BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM

WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar] 
1008 Investor Asing dan Lubang Buaya

1. 
http://sosbud.kompasiana.com/2011/12/27/sumatera-barat-tanpa-alfamart-dan-indomart/
Provinsi Sumatera Barat memihak pada rakyat kecil atau warga lokal, yaitu tidak 
memberi izin dua raksasa pusat belanja Alfamart dan Indomart masuk dalam 
wilayahnya. Pemda setempat melindungi para pedagang kecil asongan, untuk tetap 
bisa berusaha menjajakan dagangannya tanpa harus khawatir terhadap investor 
luar. 

Inilah cermin yang patut dipertimbangkan oleh para Bupati dan Walikota di 
daerah ini. Mengapa? Kedua gergasi itu potensial penyebab terjadinya bentrokan. 
Para pedagang kecil asongan bisa gulung tikar, karena merugi kehilangan 
pelanggan. "Kekerasan structural" (baca: pemberian surat izin investor) menjadi 
penyebab timbulnya "kekerasan fisik" (demonstran bentrok berhadapan pengawal 
investor) seperti yang sudah terjadi di Sumatera Selatan, Lampung dan Sumbawa 
menjelang akhir tahun 2011.

2.1. Saya menerima surat kaleng yang isinya singkat: "Menanggapi Seri 1006, Gus 
Dur sebagai Presiden RI pernah menyatakan permintaan maaf kepada orang-orang 
PKI. Itu secara tersirat PKI tidak bersalah. Sekian."
2.2. From: Kartono Mohamad <kmj...@indosat.net.id>. Sent: Saturday, December 
31, 2011 3:57 PM.
Dulu Pemuda Rakyat latihan militer di Lubang Buaya katanya utk mempersiapkan 
diri melawan Malaysia.

Dengan adanya orang fasiq pengirim surat kaleng tsb, dan e-mail dari Kartono 
Mohamad maka saya lakukan tabayyun (verifikasi) sesuai Firman Allah:
-- YAYHA ALDzYN AMNWA AN JAaKM FASQ BNBA FTBYNWA (S. ALhJRAT, 49:6), dibaca: 
yaa-ayyuhal ladziina aamanuu in jaa-akum faasiqum binabain fatabayyanuu, 
artinya: 
-- Hai orang-orang beriman, jika datang kepadamu orang-orang fasiq dengan 
berita, maka lakukanlah tabayyun.

Ada sebuah lubang, bentuknya seperti sumur, penduduk menamakannya Lubang Buaya. 
Dahulu setiap bulan Oktober menjelang musim hujan, penduduk yang percaya 
khurafat mendatangi sumur itu. Di sana, mereka menyelenggarakan khurafat yang 
disebut ruwatan. Mohon keselamatan dari ancaman bahaya banjir dipanjatkan 
kepada sang penguasa sumur. Tradisi khurafat ruwatan meluas ke permohonan lain, 
yaitu meminta limpahan rejeki dan jodoh buat anak-anak gadisnya.

Sumur Lubang Buaya terletak di Desa Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta 
Timur, sekitar 20 kilometer dari pusat kota. Di sanalah ditemukan dalam keadaan 
rusak jasad tujuh perwira militer, Letjen Ahmad Yani, Mayor Jen M.T. Hardjono, 
Mayor Jen R. Soeprapto, Brigjen S. Siswomihardjo, Brigjen D.I. Pandjaitan, 
Letnan Satu P.A. Tendean. 

Tanggal 23 Mei 1965 PKI menggelar peringatan ulang tahun. Para eksponen PKI 
terjun ke desa-desa membawa slogan "Desa Mengepung Kota", tak ubahnya slogan 
Mao Tse Tung (Dong) ketika mengobarkan revolusi komunisme di China. Dalam 
aksinya, mereka meneriakkan kebencian terhadap unsur-unsur masyarakat yang 
dianggap jadi lawan-lawan politiknya. Keadaan memanas, massa PKI melakukan 
serangkaian pembantaian dan pembunuhan sistematis terhadap birokrat desa, dan 
amil zakat.

Aksi brutal PKI meresahkan rival-rivalnya. PNI (Partai Nasional Indonesia), 
Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indoneesia), NU (Nahdhatul Ulama), Parkindo 
(Partai Kristen Indonesia), Partai Katolik, PSII (Partai Syarikat Islam 
Indonesia), IPKI (Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia), siaga menghadapi 
berbagai kemungkinan. PKI di satu pihak dan lawan politiknya di pihak lain, 
berhadap-hadapan untuk suatu konfrontasi terbuka.

Pemuda Rakyat latihan militer di Lubang Buaya untuk mempersiapkan diri melawan 
Malaysia, seperti diberitakan Kartono Mohamad? Juli 1965, kader-kader PKI 
berdatangan ke Lubang Buaya. Di sana mereka dilatih oleh sejumlah instruktur 
militer di bawah pimpinan Mayor Udara Sujono, Komandan Pasukan Pertahanan 
Pangkalan Halim. Tak hanya Pemuda Rakyat, kader-kader PKI perempuan pun ikut 
serta yaitu Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia). 30 September 1965 Letnan 
Kolonel Untung, komandan Cakrabirawa, dari Lubang Buaya memerintahkan Letnan 
Satu Dul Arief untuk menculik tujuh perwira militer yang telah didata. Pasukan 
Pasopati yang dipimpinnya segera bergerak dan membawa korban penculikan ke 
Lubang Buaya untuk diinterogasi. Massa yang sedang kalap menganiaya mereka 
hingga tewas. Jenazah para korban dibenamkan ke dalam Sumur Lubang Buaya. 

Kisah-kisah menyeramkan dan mesum segera mengalir. Disebutkan, sebelum dibunuh, 
para perwira itu disiksa dan dijadikan bagian pesta mesum Gerwani. Sejumlah 
perwira disayat-sayat kemaluannya dan matanya dicungkil. Sebelum dibunuh, 
mereka dikelilingi kader Gerwani sambil menari-nari dan menyanyikan lagu-lagu 
rakyat yang sedang populer masa itu, seperti Ganyang Kabir atau Ganyang Tiga 
Setan Kota. Mereka yang sudah trance, beberapa perempuan Gerwani menanggalkan 
busananya, dan tenggelam dalam pesta gila-gilaan "Harum Bunga", yaitu, maaf, 
orgy seks liar. 

1 Oktober 1965, Soeharto mengambil-alih tongkat komando militer Indonesia. Ia 
memimpin pengangkatan jenazah dari dalam sumur. Lewat Super Semar (Surat 
Perintah Sebelas Maret 1966), yang diteken Presiden Soekarno, Soeharto memegang 
komando militer dengan kekuasaan penuh. Soeharto kemudian menanda-tangani surat 
keputusan No.1/3/1966 untuk membubarkan PKI. Surat keputusan ini diperkuat lagi 
dengan Ketetapan Majelis Permusyaratan Rakyat Sementara Tap MPRS 
No.XXV/MPRS/1966, yang dikukuhkan oleh Tap MPR No.V/MPR/1973, yang  
mengamanatkan kepada Pemerintah untuk melarang penyebaran ajaran komunisme,  
leninisme dan marxisme. Sejak itu PKI dinyatakan partai terlarang. 

Setiap tahun tanggal 1 Oktober di kawasan Lubang Buaya yang telah bersih dari 
hunian penduduk seluas 14 hektar, diadakanlah Upacara Kenegaraan, agar tetap 
terpateri dalam ingatan, tidak melupakan peristiwa pemberontakan G-30-S PKI. 
Dan dengan demikian terkuburlah pula upacara khurafat ruwatan Oktober kepada 
sang penguasa sumur. (Dari berbagai sumber)

WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 8 Januari 2012
   [H.Muh.Nur Abdurrahman]
http://waii-hmna.blogspot.com/2012/01/1008-investor-asing-dan-lubang-buaya.html

Reply via email to