Sri Mulyani: Korupsi Adalah Kutukan 
Kamis, 04/08/2011 13:01 WIB

Jakarta - Mantan menteri keuangan Sri Mulyani Indrawati bicara soal masa
 transisi setelah banyaknya pergolakan yang terjadi di sejumlah negara 
akhir-akhir ini. Sri Mulyani juga berbagi resep tentang masa transisi 
setelah bergantinya rezim di Indonesia.

"Transisi juga menjadi saat yang tepat untuk sebuah kesempatan besar. 
Pada tahun 1999, saya termasuk salah satu orang Indonesia yang 
menginginkan dan merayakan turunnya salah satu diktator, Soeharto dan 
saya bergabung dengan pemerintah baru ketika dia turun," ungkap Sri 
Mulyani.

"Banyak pengamat memprediksi bahwa Indonesia, negara dengan penduduk 
muslim terbesar di dunia, tidak akan bisa mempertahankan demokrasi dan 
akan beralih ke kerusuhan. Tugas-tugas yang menanti kami sangat 
menakutkan. Namun kami membuktikan keragu-raguan itu salah dan 
mempelajari beberapa pelajaran dasar," tambah Managing Director Bank 
Dunia itu.

Pernyataan tersebut disampaikan dalam sebuah artikel yang ditulis di 
situs Bank Dunia dan dikutip detikFinance, Kamis (4/8/2011). Mengawali 
artikelnya, Sri Mulyani menyebut soal pergolakan yang banyak terjadi di 
negara-negara Timur Tengah. Selanjutnya, ia menyampaikan sejumlah solusi
 untuk mengatasi masalah transisi, dengan mengambil contoh di Indonesia 
juga.

"Tapi mungkin hal paling penting yang kita pelajari adalah tidak ada 
satu ukuran yang cocok untuk seluruh solusi demokratisasi. Setiap 
negara-negara di Timur Tengah dan Afrika Utara akan menghadapi tantangan
 yang berbeda, yang perlu untuk digarisbawahi dengan istilah-istilah 
mereka sendiri," urai Sri Mulyani.

Meski demikian, lanjut Sri Mulyani, mereka harus membuat pemutusan 
hubungan yang nyata dengan masa lalu. Pemerintah baru juga harus 
memberikan sinyal kuat yang pada masa lalu sudah berakhir.

"Perubahan harus secara formal dimanifestasikan, dengan UU baru yang 
secara luar dipublikasikan. Legislasi yang melibatkan masyarakat dengan 
kebebasan bereskspresi, pemilihan yang bebas dan independen dan 
kebebasan yang berhubungan menjadi hal yang penting," tegasnya.

"Dan harus dijelaskan kepada publik bahwa tidak ada seorangpun yang 
berada di atas hukum. Sesuatu yang kurang akan merusak transisi," imbuh 
Sri Mulyani.

Salah satu wanita paling berpengaruh di dunia ini pun menggarisbawahi 
masalah korupsi yang dinilainya bisa menghalangi pembangunan sehingga 
harus diberantas.

"Korupsi adalah kutukan dari pembangunan dimanapun, jadi pemerintahan 
baru harus bergerak cepat memperkuat institusi dan prosedur untuk 
melawannya. Transparansi dan akuntabilitas adalah ide yang sangat kuat 
dengan dukungan hampir dari seluruh dunia, yang berarti pemimpin baru 
seharusnya tidak menyerah ketika perlawanannya menjadi sulit," paparnya.

Menurut Sri Mulyani, organisasi masyarakat sipil, komunitas lokal dan 
perwakilan masyarakat miskin serta wanita memainkan peran penting dalam 
masalah ini sehingga mereka harus dilibatkan dalam setiap level 
pembuatan keputusan.

Ia pun mengungkapkan pengalamannya di Indonesia yang sudah 
menandatangani ratusan UU dalam 18 bulan terakhir, dengan cakupan mulai 
dari UU kebebasan pers hingga pemilihan umum, korupsi, desentralisasi 
dan anti-monopoli.

Sri Mulyani juga berbicara tentang masalah keamanan yang menjadi titik 
balik paling serius dalam proses transisi. Ia menilai sentimen 
nasionalisme masih kuat dan politisi serta kelompok yang berkepentingan 
dana mengeksploitasinya. Terkadang pasukan keamanan beralih dari rezim 
yang lama dan tidak ada kebebasan sistem yudisial.

"Reformasi akan memerlukan waktu dan pemerintahan lama mungkin tidak bisa 
mengimplementasikannya," imbuh Sri Mulyani

"Di Indonesia, kami menggunakan berbagai variasi inovasi untuk mengatasi
 masalah dilema tersebut. Contohnya, kami menunjuk hakim independen 
untuk mengambil alih pengadilan kebangkrutan dan korupsi karena karir 
hakum juga ternoda," ungkapnya.

Secara luas, lanjut Sri Mulyani, para pemimpin baru harus menjamin 
perekonomian berjalan baik. Ia mencatat pentingnya pemulihan aktivitas 
ekonomi dan menciptakan lingkungan bagi para wirausahawan

http://www.detiknews..com/read/2011/0...adalah-kutukan

Reply via email to