anggur cinta 
datang
kehangatan dan pesona, tanpa itu hanya ada kesusahan dan keakuan yang dingin…

….

Ribuan orang yang berbakat cemerlang, tapi asing terhadap cinta, telah
lenyap tanpa meninggalkan riwayat atau peninggalan yang mengaabdikan namanya. 
Engkau boleh mencoba seratus hal, tetapi
hanya cinta yang akan membebaskan dirimu sendiri. Maka janganlah melarikan diri
dari cinta, jangan! Sekalipun itu dari cinta dalam samaran duniawi. Karena ia
merupakan persiapan bagi KEBENARAN TERTINGGI. Bagaimana engkau akan membaca
Al Quran tanpa mempelajari abjad?

….

(Yusuf & Zulaikha, Prolog – halaman 14 )



 

Lebih jauh memikirkan cinta, aku kemudian jadi
teringat juga pada puisi CINTA karya Kahlil Gibran. Ini penggalan puisi
tersebut;

 



Apabila
cinta memberi isyarat kepadamu, ikutilah dia,

Walau jalannya sukar dan curam.

Dan pabila sayapnya memelukmu menyerahlah kepadanya.

Walau pedang tersembunyi di antara ujung-ujung sayapnya bisa melukaimu.

Dan kalau dia bicara padamu percayalah padanya.

Walau suaranya bisa membuyarkan mimpi-mimpimu bagai angin utara mengobrak-abrik
taman.



 

Lagi-lagi waw…. Cinta emang dahsyat ya!

 

Seseorang yang dekat denganku pernah berkata, “Ketika aku memutuskan untuk 
mencintai
seseorang maka aku akan totalitas mencintainya, walau aku tahu, mungkin suatu
saat aku bisa kecewa karenanya. Tapi saat aku mencintainya, maka kan kuberikan
yang terbaik untuk dia…”

 

Jadi beruntunglah yang pernah merasakan cinta! Karena
seperti yang pernah aku tulis di email terdahulu, bisa jadi saat kita merasakan
cinta, mungkin sesungguhnya Allah sedang mengajari kita tentang bagaimana cinta
padaNYA harus kita jalani. Seperti kata Hakim Nuruddin tadi, bagaimana kita
bisa membaca Al Quran bila kita tidak belajar abjad? Dengan kata lain, mungkin
ia ingin mengatakan, bagaimana kita bisa mencintai yang MAHA ABADI dengan cinta
sejati bila kita tidak mempelajari cinta-cinta yang pernah kita miliki
sebelumnya?

 

Jadi mengapa harus menafikan cinta? Tanpa cinta,
Taj Mahal tak akan pernah ada karena tak ada yang dikenang oleh Kaisar Shah
Jahan. Tanpa cinta, Kahlil Gibran mungkin tak akan bisa menghasilkan
puisi-puisi indah dan menjadikannya penyair besar. Bahkan karena cinta yang 
begitu
menggebu pula-lah, kisah cinta Zulaikha dan Yusuf diabadikan dalam surat pada
Al Quran.

 

Semua karena cinta…. It’s all about love! 

Jadi mengapa harus takut bertemu dengan cinta dan
lari daripadanya? Jangan takut pada cinta! Nikmati cinta, baik itu manisnya
maupun pahitnya, pertemuannya maupun perpisahannya, tawanya maupun tangisnya,
pelukannya maupun sayatannya, bahagianya maupun perihnya, harapannya maupun
kecewanya. Nikmati semua dengan lengkap! Jangan hanya ingin mengambil yang
manis dan menolak yang pahit. Nikmati semua! 

 

Dan yang terpenting dari segalanya, jangan lupa
untuk mengambil pelajaran dari setiap cinta yang ada. Hikmah dari kisah cinta
kita tersebut. Untuk mengantar kita pada pemahaman akan cinta yang seharusnya
kita tuju. Cinta yang menjadi tujuan akhir kita. Cinta pada yang Abadi…

Cinta pada Sang Maha….

Karena sesungguhnya yang hati kita cintai, adalah
yang meniupkan rasa cinta itu di hati kita dan di hati semua orang yang
mencintai kita…

 

Wassalam,

www.ruliamirullah.com

Semuaaaaa... karena cintaaa..... (kalo ini lagunya Joy Tobing, hehehe)


(wanna read my other stories? order my 1st book now!
and get 25% discount until end of June 2010)
order by email : ruli_amirul...@yahoo.com


Kirim email ke