Teman Tapi Mesra     
STUDIA Edisi 268/Tahun ke-6 (21 Nopember 2005) 
  
Kayaknya kamu sering dengerin deh lagunya Ratu yang berjudul Teman Tapi
Mesra. Seperti ini sebagian liriknya: “Cukuplah saja berteman denganku/
janganlah kau meminta lebih/ ku tak mungkin mencintaimu/ kita berteman saja/
teman tapi mesra…”

Ehm, punya teman tuh emang asyik. Selain ada orang yang bisa diajak ngobrol
dan saling membantu di kala saling membutuhkan, teman juga bisa menjadi
tempat muara emosi kita. Ngobrol biasa mungkin sering. Tapi ngobrol yang
lebih dalam, rasanya agak jarang dilakukan dengan seseorang yang sekadar
teman biasa. Kita agak canggung. Itu sebabnya, kehadiran seorang sahabat
karib yang bisa menjadi tempat muara emosi kita, sangat diharapkan.

Teman sejenis pun, cowok dengan cowok maupun cewek dengan cewek, sebenarnya
bisa juga sangat akrab. Itu kalo di antara kita udah terjalin sikap saling
percaya, saling memahami, dan saling menghargai. Mungkin bisa saja yang
seperti ini dibilang mesra. Karena dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia arti
kata mesra adalah lekat dan sangat erat.

Sobat muda muslim, cuma masalahnya, gimana kalo teman tapi mesra itu adalah
antar lawan jenis. Wow, ini dia yang kudu jadi perhatian dan bikin kita
jaga-jaga biar nggak kebablasan. Gimana pun juga, hubungan pria dan wanita
pasti nimbulin perasaan-perasaan yang ‘lain’. Perasaan suka, sayang, cinta,
termasuk cemburu kalo sang teman tapi mesra itu deket ama yang lain. Karena
apa? Karena masing-masing merasa ingin memiliki lebih dari sekadar teman.
Tul nggak? Seperti syair di awal lagu dari duo Ratu ini: “Aku punya teman/
teman sepermainan/ kemana pun dia pergi selalu ada aku/ dia manis dan juga
baik hati/ tapi aku bingung ketika dia bilang cinta…”

Inilah unik dan menariknya hubungan antar manusia. Dan harus diakui bahwa
manusia tuh makhluk sosial, sehingga ia merasa kesepian kalo nggak ada
teman. Padahal manusia bukan hanya terdiri dari sejenis. Itu sebabnya, dalam
beberapa kondisi, komunikasi dengan lawan jenis untuk berbagai keperluan
dalam melakukan kegiatan sehari-hari nyaris nggak bisa dihindari. Mungkin
kita biasa bergaul dalam komunitas sejenis, tapi dalam beberapa kondisi
kadang kita harus merambah ke luar komunitas kita, maka kita akan
berhubungan dengan banyak pihak, termasuk dalam hal ini dengan lawan jenis.

Sebagai teman akrab atau sebagai sahabat, berteman dengan lawan jenis besar
kemungkinan akan menjadi ajang curhat dan saling berbagi cerita mesra.
Apalagi teman tapi mesra ini sangat mungkin hubungannya akan ditingkatkan
menjadi ‘kekasih’. Bila itu yang terjadi, maka ketika kita curhat dengannya,
kita jadi nggak ngerasa sedang ngobrol dengan teman biasa. Tapi dengan
seorang kekasih hati, meski baru anggapan sepihak saja dari kita.

Dengan kenyataan seperti ini, cerita dan curhat kita akan semakin terasa
bermakna. Pandangan dan pendapatnya yang disampaikan kepada kita sering
membuat kita bertenaga. Hidup rasanya dapat tambahan darah segar. Nafas baru
dan semangat menggelora. Rasa-rasanya dunia adalah milik kita, yang sedang
dimabuk cinta dan dibakar api asmara (meski baru kita sendiri yang
merasakannya alias geer—entah dirinya. Mungkin malah sebel). Kita jadi
ngedadak ‘lupa diri’, dan kita menjadikan orang yang kita cintai sebagai
dewi or pangeran pujaan hati. Kita bersedia berkorban dan menjadi bagian
dari hidupnya. Sehari saja tak jumpa dan komunikasi, rasanya hati kita jadi
dingin dan beku. Tapi, ketika rindu itu terpuaskan, dinding es yang kokoh
menyelimuti hati kita pun perlahan mencair (suit..suit.. swiiw!)

Dari temen jadi demen
Pernah nonton sinetron “Dari Temen Jadi Demen” di sebuah stasiun televisi
swasta? Yup, sinetron ini bercerita tentang kisah-kasih sepasang anak
manusia. Benar kata pepatah jawa: “Witing tresno jalaran soko kulino”,
bahasa nasionalnya: “Munculnya cinta, karena seringnya bertemu”. Hati-hati
buat kamu yang sering ketemu dengan lawan jenisnya. Kalo berteman kan sering
bertemu lho. Dan, bisa-bisa ‘pepatah’ ini ada benarnya. Singkat kata, kamu
jadi demen sama temen kamu. Huhuy!

Sobat muda muslim, gambaran di sinetron yang dibintangi oleh Jonathan Frizzi
dan Wulan Guritno ini bisa jadi muncul dalam kisah nyata. Ya, kisah-kasih di
antara kita. Bahkan sangat boleh jadi lho kalo cerita itu justru
terinspirasi dari kejadian nyata. Tul nggak?

Saya pernah punya kawan yang mengalami kejadian begini. Doi bilang bahwa
berteman itu memang mengasyikan, apalagi dengan lawan jenis. Untuk ukuran
sesama jenis aja, berteman efektif untuk menumbuhkan kebersamaan, memupuk
kasih sayang, bahkan kita saling mencintai. Tengok aja orang yang udah
lengket sohiban. Kamu pastinya ngiri deh ngelihat di sekolahmu ada dua orang
teman yang lengket bak perangko. Kemana-mana nyaris bareng. Mirip kisah
Ujang dan Aceng yang pernah muncul di televisi dulu. Sohiban Ujang dan Aceng
ini kebawa sampe mereka dewasa. Bener lho. Asyik banget kan punya teman yang
seide dan seperasaan. Itu sebabnya, banyak orang yang kepengen banget punya
teman sehidup-semati. Bahkan, teman ibarat cermin buat kita. 

Eh, tapi berteman pun bisa berpotensi bikin kita berabe. Kok bisa sih? Iya,
kalo berteman sejenis dengan akrab, ati-ati aja jangan sampe kecemplung jadi
homoseks. Terus kalo kita berteman dengan lawan jenis, juga kudu taat
syariat Islam. Waspada ya.

Nah, khusus ketika berteman dengan lawan jenis, karena selain menumbuhkan
rasa kebersamaan, juga efektif memunculkan rasa simpati, selanjutnya empati,
berikutnya mulai tumbuh benih-benih cinta di hati. Akhirnya, jatuh hati.
Huhuy! Itu namanya bukan lagi temenan, tapi malah demenan. Malah pas lagi
sakit pun kita bisa lupa diri kalo ada kekasih di samping kita. Jadinya,
kata Wong Cerbon (orang Cirebon) DBD deh, Demam Bari Demenan (baca: demam
sambil pacaran) 

Sobat muda muslim, seperti kata pepatah lama, “Banyak jalan menuju Roma”,
maka sekarang kita ‘plesetkan’ jadi “banyak jalan menuju cinta”. Berteman,
salah satu jalannya. Yup, karena cinta itu ibarat jelangkung; datang nggak
dijemput, pulang nggak dianter. Diusir pun susyeh! (backsound: ehm.. bener
nih?)

Jaga jarak aman
Berteman, bisa juga lho jadi jembatan menuju cinta. Jangan heran, sebab
frekuensi bertemu dan berhubungan jadi sering banget. Sekadar basa-basi
ngobrolin pelajaran sekolah, sampe janjian untuk nomat alias nonton hemat di
bioskop. Kalo udah gitu, jadi bias deh definisi teman kalo dengan lawan
jenis. Berteman apa pacaran? Berteman apa demenan? Nah lho.

Sobat muda muslim, memang nggak kerasa sih kalo kita udah merasa deket
banget dengan teman lawan jenis kita. Tahu-tahu… eh, lengket bak perangko.
Pokoknya, kalo kita udah biasa main bareng, makan bareng, dan ke sekolah pun
bareng dengan teman lawan jenis, itu artinya alarm tanda bahaya udah
berbunyi. Beware! Kamu bisa berabe.
Why? Yup, karena sangat boleh jadi kondisi ini bikin kamu ketagihan untuk
terus berduaan dan konek terus dengan si doi. Nggak heran kan kalo kamu
akhirnya bisa tidur bareng dengan lawan jenis kamu. Upss.. Amit-amit, jangan
sampe deh!

Mungkin, di antara kamu juga ada yang interupsi van protes kalo temenen
nggak identik dengan pacaran, dan tentunya nggak gitu-gitu amat sampe kudu
tidur bareng.

Oke, kalo kamu punya argumentasi begitu. Tapi, apa ada yang ngejamin kalo
udah berduaan bakalan aman dari perbuatan ini dan itu yang lebih ‘syerem’?
Apa kamu dan temanmu berani jamin bisa tahan godaan kalo udah berduaan
begitu? Jangan-jangan, susyeh tuh ngebedain mana sayang, suka, simpati,
empati dengan nafsu liar. Lagian, banyak juga kok faktanya yang ‘begituan’
justru karena udah saling mengenal. Hati-hati menggunakannya, eh,
melakukannya. Gejlig!
Yup, seperti pernyataan dalam Hukum Coloumb yang membahas gaya elektrostatis
(tarik menarik), hubungan cowok-cewek berpotensi untuk saling tertarik satu
sama lain yang dibumbui perasaan cinta. Soalnya cowok ama cewek berbeda
‘muatan’, pasti saling tertarik. Karena bunyi Hukum Coloumb sendiri bahwa
gaya tarik menarik antara dua buah benda (F) yang berlainan muatan (q1 dan
q2) sebanding dengan konstanta (k) dan berbanding terbalik dengan kuadrat
jarak keduanya (r). Semakin besar muatan kedua benda serta semakin pendek
jaraknya, semakin besar pula gaya tarik menarik yang ditimbulkannya. Nah
lho, kudu ekstra ati-ati deh.

Ketertarikan pria terhadap wanita atau sebaliknya dipengaruhi oleh
“muatannya” (q), yaitu akumulasi dari faktor pendorong (q1) dan penarik
(q2). Faktor pendorong berasal dari diri sendiri seperti rasa kagum, rasa
suka, kesengsem, keblinger, kesepian, atau mungkin nafsu yang mengebu-gebu.
Sedangkan faktor penarik berasal dari lawan jenis seperti rupa, harta,
sikap, keturunan, kecerdasan dan sebagainya. Jika kedua faktor tesebut
nilainya sama-sama besar, maka sudah pasti saling ketertarikan antara pria
dan wanita akan bertambah besar pula.

Dalam kondisi sadar dan berada di bawah naungan rambu-rambu agama,
hubungan-hubungan ini dapat melahirkan pertautan dua hati yang mengarah ke
pernikahan. Ini tentu akan lebih utama lagi bila faktor pendorong
semata-mata karena lillahi ta’ala dan faktor penarik berupa akhlak yang
mulia atau ketaatan beribadah. Namun celakanya, dan tampaknya ini yang
semakin merajalela, bahwa di luar kendali fenomena tarik-menarik antara pria
dan wanita ini bisa pula mendorong timbulnya perzinahan seperti terjadinya
penyelewengan, perselingkuhan, perkosaan, pelacuran, pelecehan seksual, dan
bahkan seks bebas. (O. Solihin, Asmara Aktivis Dakwah, hlm. 29-32, mengutip
penjelasan di www.isnet.org)

Jadi teman biasa aja 
Berteman itu mubah alias boleh-boleh saja. Toh memang itu adalah bagian dari
dinamika kehidupan kita sehari-hari. Kita akan bertemu dan berhubngan dengan
lawan jenis. Di sekitar rumah, di sekolah, di tempat pengajian, di tempat
kuliah, juga di tempat kerja. Semua akan kita temui. Hanya saja, kita kudu
membedakan jenis dari masing-masing hubungan tersebut.

Kalo kamu gabung dengan organisasi remaja masjid, itu artinya kamu berteman
dengan semua kalangan; laki-perempuan di organisasi itu. Tentunya, itu
adalah teman kamu dalam pengajian. Di tempat kuliah or sekolah dan di kantor
juga silakan berteman dengan lawan jenis. Asal… jaga jarak aman, dan
tentunya nggak ‘spesial’. Cukup teman biasa. Kita berhubungan dan bergaul
sebatas keperluan di masing-masing kondisi tersebut. 

Sangat ditekankan untuk tidak saling curhat masalah pribadi. Berbahaya euy!
Memang, cinta akan tumbuh saat masing-masing dari pelakunya membuka diri
(apalagi kalo sampe membuka aurat—itu sih cinta berbalut nafsu liar). Jangan
ada hubungan spesial kalo kamu nggak berniat untuk menikah. Meski tujuannya
untuk menikah sekalipun, tetep aja ada aturan mainnya. Nggak liar. Apalagi
sekadar berteman.

Nah, karena Allah Ta’ala tahu betul dengan karakter manusia (jelas dong,
karena Allah adalah al-Khalik), maka ada aturan mainnya tuh hubungan di
antara kedua makhluk ini. Allah Swt. telah mengajarkan kepada kita melalui
firmanNya (yang artinya): “Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah
mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah
mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya.
Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, (QS an-Nûr [24]:
31)

Dalam ayat lain Allah Swt. Berfirman (yang artinya): “Katakanlah kepada
orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (QS an-Nûr
[24]: 30)

Dengan begitu, kita kudu mampu untuk menjaga dan mempertahankan aturan main
itu sebagai tameng dalam berteman dengan lawan jenis. Sebab, banyak juga di
antara teman remaja yang ngakunya berteman, eh, buktinya malah pacaran.
Bilangnya temenan, eh, malah demenan. Ngakunya teman, eh teman tapi mesra.
Kata Bang Napi: Waspadalah! [solihin: [EMAIL PROTECTED]

http://dudung.net/index.php?naon=depan&action=detail&id=808&cat=4
http://buletinstudia.multiply.com/journal/item/12





Yathie 
(hidup ini hanya sekali, maka janganlah disia-siakan. Mari kita kembali kepada 
niat yang baik InsyaAlloh akan mendapatkan yang baik pula.....Amien)

                
---------------------------------
 Yahoo! FareChase - Search multiple travel sites in one click.  

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/TXWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke