> INDAHNYA KESABARAN
>
II.Kiat Bersabar dari Kemaksiatan
Bersabar dari kemaksiatan dan perbuatan buruk akan tercapai dengan beberapa sarana, diantaranya adalah:

1. Paham dan sadar akan keburukan dan kerendahan perbuatan maksiat tersebut
Sesungguhnya Allah SWT mengharamkan dan melarang perbuatan maksiat adalah demi menjaga para hamba-Nya agar tidak terjerembab dalam kerendahan dan kehinaan. Sebagaimana seorang bapak yang menjaga anak yang dicintainya dari hal-hal yang membahayakannya. Faktor ini menjadikan seorang yang berakal akan meninggalkan perbuatan tersebut meskit belum disebutkan ancaman adzabnya.

2. Malu kepada Allah
Seorang hamba jika sadar akan pengawasan Allah kepada dirinya dan mengetahui kedudukan-Nya, bahwa Allah akan selalu melihat segala perbuatannya dan mendengar segala perkataannya, maka ia akan malu kepada Rabbnya kalau samapi melakukan hal-hal yang dimurkai-Nya.

3. Mengingat nikmat yang telah diberikan kepadanya dan kebaikan Allah atas dirinya
Sesungguhnya perbuatan dosa itu akan menghilangkan nikmat secara pasti. Sehingga ketika seseorang melakukan satu perbuatan dosa, akan hilanglah satu nikmat karena dosa tersebut. Jika ia bertaubat, maka nikmat tersebut akan kembali. Jika ia terus menerus bergelimang dalam dosanya, maka nikmat tersebut tidak akan kembali. Selama dosa tetap dilakukan, selama itu juga nikmat akan hilang dari dirinya. Sehingga seluruh nikmat akan habis terkikis. Sebagaimana firman Allah SWT: " Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka sendiri merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri ". ( QS. Ar Rad(13):11 )

" Yang demikian ( siksaan ) itu dalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah suatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum, pada diri mereka sendiri dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". ( QS. AL Anfal(8):53 )

Nikmat yang paling besar adalah keimanan, sedangkan dosa zina, mencuri,meminum khamr, dan merampok akan menghapus dan menghilangkan beberapa kenikmatan.

Salah seorang salaf berkata: " Karena satu dosa yang aku perbuat , aku terhalang untuk qiyamul lail selama satu tahun ". Sementara seorang salaf yang alin berkata: " Satu dosa yang aku perbuat, menghalangiku untuk memahami Al Qur'an". Sebagaimana pula ungkapan sebuah syair:
Jika engkau mendapat nikmat, jagalah ia
Karena maksiat dapat melenyapkannya

Dengan demikian jelaslah bahwa kemaksiatan itu adalah api yang membakar kenikmatan, ia akan memakan kenikmatan sebagaimana api memakan kayu bakar. Kita berlindung kepada Allah dari hilangnya nikmat yang telah diberikan kepada kita, dari terhalangnya kita untuk mendapatkan keberkahan dari-Nya, dan dari adzab yang datangnya tiba-tiba, serta dari seluruh kemurkaan-Nya.

4.Takut kepada Allah dan Adzab-Nya
Hal ini bisa dicapai dengan keyakinan yang mantap akan janji dan ancaman-Nya, keimanan terhadap-Nya, Kitab-Nya dan Rasul-Nya. Hal ini akan menguat seiring dengan adanya ilmu dan keyakinan, dan akan melemah seiring dengan lemahnya kedua hal tersebut, Allah SWT berfirman: " Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama ". ( QS. Fathir(35):28 )

5. Cinta kepada Allah
Ini adalah sarana yang paling kuat untuk mencapai kesabaran dalam meninggalkan maksiat dan menyelisihinya. Karena seorang yang mencintai kekasihnya, otomatis akan taat kepadanya.

6. Kemuliaan jiwa, kesucian, keutamaanya dan terlindungi dirinya dari noda
Semua itu adalah faktor yang bisa menurunkan tensi kemaksiatan, menghinakan kedudukan dan meremehkannya, serta menyamakannya dengan perkara-perkara yang remeh dan hina.

7. Mengetahui dengan benar akibar dari perbuatan maksiat tersebut, tentang dampak buruknya dan bahaya yang timbul karenanya
Diantara dampak buruk tersebut adalah: hitamnya wajah, gelapnya hati, sempit,sesak, sedih, dan sakit, serta goncangan yang hebat, mencabik-cabik kesatuannya, dan merasa lemah dihadapan musuh. Karena dosa-dosa itu akan mematikan hati. Seorang hamba jika melakukan satu perbuatan dosa maka akan dicampakkan dalam hatinya satu bercak hitam, jika ia bertaubat makan akan bersih kembali. Jika ia berbuat dosa yang lain maka akan dicampakkan noda hitam yang lain, noda tersebut akan bertambah hingga menutupi hatinya. Itulah Ar-Raan ( yang menutupi hati ), sebagaimana firman Allah SWT:" Sekali-kali tidak ( demikian ), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu telah menutup hati mereka ". ( QS. Muthafifin:14 )

Sebenarnya dampak yang karena perbuatan maksiat jauh lebih banyak dari yang diketahui oleh seorang hamba, begitu juga dampak dari perbuatan baik dan ketaatan jauh lebih banyak dari sekedar yang sudah diketahui hamba. Kebaikan dunia dan akhirat jauh lebih baik bagi orang-orang yang taat kepada Allah SWT, sedangkan keburukan dunia dan akhirat adalah balasan yang setimpal pula bagi orang-orang yang bermaksiat kepada-Nya.

8. Pendek angan dan mengetahui akan cepatnya perpindahan
Dia laksanan musafir yang memasuki sebuah desa dan bertekad untuk keluar darinya atau seperti pengendara yang singgah dibawah naungan sebuah pohon, kemudian berjalan melanjutkan perjalanannya. Karena pengetahuannya tentang singkatnya waktu berteduh dan cepatnya perpindahan, ia menjadi begitu bersemangat untuk meninggalkan beban yang memberatkan dan hal-hal yang memberikan kemadharatan serta tidak memberikan kemanfaatan bagi dirinya. Ia begitu bersemangat untuk berpindah ke tempat yang lebih baik yang hendak dia datangi.Maka tidak ada hal yang lebih bermanfaat bagi hamba selain pendeknya angan-angan dan tidak ada hal yang lebih merugikan baginya selain menunda-nunda suatu pekerjaan dan panjang angan.

9. Menjauhkan diri dari melampaui batas dalam makan, minum, berpakaian, tidur dan bergaul dengan manusia
Karena faktor utama yang mendorong manusia untuk berbuat maksiat adalah berlebih-lebihan dalam masalah ini. Kesemuanya itu jika diburu akan menyesatkan sehingga mempersempit perkara yang mubah kemudian membelokkannya kepada hal-hal yang haram. Perkara yang paling besar kemadharatannya bagi hamba adalah waktu luang dan  menganggur. Karena jiwa itu pada dasarnya tidak mau diam menganggur. Ketika jiwa tiak sibuk dengan perkara-perkara yang bermanfaat baginya pasti ia akan disibukkan dengan hal-hal yang merugikannya.

10. Kumpulan dari semua sebab-sebab ini adalah tegaknya pohon keimanan di dalam hati
Sehingga seorang hamba bisa bersabar untuk meninggalkan maksiat hanya dikarenakan oleh kuatnya iman. Semakin kuat imannya niscaya akan semakin sempurna kesabarannya dan apabila lemah imannya, niscaya lemah pula kesabarannya. Dan Allah memberikan rahmat-Nya kepada siapa saja yang Dia kehendaki dan Allahlah Pemilik keutamaan yang sangat agung.

III. Kiat Meraih Kesabaran Dalam Ketaatan
Sabar dalam ketaatan bertumpu kepada pengetahuan tentang sebab-sebab yang menjadikan seseorang bisa bersabar dari kemaksiatan seperti yang telah dibahas di depan. Ia juga tumbuh dari pengetahuan tentang hal-hal yang bisa menumbuhkan ketaatan yang berupa akibat-akibat yang baik dan pengaruh yang indah. Sedangkan sebab yang paling kuat adalah keimanan dn kecintaan. Sehingga ketika faktor pendorong paling kuat yang berupa keimanan dan kecintaan ini telah ada dihati maka terdoronglah seorang hamba untuk melakukan ketaatan sesuai dengan kadar keimanan dan kecintaannya.

IV.Kita Meraih Kesabaran Menghadapi Musibah, Ujian dan Taqdir Allah Yang Menyakitkan
Diantaranya:

1.Mengetahui balasan dan pahalanya.21
2.Pengetahuan tentang tertutup dan terhapusnya keburukan karenanya.22
3.Beriman terhadap takdir yang berlaku atas dirinya dan bahwasannya takdir tersebut telah tertulis dalam Ummul Kitab sebelum diciptakannya manusia. Sehingga kesedihan hanya akan menambah bencana.
4.Mengetahui hak Allah atas dirinya dalam musibah dan bencana itu. Sementara kewajibannya adalah bersabar. Hal ini tidak ada perbedaan pendapat di kalangan umat. Atau bersabar dan ridha atas salah satu dari dua ketentuan. Sehingga dia diperintahkan untuk memenuhi hak Allah dan beribadah kepada-Nya dalam menghadapi musibah dan bencan tersebut. Maka hal itu harus ia kerjakan. Jika tidak, niscaya musibah dan bencana tersebut akan dilipatgandakan atas dirinya.
5.Mengetahui bahwa datangnya musibah itu disebabkan oleh dosa-dosanya, sebagaimana firman Allah SWT: " dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka hal itu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri". ( QS. Asy Syuraa: 30 ). Hal ini umum berlaku atas setiap musibah yang sesaat maupun yang berkepanjangan. Maka menyibukkan diri dengan cara beristighfar adalah sebesar-besar sebab untuk mencegah datangnya musibah. Ali bin Abi Thalib berkata: : " Tidaklah musibah dan bencana itu menimpa kecuali karena dosa dan tidaklah musibah dan bencana itu bisa dihilangkan kecuali dengan taubat".23
6.Hendaknya ia mengetahui bahwasannya Allah telah ridha dan memilih musibah tersebut sebagai bagiannya dan bahwasannya peribadatan itu menuntut kedridhaannya terhadap apa-apa yang diridhai oleh Rabbnya. Sehingga jika ia tidak mampu memenuhi kadar tingkatan yang telah menjadi hak-Nya, berarti hal itu adalah karena kelemahannya. Maka hendaknya ia komitmen untuk bersabar dalam menghadapi musibah dan bencana. Karena jika ia lari darinya niscaya ia akan jatuh kepada kedzaliman dan pembangkangan kebenaran.
7.Hendaknya ia mengetahui bahwasannya musibah ini adalah obat yang bermanfaat yang diberikan oleh dokter Yang Maha Tahu terhadap kemaslahatannya dan Maha Penyayang terhadapnya.Maka hendaklah ia bersabar atas kepahitannya dan tidak marah ataupun mengadu kepada selain-Nya yang menyebabkan hilangnya manfaat obat tersebut.
8.Hendaknya ia mengetahui kasiat dari obat tersebut berupa kesembuhan, kesehatan, dan hilangnya rasa sakit yang tidak bisa dicapai dengan selainnya. Jika muncul kebencian dari dirinya terhadap pahitnya obat ini maka hendaknya ia segera mengingat kesehatan yang akan ia rasakan dan akibat yang baik setelahnya. Allah SWT berfirman: " Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi ( pula ) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui ". ( QS. AL Baqarah(2):216 ). Allah SWT berfirman: " Karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak". ( QS. An Nisaa(4):19 )
9.Hendaknya ia mengetahui bahwa musibah yang menimpa dirinya itu bukan untuk membinasakan dan mencelakakannya, namun untuk menguji kesabarannya. Sehingga ketika itu akan nampak, apakah ia berhak untuk menyandang gelar sebagai wali Allah dan golongan-Nya ataukah tidak? Sesungguhnya karunia Allah itu akan diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya dan Allah mempunyai karunia yang agung.
10.Hendaknya ia mengetahui bahwa Allah akan selalu mendidik hamba-Nya , dikala senang ataupun susah, dikala mendapat nikmat atau musibah. Ia memerintahkan kepada para hamba-Nya agar tetap beribadah kepada-Nya dalam situasi apapun. Karena seorang hamba yang benar adalah yang selalu beribadah kepada-Nya dalam situasi bagaimanapun. Maka ia akan selalu berdoa: " Ya Allah, berilah pertolongan kepadaku untuk selalu mengingat dan bersyukur kepada-Mu serta memperbagus nilai ibadahku kepada-Mu ".24

Beberapa sarana inilah yang akan membuahkan kesabaran ketika kita ditimpa suatu musibah. Semakin kuat sarana tersebut dikerjakan maka akan menghasilkan sikap ridha dan syukur. Kita memohon kepada Allah, semoga Dia menutupi kita dengan afiat-Nya dan tidak memperlihatkan aib kita dengan adanya musibah yang ditimpakan atas kita dengan karunia dan kemuliaan-Nya.25

Shalawat dan salam serta keberkahan semoga selalu tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad saw , para keluarganya, sahabat-sahabtanya dan yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari kiamat.

Alhamdulillah selesai

>  Shafa Kazhimah
>
> Maraji: Buku, > ">  Indahnya Kesabaran > "> , Penulis: Sa'id bin Ali bin Wahf Al-Qahthany, Penerbit: At-Tibyan-Solo
>




Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]




SPONSORED LINKS
Rek Beyond belief Islam online
Nation of islam Media


YAHOO! GROUPS LINKS




Reply via email to