Ada beberapa hal saya kurang sepakat dengan pendapat akhi kirimkan salah 
satunya ini, sepehaman saya Demokrasi sebuah pemahaman di luar ISlam. Dalam 
demokrasi kebenaran adalah milik mayoritas dan Islam menjadi pilihan. Iya kalau 
mayoritas setuju SI diterapkan, maka SI bisa diterapkan, Sedangkan dalam ISlam 
kebenaran meski suara minoritas tetaplah kebenaran. Dan bagi seorang muslim 
tidak ada pilihan dalam terikat dalam aturan Islam, selain kewajiban dan 
seharusnya dia terikat seluruhnya. Well kita beda pendapat di sini, tapi saya 
mentoleransinya.
   
  BTW, mohon akhi silakan membaca opini Luthfi Syaukani dari JIL mengenai 
sejarah Demokrasi dan tulisan beliau yang mengungkapkan kesalahan umat ISlam 
didalam memaknai dan memperjuangkan Demokrasi. Demokrasi bukanlah syura atau 
pemilu atau yang serupa dengannya. Tulisan Luthfi di Opini Media Indonesia 
tanggal 20 juni Insya Allah yang berjudul Demokrasi Liberal untuk Islam Liberal.
  wasssalam,
  aris

"Arif N.S" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
          
Dari www.syariahonline.com <http://www.syariahonline.com/> , mudah2an
bermanfaat.

Apakah Benar Demokrasi Itu SISTEM KUFUR?

Assalaamu'alakum Wr. Wb. Apakah benar Ustad, bahwa Demokrasi itu Sistem
Kufur? Lalu bagaimana sistem pemerintahan yang sesuai dengan Sunnah Rasul
SAW? Adakah negara yang menerapkannya sekarang? Jazakumulloh Khoiron
Katsiro.

Ridwan
Yogyakarta
2004-03-01 23:09:09

Jawaban: 

Assalamu `alaikum Wr. Wb. 
Al-Hamdulillahi Rabbil `Alamin, Washshalatu Wassalamu `Alaa Sayyidil
Mursalin, Wa `Alaa `Aalihi Waashabihi Ajma`in, Wa Ba`d 

Demokrasi Dalam Pandangan Syariat </

Saat ini umat Islam dihadapkan pada kenyataannya bahwa khilafah Islamiyah
yang tadinya besar itu telah dipecah-pecah oleh penjajah menjadi negeri
kecil-kecil dengan sistem pemerintahan yang sekuler. Namun mayoritas
rakyatnya Islam dan banyak yang masih berpegang teguh pada Islam. Sedangkan
para penguasa dan pemegang keputusan ada di tangan kelompok sekuler dan
kafir, sehingga syariat Islam tidak bisa berjalan. Karena mereka menerapkan
sistem hukum yang bukan Islam dengan format sekuler dengan mengatasnamakan
demokrasi. 

Meski prinsip demokrasi itu lahir di barat dan begitu juga dengan trias
politikanya, namun tidak selalu semua unsur dalam demokrasi itu bertentangan
dengan ajaran Islam. Bila kita jujur memilahnya, sebenarnya ada beberapa hal
yang masih sesuai dengan Islam. Beberapa diantaranya yang dapat kami
sebutkan antara lain adalah : 

* Prinsip syura (musyawarah) yang tetap ada dalam demokrasi meski bila
deadlock diadakan voting. Voting atau pengambilan suara itu sendiri bukannya
sama sekali tidak ada dalam syariat Islam. 
* Begitu juga dengan sistem pemilihan wakil rakyat yang secara umum
memang mirip dengan prinsip ahlus syuro. 
* Memberi suara dalam pemilu sama dengan memberi kesaksian atas
kelayakan calon. 
* Termasuk adanya pembatasan masa jabatan penguasa. 
* Sistem pertanggung-jawaban para penguasa itu di hadapan wakil-wakil
rakyat. 
* Adanya banyak partai sama kedudukannya dengan banyak mazhab dalam
fiqih.

Namun memang ada juga yang jelas-jelas bertentangan dengan syariat Islam,
yaitu bila pendapat mayoritas bertentangan dengan hukum Allah. Juga
praktek-praktek penipuan, pemalsuan dan penyelewengan para penguasa serta
kerjasama mereka dalam kemungkaran bersama-sama dengan wakil rakyat. Dan
yang paling penting, tidak adanya ikrar bahwa hukum tertinggi yang digunakan
adalah hukum Allah SWT. 

Namun sebagaimana yang terjadi selama ini di dalam dunia perpolitikan,
masing penguasa akan mengatasnamakan demokrasi atas pemerintahannya meski
pelaksanaannya berbeda-beda atau malah bertentangan dengan doktrin dasar
demokrasi itu sendiri. 

Sebagai contoh, dahulu Soekarno menjalankan pemerintahannya dengan gayanya
yang menurut lawan politiknya adalah tiran, namun dengan tenangnya dia
mengatakan bahwa pemerintahannya itu demokratis dan menamakannya dengan
demokrasi terpimpin. 

Setelah itu ada Soeharto yang oleh lawan politiknya dikatakan sebagai rezim
yang otoriter, namun dia tetap saja mengatakan bahwa pemerintahannya itu
demokratis dan menamakannya demokrasi pancasila. Di belahan dunia lain kita
mudah menemukan para tiran rejim lainnya yang nyata-nyata berlaku zali dan
memubunuh banyak manusia tapi berteriak-teriak sebagai pahlawan demokrasi.
Lalu sebenarnya istilah demokrasi itu apa ? 

Istilah demokrasi pada hari ini tidak lain hanyalah sebuah komoditas yang
sedang ngetrend digunakan oleh para penguasa dunia untuk mendapatkan kesan
bahwa pemerintahannya itu baik dan legitimate. Padahal kalau mau jujur, pada
kenyataannya hampir-hampir tidak ada negara yang benar-benar demokratis
sesuai dengan doktrin dasar dari demokrasi itu sendiri. 

Lalu apa salahnya ditengah ephoria demokrasi dari masyarakat dunia itu, umat
Islam pun mengatakan bahwa pemerintahan mereka pun demokratis, tentu
demokrasi yang dimaksud sesuai dengan maunya umat Islam itu sendiri. 

Kasusnya sama saja dengan istilah reformasi di Indoensia. Hampir semua orang
termasuk mereka yang dulunya bergelimang darah rakyat yang dibunuhnya,
sama-sama berteriak reformasi. Bahkan dari sekian lusin partai di Indonesia
ini, tidak ada satu pun yang tidak berteriak reformasi. Jadi reformasi itu
tidak lain hanyalah istilah yang laku dipasaran meski -bisa jadi- tak ada
satu pun yang menjalankan prinsipnya. 

Maka tidak ada salahnya pula bila pada kasus-kasus tertentu, para ulama dan
tokoh-tokoh Islam melakukan analisa tentang pemanfaatan dan pengunaan
istilah demokrasi yang ada di negara masing-masing. Lalu mereka pun
melakukan evaluasi dan pembahasan mendalam tentang kemungkinan memanfaatkan
sistem yang ada ini sebagai peluang menyisipkan dan menjalankan syariat
Islam. 

Hal itu mengingat bahwa untuk langsung mengharapkan terwujudnya khilafah
Islamiyah dengan menggunakan istilah-istilah baku dari syariat Islam mungkin
masih banyak yang merasa risih. Begitu juga untuk mengatakan bahwa ini
adalah negara Islam yang tujuannya untuk membentuk khilafah, bukanlah
sesuatu yang dengan mudah terlaksana. 

Jadi tidak mengapa kita sementara waktu meminjam istilah-isitlah yang
telanjur lebih akrab di telinga masyarakat awam, asal di dalam
pelaksanaannya tetap mengacu kepada aturan dan koridor syariat Islam. Bahkan
sebagian dari ulama pun tidak ragu-ragu menggunakan istilah demokrasi,
seperti Ustaz Abbas Al-`Aqqad yang menulisbuku 'Ad-Dimokratiyah fil Islam'.
Begitu juga dengan ustaz Khalid Muhammad Khalid yang malah terang-terangan
mengatakan bahwa demokrasi itu tidak lain adalah Islam itu sendiri. 

Semua ini tidak lain merupakan bagian dari langkah-langkah kongkrit menuju
terbentuknya khilafah Islamiyah. Karena untuk tiba-tiba melahirkan khilafah,
tentu bukan perkara mudah. Paling tidak, dibutuhkan sekian banyak proses
mulai dari penyiapan konsep, penyadaran umat, pola pergerakan dan yang
paling penting adalah munculnya orang-orang yang punya wawasan dan ekspert
di bidang ketata-negaraan, sistem pemerintahan dan mengerti dunia
perpolitikan. 

Dengan menguasai sebuah parlemen di suatu negara yang mayoritas muslim,
paling tidak masih ada peluang untuk 'mengislamisasi' wilayah kepemimpinan
dan mengambil alihnya dari kelompok anti Islam. Dan kalau untuk itu
diperlukan sebuah kendaraan dalam bentuk partai politk, juga tidak masalah,
asal partai itu memang tujuannya untuk memperjuangkan hukum Islam dan
berbasis masyarakat Islam. Partai harus ini menawarkan konsep hukum dan
undang-undang Islam yang selama ini sangat didambakan oleh mayoritas pemeluk
Islam. Dan di atas kertas, hampir dapat dipastikan bisa dimenangkan oleh
umat Islam karena mereka mayoritas. Dan bila kursi itu bisa diraih, paling
tidak, secara peraturan dan asas dasar sistem demokrasi, yang mayoritas
adalah yang berhak menentukan hukum dan pemerintahan. 

Umat Islam sebenarnya mayoritas dan seharusnya adalah kelompok yang paling
berhak untuk berkuasa untuk menentukan hukum yang berlaku dan memilih
eksekutif (pemerintahan). Namun sayangnya, kenyataan seperti itu tidak
pernah disadari oleh umat Islam sendiri

Tanpa adanya unsur umat Islam dalam parlemen, yang terjadi justru di negeri
mayoritas Islam, umat Islammnya tidak bisa hidup dengan baik. Karena selalu
dipimpin oleh penguasa zalim anti Islam. Mereka selalu menjadi penguasa dan
umat Islam selalu jadi mangsa. Kesalahannya antara lain karena persepsi
sebagian muslimin bahwa partai politik dan pemilu itu bid`ah. Sehingga yang
terjadi, umat Islam justru ikut memilih dan memberikan suara kepada
partai-partai sekuler dan anti Islam.

Karena itu sebelum mengatakan mendirikan partai Islam dan masuk parlemen
untuk memperjuangkan hukum Islam itu bid`ah, seharusnya dikeluarkan dulu
fatwa yang membid`ahkan orang Islam bila memberikan suara kepada partai non
Islam. Atau sekalian fatwa yang membid`ahkan orang Islam bila hidup di
negeri non-Islam. Partai Islam dan Parlemen adalah peluang Dakwah : Karena
itu peluang untuk merebut kursi di parlemen adalah peluang yang penting
sebagai salah satu jalan untuk menjadikan hukum Islam diakui dan terlaksana
secara resmi dan sah. Dengan itu, umat Islam punya peluang untuk menegakkan
syariat Islam di negeri sendiri dan membentuk pemerintahan Islam yang
iltizam dengan Al-Quran dan Sunnah. 

Tentu saja jalan ke parlemen bukan satu-satunya jalan untuk menegakkan
Islam, karena politik yang berkembang saat ini memang penuh tipu daya.
Lihatlah yang terjadi di AlJazair, ketika partai Islam FIS memenangkan
pemilu, tiba-tiba tentara mengambil alih kekuasaan. Tentu hal ini
menyakitkan, tetapi bukan berarti tidak perlu adanya partai politik Islam
dan pentingnya menguasai parlemen. Yang perlu adalah melakukan kajian
mendalam tentang taktik dan siasat di masa modern ini bagaimana agar
kekuasaan itu bisa diisi dengan orang-orang yang shalih dan multazim dengan
Islam. Agar hukum yang berlaku adalah hukum Islam. 

Selain itu dakwah lewat parlemen harus diimbangi dengan dakwah lewat jalur
lainnya, seperti pembinaan masyarakat, pengkaderan para teknokrat dan ahli
di bidang masing-masing, membangun SDM serta menyiapkan kekuatan ekonomi.
Semua itu adalah jalan dan peluang untuk tegaknya Islam, bukan sekedar
berbid`ah ria. 

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh. 

[Non-text portions of this message have been removed]



         


The great job makes a great man
  pustaka tani 
  nuraulia

 __________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]





------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Check out the new improvements in Yahoo! Groups email.
http://us.click.yahoo.com/6pRQfA/fOaOAA/yQLSAA/TXWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke