Islam yang bermuatan: aqidah (pokok keimanan), jalannya hukum dan akhlaq, 
meliputi cakrawala yang luas, yaitu petunjuk untuk mengatur baik kehidupan 
nafsi-nafsi (individu), maupun kehidupan kolektif dengan substansi yang 
bervariasi seperti keimanan, ibadah ritual (spiritualisme), karakter 
perorangan, akhlaq individu dan kolektif, kebiasaan manusiawi, ibadah 
non-ritual seperti: hubungan keluarga, kehidupan sosial politik ekonomi, 
administrasi, teknologi serta pengelolaan lingkungan, hak dan kewajiban 
warga-negara, dan terakhir yang tak kurang pentingnya yaitu sistem hukum yang 
teridiri atas komponen-komponen: substansi aturan-aturan perdata-pidana, 
damai-perang, nasional-internasional, pranata subsistem peradilan dan apresiasi 
hukum serta rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat yang berakhlaq. Semua 
substansi yang disebutkan itu bahasannya ada dalam Serial Wahyu dan Akal - Iman 
dan Ilmu. Maksudnya Wahyu memayungi akal , dan Iman memayungi ilmu. 

one liner Seri 616
insya-Allah akan diposting hingga no.800 
no.terakhir 1014
*******************************************************************

BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM

WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
616. Apologi Tentang Lalat
 
Apologi adalah suatu sikap dan gairah  membela apa  yang  kita yakini dalam 
bentuk lisan  maupun  tulisan.  Seperti misalnya pada waktu Neil Armstrong  
menginjakkan kakinya di bulan, para apolog berlomba-lomba mangutip dan 
membacakan S. Ar Rahman 33:
Ya  ma'syara ljinni walinsi inistata'um an tanfudzuw min  aqtha-ri ssama-wa-ti 
wa l.ardhi fan fudzuw la tanfuzuwna illa- bi sultha-n. Hai para jin dan 
manusia, jika kamu sanggup menembus penjuru-penjuru langit dan bumi, maka 
tembuslah, namun kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan.
 
Sikap apologi itu wajar-wajar saja. Yang tidak wajar ialah apabila Nash (Al 
Quran dan Hadits Shahih) diletakkan di bawah perisiwa kemajuan ilmu 
pengetahuan. Mengemukakan S. Ar Rahman 33 tentang peristiwa Neil Armstrong 
mendarat di bulan dengan maksud untuk membela diri dari keterbelakangannya 
dalam bidang Iptek, bukankah itu berarti menempatkan Nash dibawah isu kemajuan 
Iptek? Belakangan ini di internet dan dalam tayangan TV dikatakan bahwa Neil 
Armstrong mendarat di bulan sebenarnya hanya "tipuan" alias rekayasa optik, 
alias tidaklah sesungguhnya terjadi. Yang ini bukan apologi, karena bukan ummat 
Islam yang bilang.  
 
Yang  bagaimanakah yang disebut sikap apologi yang wajar itu? Pertama adalah 
membela salah pengertian terhadap pemahaman Nash, baik yang datang dari 
kalangan ummat Islam sendiri, maupun utamanya yang berasal dari luar kalangan 
ummat Islam. Yang kedua, dalam pembelaan itu Nash tidak diletakkan di bawah isu 
apapun juga. Sebagai contoh suatu sikap apologi yang wajar, yaitu  meletakkan 
Al Quran di atas isu kemajuan Iptek, kitapun dapat juga mengemukakan S. Ar 
Rahman 33 yang telah dikutip di atas itu. Yaitu persyaratan yang dikemukakan 
dalam akhir ayat illa bi sulthan, persyaratan tentang kekuatan, persyaratan 
tentang energi, tegasnya persyaratan bahan bakar. Bahwa tema sentral 
permasalahan dalam mengarungi angkasa luar, maupun menembus ke dalam  bumi 
adalah krisis energi yang melanda peradaban ummat manusia sekarang ini. Maka 
tentu lebih baik jika persediaan bahan bakar yang sudah menipis itu dipakai 
saja untuk aktivitas di muka bumi ini. Dalam hal ini ilmu pengetahuan (baca: 
bahan bakar) dijadikan ilmu bantu dalam memahamkan Nash (baca: sultha-an = 
kekuatan).

***    
 
Jikalau lalat terjatuh pada salah satu tempat minumanmu, hendaklah 
ditenggelamkan seluruh badan lalat itu ke dalam tempat minum tersebut, kemudian 
buanglah (lalat itu) ke luar (HR Bukhari). Adapun Inventarisasi Hadits tentang 
lalat spb:
  
1.Hadits Riwayat Bukhari dalam kitab Bad'ul Khalq, diterima dari Khalid bin 
Makhlad dari Sulaiman bin Bilal dari 'Utbah bin Muslim dari 'Ubaid bin Hunain 
dari Abu Hurairah.
2.Hadits Riwayat Bukhari dalam Kitab Ath Thibb, diterima dari Qutaibah dari 
smail bin Ja'far, dari 'Utbah bin Muslim, dari 'Ubaid bin Muslim maulana Bani 
Zuraiq, dari Abi Hurairah.
3.Hadith Riwayat Abu Dawud dalam Kitab Al Ath'imah dari Ahmad bin Hanbal dari 
Basyar bin Al Mufadhdhlol, dari Ibnu Ajlan, dari Sa'id Al Maqburi dari Abu 
Hurairah.
4.Hadits Riwayat An Nasa'i dalam Kitab Al Farra' wal 'Atirah dari Amr bin 'Ali 
dari Yahya dari Ibnu Abi Dzi'bin, dari Sa'id bin Khalid dari Abi Salamah dari 
Abi Sa'id Al Khudri.
5.Hadits Riwayat Ibnu Majah dalam Kitab Ath Thibb, dari Abu Bakar bin Abu 
Syaibah dari Yazid bin Harun dari Ibnu Abi Dzi'bin dari Sa'id bin Khalid dari 
Abu Salamah dari Abu Sa'id.
6.Sanad lain dari Ibnu Majah dalam Kitab Ath Thibb untuk Suwaid bin Sa'id dari 
Muslim bin Khalid dari Utbah bin Muslim dari Abu Hurairah.
7.Hadits Riwayat Ad Darimy dalam Kitab Al Ath'imah dari Abdullah bin Maslamah 
dari Sulaiman bin Bilal dari Utbah bin Muslim dari 'Ubaid bin Hunain dari Abu 
Hurairah.
8.Sanad lain Riwayat Ad Darimy diterima dari Sulaiman bin Harb dari Hammad bin 
Salamah dari Tsumamah bin Abdullah bin Anas dari Abu Hurairah.
9.Hadits Riwayat Imam Ahmad. 

Berdasarkan Hadits tersebut, Ulama Islam membolehkan meminum air itu dengan 
syarat lalat yang jatuh harus dibenamkan lebih dahulu. Sedangkan para dokter 
menolaknya, mengharuskan agar air itu dibuang saja. Bagi orang yang kelebihan 
air hal itu mudah saja membuangnya, tetapi bagi yang kesulitan air, tentu itu 
tidak mudah. Di sisi yang lain, hal ini juga menjadi isu menarik bagi para 
oirentalis untuk mengolok-olok ajaran Islam tentang Hadits mengenai lalat ini, 
sehingga perlu "Apologi Tentang Lalat" seperti judul di atas. Yaitu apologi 
yang wajar dengan meletakkan isu ilmu pengetahuan di bawah Nash, menjadikan 
sains sebagai ilmu bantu.

***

Agak terlambat bagi ummat Islam untuk mau bersungguh-sungguh menyelidiki dan 
menggali kebenaran ajaran Islam yang bersinggungan dengan bidang kesehatan 
dalam konteks lalat ini. Perihal lalat dipelajari oleh Prof. Brefild tahun 
1871. Ilmuwan Jerman dari Universitas Hall ini menemukan bahwa dalam badan 
lalat terdapat mikrab-mikrab sejenis Fitriat yang diberi nama Ambaza Mouski(*) 
dari golongan Antomofterali. Mikrab-mikrab ini hidup di bawah tingkat zat 
minyak dalam   perut lalat. Bentuknya bundar yang kemudian memanjang dan keluar 
dari lingkungan perut melalui lubang pernapasan.
 
Ambaza Mouski ini berkumpul dalam cel-cel sehingga membentuk kekuatan yang amat 
besar. Akibatnya cel-cel itu pecah dan keluarlah cythoplasma yang bisa membunuh 
kuman-kuman penyakit. Cel-cel tersebut terdapat di sekitar bagian ke tiga dari 
tubuh lalat, yaitu pada bagian perut dan punggungnya. Kedua bagian badan ini 
tidak pernah mengenai dasar tempat lalat mendarat atau benda apapun saat 
terbang karena selalu dijaganya.
 
Tahun 1947, Ernestein dari Inggris juga menyelidiki fitriat pada lalat ini. 
Hasil penyelidikannya menyimpulkan bahwa fitriat tersebut dapat memusnahkan 
bermacam bakteri diantaranya bakteri penyebab darah menjadi seperti "grume", 
kuman disentri dan typhoid. Pada tahun yang sama, Dr. Muftisch juga meneliti 
soalan ini dan menyimpulkan bahwa satu cel mikrab ini dapat memelihara lebih 
dari 1000 liter susu dari bakteri Thyphoid, disentri dan lainnya.
 
Tahun 1950, Roleos dari Switzerland menemukan pula mikrab-mikrab ini dan 
memberi nama Javasin. Para peneliti lain yaitu Prof. Kock, Famer (Inggris), 
Rose, Etlengger (German) dan  Blatner (Switzerland) melakukan penyelidikan dan 
berkesimpulan sama tentang mikrab pada lalat sekaligus membuktikan bahwa 
berbagai macam penyakit dan bakteri pada lalat hanya terdapat pada ujung kaki 
lalat saja dan bukan pada seluruh badannya.
 
Kembali tentang mikrab yang bisa membunuh kuman itu ternyata tidak bisa keluar 
dari tubuh lalat kecuali setelah disentuh oleh benda cair. Cairan ini bisa 
menambah tekanan pada cel-cel yang mengandung mikrab penolak kuman sehingga 
menjadi pecah dan memercikkan mikrab-mikrab istimewa ini. Maka adalah logis 
bila ingin mengeluarkan mikrab-mikrab penolak kuman dari badan lalat, haruslah 
membasahi badannya yang berarti menyelupkan lalat yang jatuh tersebut sebelum 
membuangnya dan dapat meminum air bekas 'lalat berenang' itu tanpa perlu ragu 
lagi. WaLlahu a'lamu bisshawab.
--------------
(*)
"musca domestica" (lalat rumah) 
Ambaza Mouski
AMBZ MSK
Alif-Mim-Ba-Zay Mim-Sin-Kef
, 
A(NT) MKRB Z(Rt) MSK 
[Alif-(Nun-Ta)]   [Mim-Kef-Ra-Ba]  [Zay-(Ra-ta barbutah)]  [Mim-Sin-Kef]
anti mikroba zarrah mouski
Alif-Mim-Kef-Ra-Ba-Zay  Mim-Sin-Kef
ANTi MiRoBa Za MouSKi 
A(nti) m(ikro)baza mouski  
Kayaknya
ambaza mouski  => anti mikroba zarrah muska
anti mikroba berupa zarrah dalam lalat rumah

Kirim email ke