Assalamu'alaikumwarahmatullahiwabarakaatuhu.

Andalusia(8) Tammat
Dulu Cordova dan Granada, Sekarang Baghdad, dan Nanti
Indonesia?
 

H Hamdan S Nasution
SIAPA yang tak pernah mendengar nama itu? Suatu kota
di Eropa Barat yang mempesona pisiknya dan isinya pun
pernah mempesona seluruh Eropa di zaman keemasan
Islam. Cordova, pusat pariwisata, pusat budaya, pusat
ilmu pengetahuan, dan pusat tamaddun Islam pada
zamannya.
Masa kejayaan Islam di Andalusia (Spanyol) itu
didahului dengan pendaratan Angkatan Laut Islam yang
dramatis dan gagah berani di bawah pimpinan Djabat
Tariq. Begitu semua perahu mendarat, dan segenap
prajurit dan segala perlengkapan turun dari
perahu-perahu, Djabal Taroq membakar semua perahu itu
sampai menjadi abu lalu berpidato. “Yang mau maju akan
mendapat kemenangan atau mati syahid, tetapi yang akan
lari menjadi mangsa ikan hiu di laut Tengah yang
ganas”. Maka maralah segenap bala tentara itu
meng-Islamkan Spanyol dan memerintah di sana selama
600 tahun.

Terukir dengan tinta emas dalam Sejarah Dunia bahwa
Kerajaan Islam pertama di Spanyol berkedudukan di
Toledo di bawah pimpinan seorang Raja Muda (Wali) dari
tahun 711 sd 756 M yang berada di bawa kontrol Bani
Umayyah di Damaskus. Keruntuhan Bani Umayyah di
Damaskus membuat Kerajaan Islam Andalusia di Spanyol
itu membebaskan diri, namun bercerai berai di bawah
pimpinan Raja Raja kecil, antara lain Kerajaan Islam
berdiri di Malaga di bawah Raja Hamudian (1010 sd
1057), di Saragoza di bawah pimpinan Raja Tujbiyah
(1019 sd 1039) yang dilanjutkan Raja Huddiyah (1039 sd
1142) di Valencia di bawah pimpinan Raja Amiriyah
(1021 sd 1096) di Badajos dengan Raja Aftasysyiyah
(1022 sd 1094), di Sevilla di bawah Raja Abbadiyah
(1023 sd 1069), dan di Toledo di bawah pimpinan Raja
Dzun Nuniyah (1028 sd 1039). 


Para raja-raja kecil itu digelar Mulukuth Thawaif
(Raja Lokal) kemudian berseteru dan berperang satu
sama lain tanpa sebab yang jelas. Hanyalah karena
ingin saling menguasai. Kisah-kisah pengkhianatan,
kisah-kisah perebutan puteri cantik dan perebutan
harta mewarnai semua perseteruan itu.
Mereka tak sadar umat Kristen telah mempersiapkan
kekuatan untuk merebut kembali Spanyol. Yang pertama
hancur adalah Toledo yang jatuh pada tahun 1085 di
mana Raja Al Qadir Adzdzunnuniyah menyerah kepada Raja
Leon Alfonso VII. Kemudian Mustansir al-Mudiayah
menyerah kepada Ramire II dari Aragon. Kerajaan
Cordova yang terbesar di Andalusia jatuh pada tahun
1236 dan Kerajaan kedua terbesar Sevilla luluh-lantak
dan takluk pada tahun 1248.

Keruntuhan Cordova itu tidak saja diratapi oleh Umat
Islam, tetapi juga seorang penulis Kriten Stanley Lane
Poole dalam bukunya “The Mohammadan Dynasties” mengaku
betapa mundurnya peradaban Andalusia setelah runtuhnya
kerajaan Islam Cordova. Pengakuan dunia Kristen
terhadap peradaban Islam Cordova dapat dibuktikan
dengan permintaan Inggris agar pemuda pemuda Inggris
dapat menuntut ilmu di Universitas Cordova. 
Surat Raja Inggris itu diterima oleh Sultan Hisyam III
yang berbunyi antara lain, “Kami telah mendengar
kemajuan Ilmu dan industri di Negara Paduka Yang
Mulia. Karenanya kami bermaksud mengirim putera-puteri
terbaik kami untuk menimba ilmu di Negara Paduka Yang
Mulia agar ilmu pengetahuan tersebar ke negeri kami
yang dikelilingi kebodohan dari empat penjuru. (Wajah
Dunia Islam oleh Dr Muhammad Sayid al-Wakil).

Sisa-sisa umat Islam di Andalusia itu masih dapat
bertahan dan bangun kembali di Granada. Adalah
Muhammad al-Ghalib yang kembali berjasa membangun dan
berjaya mendirikan sebuah Kerajaan Islam baru di
Granada sebagai Pusat Kerajaan Islam Andalusia.
Universitas Granada dan Istana Al Hambra yang
termansyur itu pun dibangun walau di tengah ancaman
tentara musuh. Sungguh suatu rahmat Allah bahwa di
zaman keemasan Granada itu telah lahir penulis-penulis
ahli sastra, ahli filsafat yang tersohor. 

Sebut saja nama-nama sastrawan Ibnu Zamrak dan
Lisanuddin ibnu Al Khatib, ahli filsafat Huzail Hakim
dan penulis Abu Ishak dll. Tercatat pula Ibnu Khaldun
pengarang kitab yang termasyur itu pernah pula menjadi
Duta Besar Granada. Pengarang Ibnu Khatib pernah pula
menjadi Perdana Menteri Granada. Para peminat Ilmu
tasyawwuf zaman kini masih memperhatikan kitab Syarah
Hikam yang dikarang oleh penulis terkenal Granada Ibnu
Abbad ar Rondi.
Namun akhirnya keemasan Granda hilang dan sirna.
Akibat pertikaian antara Abu Abdillah az Zaglal dengan
keponakannya Abu Muhammad Abdullah IX yang
masing-masing menghimpun kekuatan dan saling
berperang. Di tengah pertikaian itulah tentara dari
Aragon di bawah pimpinan Raja Ferdinand II dan
permaisurinya Isabella Castile. Setelah Zaglal
mengibarkan bendera putih, pada 2 Januari 1492
bertepatan 2 Rabiul Awwal 897, Abu Muhammad Abdullah
IX di Istana Alhambra menyerahkan Granada Kerajaan
Islam terakhir di Andalusia setelah ratusan tahun
memencarkan sinarnya ke seluruh penjuru Eropa.

Umat Islam pun terusir dengan pedihnya dari bumi
Andalusia. Hanya yang mau meninggalkan Islam (murtad)
yang boleh tinggal. Yang tetap beriman kepada Allah
bersama Raja Abu Muhammad di persilahkan naik ke kapal
dan berlayar menuju Afrika Utara menyeberangi Selat
Gibraltar. Kalau dulu Jabal Tariq menyeberanginya
dengan kepala tegak penuh semangat dan optimisme,
namun Abu Muhammad berlayar dengan sedih dan
menundukkan kepala dengan penuh keaiban. Tanggal 2
Januari 1492 itu tercatat sebagai pemurtadan
besar-besaran yang pernah terjadi dalam sejarah.
Baik Cordova maupun Granada hancur lebur bersama
kitab-kitabnya berikut peradabannya. Adalah sangat
menarik penyair Kristen terneal Federico Garcia Lorca
menangisi kehilangan peradaban itu dalam syairnya yang
terkenal “Cordova”

Cordova
Sayup sayup dan sepi
Kudaku Zanggi, bulan purnama
Dan buah zaitun di kantong pelana
Walau kukenal jaring jalanya 
Berasa:
Tak lagi kucapai Cordova

Apakah isi ratapan Lorca itu? Walaupun dengan
kendaraan yang canggih (Kudaku Zanggi) dan keadaan
yang cerah (bulan purnama) serta perbekalan yang cukup
(buah zaitun dalam pelana) dan hafal jalan ke sana
(Walau kukenal jaring jalannya) dia tidak akan dapat
menemukan Cordova sebagai pusat segala ilmu
pengetahuan dan peradaban yang gilang-gemilang
(Berasa: tak lagi kucapai Cordova). Yang akan
ditemukannya adalah Cordova yang tak berarti lagi.
(Cordova, sayup-sayup dan sepi)
Mengapa Cordova dan Granada sampai runtuh? Mungkin
Allah hendak menunjukkan bahwa ayatnya dalam Qur’an
Surat Ibrahim ayat 7 yang berbunyi Wa iz taazzana
rabbukum, ia in syakartum, la azidan nakum, wa la in
kafar tum, Inna Azabi la syadid = Ketika Tuhanmu
memberi tahukan: Demi jika kamu berterima kasih
niscaya Kutambah nikmat yang ada padamu, tetapi jika
kamu kafir (tiada bersyukur - kufur nikmat)
sesungguhnya azabku sangat pedihnya).

Allah telah memberikan mereka kenikmatan, tetapi tidak
bersyukur yang ditandai dengan pertikaian yang tak
menentu. Maka Allah memberikan azab yang pedih itu
sesuai janji-Nya dalam Al-Quran.
Setelah ratusan tahun lalu Cordova dan Granada,
sekarang kita melihat Baghdad. Walaupun penulis dan
segenap Bangsa Indonesia tak dapat menerima invasi AS
itu marilah kita mencoba melihatnya dari sisi lain.
Ancaman Allah yang akan mengazab mereka yang tak
bersyukur. Dunia Arab (baca: Islam) setelah
ditinggalkan Rasul selalu tidak bersatu padu dalam
tindakan. Tak dapatkah ini dikatakan kufur nikmat?
Mereka yang dulu miskin di gurun pasir itu menjadi
kaya raya oleh minyaknya.
Khususnya Irak, yang diperintah Partai Baath di bawah
pimpinan Saddam Husein. Terlepas dari pro dan kontra
apakah Irak-Iran yang hampir satu dekade dan invasi
Saddam ke Kuwait bukan refleksi dari kufur nikmat?
Diakui memang Irak adalah induk bangsa Arab yang
melahirkan para Rasul. 

Hanya kolonial Inggris dan kemudian dibantu Amerika
memecah Arab menjadi beberapa negara, namun klaim
Saddam waktu menginvasi Kuwait beberapa tahun lalu
mengatakan Kuwait adalah bagian dari propinsinya
hanyalah sikap yang ingin menegakkan benang basah dan
tanpa perhitungan yang membuat AS mempunyai pijakan
kokoh di Semenanjung Arab.
Kenapa tak sekalian Saddam mengatakan bahwa Arab Saudi
juga bagian dari propinsi Irak, karena di zaman
Khalifah dahulu Mekkah dan Madinah walapun menjadi
Pusat Agama Islam, statusnya adalah Propinsi dari
Ibukota Baghdad? Di zaman Raja Yazid (anak Abu
Syofuan) pernah mencatat sejarah paling hitam dalam
dunia Islam pada peristiwa perang Karbala. Pada
peristiwa yang diperingati setiap 10 Muharram itu Cucu
Rasulullah Husein bin Ali beserta istri dan anak serta
pengikutnya dikepung selama lebih sebulan. 
Kalau Bagdad sekarang dibombarder dengan rudal dan
peluru kendali oleh tentara George W Bush, maka Husein
dihujani panah oleh tentara Yazid. 
Setelah sumber air minum diputus dan pasokan makanan
tak ada lagi terbunuhlah hampir semua rombongan Husein
itu. Husein itu sebagai mana juga tak ada rasa kasihan
Gerge Bush sebagai pemimpin dunia demokrasi yang
melahirkan declaration of human right kepada rakyat
Irak yang tak berdaya. Kepala Husein cucu Rasullah
setelah dipancung diarak dengan menendangnya sepanjang
jalan dari Karbala ke Baghdad sejauh 60 (enam puluh)
kilometer, sementara istri dan anak Husein (Said
Zainal Abidin) dirantai dengan berjalan kaki dan
dipermalukan sepanjang jalan. Dan sesampainya di
Istana Yazid memukul-mukulkan tongkatnya ke kepala
Husein yang telah kering kerontang dan berlumur debu.

Sungguh tak masuk akal memang apa yang dilakukan
George W Bush. Hanya dengan alasan mau melucuti
senjata pemusnah massal yang belum terbukti dia
mengerahkan seluruh kekuatannya dibantu Inggris dan
Australia. Bukankah 300.000 tentara AS, Inggris, dan
Australia, serta ratusan pesawat tempur dan lima kapal
induk merupakan suatu kekuatan pemusnah massal
terhadap Irak yang tak berdaya? Seluruh dunia Arab dan
Islam menonton saja! Persis seperti kehancuran Cordova
dan Granada tak ada bantuan dari Baghdad. Bukankah ini
suatu kufur nikmat?

Sangatlah mengherankan dan mencengangkan pernyataan
Menteri Agama Said Agil Almunawar mengatakan
sebagaimana ditulis harian ini tanggal 25 Maret yang
lalu bahwa perang Irak bukan perang Agama dan berjihat
ke sana adalah tindakan konyol. Movitasi apa yang
membuatnya bicara demikian? Memang secara formal
perang AS-Irak bukan perang Agama. Tetapi di Baghdad,
di Basrah dan diseantero tanah Irak tersimpan sejarah
Islam, buku-buku agama, filosofi Islam dan lain-lain
yang bernuansa Islam. 
Bagdad merupakan salah satu Simbol kejayaan Islam. Tak
ada satu Negara pun di dunia ini yang mengimbangi ke
“Islaman” Irak, kecuali Mekkah dan Medinah. Berdosalah
saya kalau menuduh Tuan Said memihak Amerika, tetapi
pernyataan Tuan sungguh melukai hati Umat Islam. 
Sebagai menteri Agama bahkan sebagai insan Indonesia
yang berperikemanusian dan mayoritas beragama Islam,
Tuan harus tahu di sana terjadi kezaliman yang luar
biasa dari pasukan yang seluruhnya Non-Muslim dari 3
Negara Besar yang kaya dan kuat yang menginjak hak
azasi orang Muslim di Negara yang jauh lebih kerdil,
lemah dan miskin.
Apakah kita Umat Islam di Indonesia tidak bisa
mengambil I’tibar dari peristiwa Cordova, Granada dan
Bagga ini?
Kita telah diberi kenikmatan keluar dari penderitaan
dijajah Belanda dan Jepang. Kita telah diberi
kenikmatan dengan tumbangnya Soeharto tanpa
menodongkan pistol. Kita telah diberi kenikmatan
dengan berlombanya Negara kaya memberi hutang. Tetapi
hutang itu dihamburkan, dikorupsi dengan segala macam
cara. Begitu menderitanya kita sekarang, tetapi tokoh
kita tak sadar Allah sedang menghukum kita. Kita terus
bertikai, saling memaki dan yang terus bercerai-berai.


Apakah kita akan menunggu setan AS itu akan menyerbu
kita dengan alasan mau menangkap teroris atau menagih
hutang? Kalau dilihat alasan G Bush menyerang
Afghanistan untuk menangkap Osama bin Laden dengan
tuduhan terlibat peristiwa WTC tanpa bukti yang jelas
dan menyerang Baghdad dengan alasan melucuti senjata
pemusnah massal yang belum tebukti, apa yang penulis
khawatirkan bukan tak mungkin akan terjadi. Kalau Daud
(David) dengan senjata katapel dapat mengalahkan
Jalout (Goliath) yang hanya mengandalkan tubuh besar,
tetapi Goliath yang kali ini sarat dengan senjata yang
modern. Kita hanya berdoa semoga Allah menyelamatkan
Irak dan kita terhindar dari bencana yang lebih buruk.
Dan seperti pantun Melayu, kita hanya punya harapan:
Terang bulan di tengah lorong
Cahaya sampai ke daun kayu
Kalau Tuhan hendak menolong
Air pasang kapal pun lalu. 

Walaupun masih banyak artikel dari internet yang belum
saya kirimkan, tetapi saya kira ini sudah cukup untuk
menggugah hati para muslimin diseantero dunia ini,
untuk merenungi dari berbagai cerita yang saya sajikan
ini, baik dari diri saya sendiri yang melihat dengan
mata kepala sendiri, ataupun cerita yang saya sajikan
saya ambil dari sumber lainnya, semoga ini menambah
bahan renungan dan intropeksi buat kita bersama.

Dimanakah letak kunci kejayaan suatu ummat, dan
dimanakah letak kejatuhan suatu ummat? Bukankah Allah
sudah berfirman : " Maka ambil
I'tibarlah(pelajaranlah), wahai orang-orang yang
memiliki penglihatan mata hati.
Pelajarilah dan kembangkanlah kembali, utamakanlah
kembali ilmu pengetahuan itu, sebagai sumber dari
suatu kemajuan, seharusnya pemerintah lebih menitik
beratkan anggaran untuk pendidikan, sebagaimana
pemerintah Jepang lebih mendahulukan pendidikan saat
mereka mulai membangun Jepang setelah porak porandanya
Hiroshima.

Jangan ada lagi perpecahan kelompok, kenapa manusia
Islam tidak bersatu dalam satu naungan ajaran yang
sudah ada, AlQuran dan Assunnah?

Semoga kita tidak terlena dan hanya merasa bangga
dengan kehebatan masa lampau dan kepintaran yang ada,
karena kebanggaan tanpa rasa syukur adalah suatu
kesombongan. Dan kesombongan adalah awal dari
kehancuran suatu bangsa.

Kisah ini saya tammatkan sampai disini, mohon maaf
bila ada kesilafan. Kesalahan berasal dari saya dan
syetan, kebenaran berasal dari Allah Ta'ala.
Wassalamu'alaikumwarahmatullahiwabarakaatuhu.
Kairo 3 november 2006(Rahima )




 
____________________________________________________________________________________
We have the perfect Group for you. Check out the handy changes to Yahoo! Groups 
(http://groups.yahoo.com)



Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke