-->           Buat 
aktivis kampus keren juga nih tulisan.....
  -----------------------------------------
  Artikel Islami (ari dudung.net)
   
    09 Desember 2005 - 17:09     Ikhwan GANTENG, Partner Sejati Akhwat?     
Oleh : Ayat Al Akrash           Alangkah indahnya Islam. Kedudukan manusia 
dinilai dari ketaqwaannya, bukan dari gendernya. Ini adalah strata terbuka 
sehingga siapa saja berpeluang untuk memasuki strata taqwa.
  Ikhwan dan akhwat adalah dua makhluk Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berbeda. 
Ikhwan, sebagaimana ia, memang diciptakan lebih dominan rasionalitasnya karena 
ia adalah pemimpin bagi kaum hawa. Akhwat, sebagaimana ia, memang diciptakan 
lebih dominan sensitivitas perasaannya karena ia akan menjadi ibu dari 
anak-anaknya.
  “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) 
menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh kepada yang ma’ruf 
dan mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka 
taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; 
sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. 9: 71)
  Di lapangan, ikhwan dan akhwat harus menjaga hijab satu sama lain, namun 
tentu bukan berarti harus memutuskan hubungan, karena dalam da’wah, ikhwan dan 
akhwat adalah seperti satu bangunan yang kokoh, yang sebagian mereka menjadi 
penolong bagi sebagian yang lain.
  Belakangan ini menjadi sebuah fenomena baru di berbagai LDK kampus tentang 
sedikit ‘konfrontasi’ ikhwan dengan akhwat. Tepatnya, tentang kurang cepat 
tanggapnya da’wah para ikhwan yang notabene adalah partner da’wah dari akhwat.
  Patut menjadi catatan, mengapa ADK akhwat selalu lebih banyak dari ADK 
ikhwan. Walau belum ada penelitian, tetapi bila melihat data kader, pun data 
massa dimana jumlah akhwat selalu dua sampai tiga kali lipat lebih banyak 
dibandingkan ikhwan, maka dapat diindikasikan bahwa ghirah, militansi dan 
keagresifan berda’wah akhwat, lebih unggul. Meski memang hidayah itu dari Allah 
Subhanahu wa Ta’ala, namun tentu kita tak dapat mengabaikan proses ikhtiar.
  Akhwat Militan, Perkasa dan Mandiri? Sejak kapankah adanya istilah Akhwat 
militan, perkasa dan mandiri ini? Berdasarkan dialog-dialog yang penulis telaah 
di lapangan, dan di beberapa LDK, ternyata hampir semua akhwat memiliki 
permasalahan yang sama, yaitu tentang kurang cepat tanggapnya ikhwan dalam 
menghadapi tribulasi da’wah. Bahkan ada sebuah rohis yang memang secara turun 
temurun, kader-kader akhwatnya terbiasa mandiri dan militan. Mengapa? Karena 
sebagian besar ikhwan dianggap kurang bisa diandalkan. Dan ada pula sebuah 
masjid kampus di Indonesia yang hampir semua agenda da’wahnya digerakkan oleh 
para akhwat. Entah hilang kemanakah para ikhwan.
  Akibat seringnya menghadapi ikhwan semacam ini, yang mungkin karena sangat 
gemasnya, penulis pernah mendengar doa seorang akhwat, “Ya Allah…, semoga nanti 
kalau punya suami, jangan yang seperti itu… (tidak cepat tanggap–red),” ujarnya 
sedih. Nah!
  Ikhwan GANTENG 
Lantas bagaimanakah seharusnya ikhwan selaku partner da’wah akhwat? Setidaknya 
ada tujuh point yang patut kita jadikan catatan dan tanamkan dalam kaderisasi 
pembinaan ADK, yaitu GANTENG (Gesit, Atensi, No reason, Tanggap, Empati, 
Nahkoda, Gentle). Beberapa kisah tentang ikhwan yang tidak GANTENG, akan 
dipaparkan pula di bawah ini.
  (G) Gesit dalam da’wah 
Da’wah selalu berubah dan membutuhkan kegesitan atau gerak cepat dari para 
aktivisnya. Ada sebuah kisah tentang poin ini. Dua orang akhwat menyampaikan 
pesan kepada si fulan agar memanggil ikhwan B dari masjid untuk rapat mendesak. 
Sudah bisa ditebak…, tunggu punya tunggu…, ikhwan B tak kunjung keluar dari 
masjid. Para akhwat menjadi gemas dan menyampaikan pesan lagi agar si fulan 
memanggil ikhwan C saja. Mengapa? Karena ikhwan C ini memang dikenal gesit 
dalam berda’wah. Benar saja, tak sampai 30 detik, ikhwan C segera keluar dari 
masjid dan menemui para akhwat. Mobilitas yang tinggi.
  (A) Atensi pada jundi 
Perhatian di sini adalah perhatian ukhuwah secara umum. Contoh kisah bahwa 
ikhwan kurang dalam atensi adalah ketika ada rombongan ikhwan dan akhwat sedang 
melakukan perjalanan bersama dengan berjalan kaki. Para ikhwan berjalan di 
depan dengan tanpa melihat keadaan akhwat sedikitpun, hingga mereka menghilang 
di tikungan jalan. Para akhwat kelimpungan.., nih ikhwan pada kemana? “Duh.., 
ikhwan ngga’ liat-liat ke belakang apa ya?” Ternyata para ikhwan berjalan jauh 
di depan, meninggalkan para akhwat yang sudah kelelahan.
  (N) No reason, demi menolong 
Kerap kali, para akhwat meminta bantuan ikhwan karena ada hal-hal yang tidak 
bisa dilakukan oleh akhwat. Tidak banyak beralasan dalam menolong adalah poin 
ketiga yang harus dimiliki oleh aktivis. Contoh kisah kurangnya sifat menolong 
adalah saat ada acara buka puasa bersama anak yatim. Panitia sibuk 
mempersiapkannya. Untuk divisi akhwat, membantu antar departemen dan antar sie 
adalah hal yang sudah seharusnya dilakukan. Para akhwat ini kemudian meminta 
tolong seorang ikhwan untuk memasang spanduk. “Afwan ya…, amanah ane di panitia 
kan cuma mindahin karpet ini…,” jawab sang ikhwan sambil berlalu begitu saja 
karena menganggap tugas itu bukanlah amanahnya.
  (T) Tanggap dengan masalah 
Permasalahan da’wah di lapangan semakin kompleks, sehingga membutuhkan aktivis 
yang tanggap dan bisa membaca situasi. Sebuah kisah, adanya muslimah yang akan 
murtad akibat kristenisasi di sebuah kampus. Aktivis akhwat yang mengetahui hal 
ini, menceritakannya pada seorang ikhwan yang ternyata adalah qiyadahnya. Sang 
ikhwan ini dengan tanggap segera merespon dan menghubungi ikhwan yang lainnya 
untuk melakukan tindakan pencegahan pemurtadan.
  Kisah di atas, tentu contoh ikhwan yang tanggap. Lain halnya dengan kisah 
ini. Di sebuah perjalanan, para akhwat memiliki hajat untuk mengunjungi sebuah 
lokasi. Mereka kemudian menyampaikannya kepada ikhwan yang notabene adalah sang 
qiyadah. Sambil mengangguk-angguk, sang ikhwan menjawab, “Mmmm….” “Lho… terus 
gimana? Kok cuma “mmmmm”…” tanya para akhwat bingung. Sama sekali tidak ada 
reaksi dari sang ikhwan. “Aduh… gimana sih….” Para akhwat menjadi senewen.
  (E) Empati 
Merasakan apa yang dirasakan oleh jundi. Kegelisahan para akhwat ini seringkali 
tercermin dari wajah, dan lebih jelas lagi adalah dari kata-kata. Maka 
sebaiknya para ikhwan ini mampu menangkap kegelisahan jundi-jundinya dan segera 
memberikan solusi.
  Contoh kisah tentang kurang empatinya ikhwan adalah dalam sebuah perjalanan 
luar kota dengan menaiki bis. Saat telah tiba di tempat, ikhwan-akhwat yang 
berjumlah lima belas orang ini segera turun dari bis. Dan bis itu melaju 
kembali. Para akhwat sesaat saling berpandangan karena baru menyadari bahwa 
mereka kekurangan satu personel akhwat, alias, tertinggal di bis! Sontak saja 
para akhwat ini dengan panik, berlari dan mengejar bis. Tetapi tidak demikian 
halnya dengan ikhwan, mereka hanya berdiri di tempat dan dengan tenang berkata, 
“Nanti juga balik lagi akhwatnya.”
  (N) Nahkoda yang handal 
Laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita. Ia adalah nahkoda kapal. Lantas 
bagaimanakah bila sang nahkoda tak bergerak? Alkisah, tentang baru terbentuknya 
kepengurusan rohis. Tunggu punya tunggu…, hari berganti hari, minggu berganti 
minggu, ternyata para ikhwan yang notanebe adalah para ketua departemen, tak 
kunjung menghubungi akhwat. Akhirnya, karena sudah “gatal” ingin segera gerak 
cepat beraksi dalam da’wah, para akhwat berinisiatif untuk “menggedor” ikhwan, 
menghubungi dan menanyakan kapan akan diadakan rapat rutin koordinasi.
  (G) Gentle 
Bersikap jantan atau gentle, sudah seharusnya dimiliki oleh kaum Adam, apatah 
lagi aktivis. Tentu sebagai Jundullah (Tentara Allah) keberaniannya adalah di 
atas rata-rata manusia pada umumnya. Namun tidak tercermin demikian pada kisah 
ini. Sebuah kisah perjalanan rihlah. Rombongan ikhwan dan akhwat ada dalam satu 
bis. Ikhwan di depan dan akhwat di belakang. Beberapa akhwat sudah setengah 
mengantuk dalam perjalanan. Tiba-tiba bis berhenti dan mengeluarkan asap. Para 
ikhwan segera berhamburan keluar dari bis. Tinggallah para akhwat di dalam bis 
yang kelimpungan. “Ada apa nih?” tanya para akhwat. Saat para akhwat menyadari 
adanya asap, barulah mereka ikut berhamburan keluar. “Kok ikhwan ninggalin gitu 
aja…” ujar seorang akhwat dengan kecewa.
  Penutup 
Fenomena ketidak-GANTENG-an ikhwan ini, akan dapat berpengaruh pada kinerja 
da’wah. Ikhwan dan akhwat adalah partner da’wah yang senantiasa harus saling 
berkoordinasi. Masing-masing ikhwan dan akhwat memang mempunyai kesibukannya 
sendiri, namun ikhwan dilebihkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu sebagai 
pemimpin. Sehingga wajar saja bila yang dipimpin terkadang mengandalkan dan 
mengharapkan sang qawwam ini bisa jauh lebih gesit dalam berda’wah (G), 
perhatian kepada jundinya (A), tidak banyak alasan dalam menolong (N), tanggap 
dalam masalah (T), empati pada jundi (E), menjadi nahkoda yang handal (N) dan 
mampu memberikan perlindungan (G). Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Kaum 
laki-laki adalah pemimpin (qawwam) bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah 
melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita)..." 
(QS. An-Nisa':34).
  Kita harapkan, semoga semakin banyak lagi ikhwan-ikhwan GANTENG yang menjadi 
qiyadah sekaligus partner akhwat. Senantiasa berkoordinasi. Ukhuwah di dunia, 
dan di akhirat. Amiin. []
  PS : Ayo kita budidayakan (memangnya ternak???) ikhwan GANTENG ini. Dan pada 
pembahasan selanjutnya, dapat dikupas tentang akhwat CANTIK. Nah, untuk ini, 
biarkan ikhwan yang menulis ^ _ ^
  ------ 
hudzaifah.org 



http://nuraulia.multiply.com/

                        
---------------------------------
Yahoo! Shopping
 Find Great Deals on Holiday Gifts at Yahoo! Shopping 

[Non-text portions of this message have been removed]





------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/TXWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Reply via email to