Assalamu'alaikumwarahmatullahiwabarakaatuhu.

Andalusia(7)
Ibnu Rusyd (1126-1198) lahir di Cordova lidah barat
menyebutnya Averroes yang nama lengkapnya adalah Abdul
Walid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad Ibnu Rusyd. Ibnu
Rusyd adalah seorang ahli hukum, ilmu hisab
(arithmatic), kedokteran, dan ahli filsafat terbesar
dalam sejarah Islam dimana ia sempat berguru kepada
Ibnu Zuhr, Ibn Thufail, dan Abu Ja'far Harun dari
Truxillo. Pada tahun 1169 Ibn Rusyd dilantik sebagai
hakim di Sevilla, pada tahun 1171 dilantik menjadi
hakim di Cordova. Karena kepiawaiannya dalam bidang
kedokteran Ibnu Rusyd diangkat menjadi dokter istana
tahun 1182.
Karya besar yang di tulis oleh Ibnu Rusyd adalah Kitab
Kuliyah fith-Thibb (Encyclopaedia of Medicine) yang
terdiri dari 16 jilid, yang pernah di terjemahkan
kedalam bahasa Latin pada tahun 1255 oleh seorang
Yahudi bernama Bonacosa, kemudian buku ini
diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dengan nama
"General Rules of Medicine" sebuah buku wajib di
universitas-universitas di Eropa. Karya lainnya
Mabadil Falsafah (pengantar ilmu falsafah), Taslul,
Kasyful Adillah, Tahafatul Tahafut, Bidayah
al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtashid, Tafsir Urjuza
(menguraikan tentang pengobatan dan ilmu kalam),
sedangkan dalam bidang musik Ibnu Rusyd telah menulis
buku yang berjudul "De Anima Aristotles" (Commentary
on the Aristotles De Animo). Ibnu Rusyd telah berhasil
menterjemahan buku-buku karya Aristoteles (384-322 SM)
sehingga beliau dijuluki sebagai asy-Syarih
(comentator) berkat Ibnu Rusyd-lah karya-karya
Aristoteles dunia dapat menikmatinya. Selain itu
beliaupun mengomentari buku-buku Plato (429-347 SM),
Nicolaus, Al-Farabi (874-950), dan Ibnu Sina
(980-1037).
Ibnu Rusyd seorang yang cerdas dan berfikiran kedepan
sempat dituduh sebagai orang Yahudi karena
pemikiran-pemikirannya sehingga beliau di asingkan ke
Lucena dan sebagian karyanya dimusnahkan. Doktrin
Averoism mampu pengaruhi Yahudi dan Kristen, baik
barat maupun timur, seperti halnya pengaruhi
Maimonides, Voltiare dan Jean Jaques Rousseau, maka
boleh dikatakan bahwa Eropah seharusnya berhutang budi
pada Ibnu Rusyd.
Ibnu Zuhr (1091-1162) atau Abumeron dikenal pula
dengan nama Avenzoar yang lahir di Seville adalah
seorang ahli fisika dan kedokteran beliau telah
menulis buku "The Method of Preparing Medicines and
Diet" yang diterjemahkan kedalam bahasa Yahudi (1280)
dan bahasa Latin (1490) sebuah karya yang mampu
pengaruhi Eropa dalam bidang kedokteran setelah
karya-karya Ibnu Sina Qanun fit thibb atau Canon of
Medicine yang terdiri dari delapan belas jilid. 
Ibnu Arabi (1164-1240), dikenal juga sebagai Ibnu
Suraqah, Ash-Shaikhul Akbar, atau Doktor Maximus yang
dilahirkan di Murcia (tenggara Spanyol). Pada usia
delapan tahun tepatnya tahun 1172 ia pergi ke Lisbon
untuk belajar pendidikan Agama Islam yakni belajar
Al-Qur'an dan hukum-hukum Islam dari Syekh Abu Bakar
bin Khalaf. Setelah itu ia pergi ke Seville salah satu
pusat Sufi di Spanyol, disana ia menetap selama 30
tahun untuk belajar Ilmu Hukum, Theologi Islam,
Hadits, dan ilmu-ilmu tashawwuf (Sufi). 
Karyanya sungguh luar biasa, konon Ibnu Arabi menulis
lebih dari 500 buah buku, sekarang di perpustakaan
Kerajaan Mesir di Kairo saja masih tersimpan 150 karya
Ibnu Arabi yang masih ada dan utuh. Diantara
karya-karyanya adalah Tafsir Al-Qur'an yang terdiri 29
jilid, Muhadaratul Abrar Satu jilid, Futuhat terdiri
20 jilid, Muhadarat 5 jilid, Mawaqi'in Nujum,
at-Tadbiratul Ilahiyyah, Risalah al-khalwah,
Mahiyyatul Qalb, Mishkatul Anwar, al Futuhat al
Makiyyah yakni suatu sistim tasawwuf yang terdiri dari
560 bab dan masih banyak lagi karangan-karangan hasil
pemikiran Ibnu Arabi yang mempengaruhi para sarjana
dan pemikir baik di Barat maupun Timur setelah
kepergiaanya.
Ibnu Arabi dengan nama lengkapnya Syekh Mukhyiddin
Muhammad Ibnu 'Ali adalah salah seorang sahabat dekat
Ibnu Rusyd. Ia sering berkelana untuk thalabul 'ilmi
(mencari ilmu) dan mengamalkan ilmu yang dimilikinya
seperti ke Maghribi, Cordova, Mesir, Tunisa, Fez,
Maroko, Jerussalem, Makkah, Hejaz, Allepo, Asia kecil,
dan Damaskus hingga wafatnya disana dan dimakamkan di
Gunung Qasiyun.
**
Hampir delapan abad lamanya Islam berkuasa di
Andalusia sejak tahun 711 M hingga berakhirnya
kekuasaan Islam di Granada pada tanggal 2 Januari 1492
M / 2 Rabiul Awwal 898 H tepatnya 512 tahun lalu,
Andalusia dalam masa kejayaan Islam telah melahirkan
cendekiawan-cendekiawan muslim yang tertulis dengan
tinta emas di sepanjang jaman. Karya mereka yang masih
ada banyak diterjemahkan dalam berbagai bahasa di
penjuru dunia. Sehingga universitas-universitas
dibangun di negeri ini ditengah ancaman
musuh-musuhnya. 
Itulah keunikan para ulama, cendekiawan-cendekiawan
tempo dulu bukan saja menguasai satu bidang ilmu
pengetahuan namun mereka menguasai berbagai ilmu
pengetahuan yang disegani dan tanpa pamrih, hingga
nama mereka dikenang oleh setiap insan. Kini bukti
kemajuan akan peradaban Islam tempo dulu di Spanyol
dapat kita lihat sisa-sisa bangunan yang penuh sejarah
dari Toledo hingga Granada, dari Istana Cordova hingga
Alhambra. Dan disinilah berkat kekuasaan Tuhan
walaupun kekuasaan Islam di Spanyol telah jatuh kepada
umat Kristen beberapa abad silam yang menjadikan
Katolik sebagai agama resmi, namun karya-karya anak
negeri ini mampu memberikan sumbangsih yang luar biasa
bagi umat manusia hingga di abad milenium yang super
canggih.
Satu hal yang harus kita renungkan sekarang, apa yang
telah engkau berikan kepada bangsa dan umat manusia
ini. Kemanfaatan atau Kemadlaratan?.

Menggugah Kesadaran Ukhuwah Islamiah
Alunan Azan Kembali Bergema di Granada 
HARI Kamis (10/7) merupakan hari amat bersejarah bagi
umat Islam di Kota Granada Spanyol. Hari itu, salah
satu masjid dibuka dengan kumandang suara azan.
Disusul pembukaan selubung kain merah penutup prasasti
batu oleh Sheik Sultan bin Mohammad al Qassimi dari
Uni Emirat Arab (UEA). Umat Islam Spanyol menyambut
peristiwa itu dengan ucapan Allahu Akbar yang artinya
Allah Mahabesar.
Kekuasaan Allah SWT., memang tak dapat ditandingi
kekuasaan mahluk apa pun, termasuk manusia. Perjuangan
sejak tahun 1981, agar umat Islam Granada memiliki
masjid, akhirnya tercapai juga. Bantuan dana dari
Libia, UEA, dan negara-negara Muslim kaya lainnya
memungkinkan tegaknya masjid berarsitektur unik.
Paduan antara biara klasik Katolik Roma dan gereja
klasik Granada. Gambaran toleransi budaya umat Islam
yang amat mengagumkan. Bukti ketinggian harga diri
yang tak pernah runtuh, walaupun merasa sebagai
minoritas di tengah impitan mayoritas, dengan luka
sejarah lebar menganga. Umat Islam di Spanyol hanya
1,5% (sekira 600 ribu) dari 40 juta penduduk.
"Semoga suara azan ini tidak akan lenyap lagi dari
Granada. Bahkan, gemanya diharapkan mampu menembus
puncak-puncak pegunungan Siera Nevada. Sebagaimana
dulu keagungan dan kejayaan Islam terpancar dari
Akhambra di bukit La Sabika," kata Mohsen Ali (45),
imigran Maroko yang menghadiri acara mengesankan itu. 
Suara azan lenyap dari menara-menara masjid Kota
Granada Spanyol, 511 tahun yang lalu. Tepatnya, 5
Januari 1492, setelah penguasa terakhir Granada,
Sultan Muhammad XII Boabdillah an Nashriyah,
menyerahkan kunci benteng Alhambra kepada penguasa
Spanyol Kristen, Ferdinand dan Issabella Boabdillah
sekeluarga, segera meninggalkan bumi Andalusia yang
menjadi tanah air kaum Muslimin sejak tahun 711,
(sekira 800 tahun) menuju Maroko diikuti puluhan ribu
kaum Muslimin lainnya. Yang tak mampu berimigrasi, mau
tak mau menghadapi keganasan Mahkamah Inquisisi yang
dibentuk untuk membersihkan Spanyol dari penduduk
selain Kristen. Yang menjadi sasaran adalah umat Islam
dan umat Yahudi.
Kegiatan agama Islam pun otomatis dilarang.
Masjid-masjid dirobohkan atau dialihfungsikan.
Granada, pusat pemerintahan Dinasti Nashiriyah atau
Banu al Ahmar yang dibangun tahun 1232 oleh Muhammad I
al Ghalib Ibnu Ahmar, berubah menjadi kota mati.
Alhambra, istana dan benteng termashur ikut kehilangan
pamor, redup suram. Istana dan benteng berwarna merah
hasil karya puncak arsitektur umat Islam abad
pertengahan yang tak tertandingi hingga kini,
tiba-tiba mirip rumah hantu. Padahal, sebelumnya
menjadi pusat perhatian para penyair. Ibnu Zamrak,
seorang penyair Muslim Spanyol abad 14 menyebutkan
Alhambra adalah sebutir zambrud merah yang terpancang
di pucuk mahkota emas.
Kepopuleran Granada juga kota-kota umat Islam lainnya
di Spanyol, seperti Cordoba, Sevilla, Zaragosa,
Toledo, Malaga, Almeria, lenyap bagai pasir diterjang
angin. Upaya pemerintah Spanyol pasca kejatuhan
Granada melakukan deislamisasi, baik melalui Mahkamah
Inqusisi dihapus tahun 1602) maupun pembatasan
kegiatan ibadah umat Islam, cukup ampuh untuk
menghilangkan jejak-jejak kejayaan Islam di bumi
Spanyol yang dulu bernama Andalusia itu. Termasuk
mengubah bentuk dan fungsi bangunan karya umat Islam,
agar tampak bercorak Kristiani. Seperti Masjid Cordoba
di Kota Cordoba yang diubah menjadi katedral. 
Di kota yang pernah menjadi pusat ilmu dan teknologi
Islam, sekaligus pusat kebangkitan (renaissance) Eropa
itu dibangun pula patung-patung para tokoh terkenal
abad pertengahan. Antara lain, patung Ibnu Rusyd
(Averroes) di suatu tempat dan muridnya Musa bin
Maimun (Maimonedes) di tempat lain. Ibnu Rusyd adalah
seorang ahli kedokteran, filsuf, dan faqih (ahli hukum
Islam). Filsafat Ibnu Rusyd mengandung pencerahan
(optimisme), bertentangan dengan filsuf Al Gazali yang
cenderung mengandung penyerahan (skeptisme). 
Di bidang ilmu fikih, Ibnu Rusyd menulis buku berjudul
Bidayatul Mujtahid yang banyak dikaji umat Islam di
pesantren-pesantren. Sedangkan Musa bin Maimun,
seorang Yahudi yang dianggap sebagai "Musa Kedua" oleh
Yahudi Spanyol abad pertengahan. Ia banyak menulis
risalah, antara lain Misnah tafsir Kitab Taurat.
Kejayaan umat Islam di Spanyol sejak zaman Cordoba
(756-1031) hingga zaman Granada (1232-1492) berdampak
positif terhadap kehidupan umat agama lain. Terutama
Yahudi yang dihina dan dianiaya di seluruh Eropa,
tetapi mendapat tempat terhormat di kalangan umat
Islam Spanyol. Solomon ben Gazirol, penulis buku
History of the Jews (1986) menyebutkan masa
pemerintahan umat Islam di Spanyol adalah the golden
age (abad keemasan) orang Yahudi. 
"Akan tetapi, kejayaan itu lenyap akibat rasa ukhuwah
islamiah pudar. Setelah menikmati puncak-puncak
kejayaan, tokoh-tokoh Islam Andalusia lupa diri.
Mereka lebih mementingkan kekuasaan pribadi, keluarga,
kelompok, dan golongannya sehingga timbul perpecahan
internal yang mengundang ikut campur pihak eksternal.
Tiga ratus tahun kekuasaan Umayyah Cordoba diikuti 300
tahun kekuasaan mulukut tawaif (raja-raja kecil),
kemudian kejayaan 200 tahun kejayaan Granada
seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi umat Islam
Spanyol. Mengapa mereka merosot? 
Cordoba berhasil menjadi pusat perhatian dunia berkat
kemajuan ilmu dan teknologinya. Ternyata runtuh juga
setelah para penguasanya bertengkar. Disusul "Mulukut
Tawaif" yang tak menghasilkan apa-apa, kecuali
pertumpahan darah sesama umat Islam. Granada merupakan
kesempatan umat Islam memperbaiki diri, setelah
pecahan-pecahan kekuatan umat Islam dirampas kekuatan
Kristen. Sayang, masa 200 tahun tak mampu menyadarkan
umat Islam untuk bangkit menjalin ukhuwah dan
mendekatkan diri kepada Allah. Akhirnya, Granada pun
jatuh dan delapan ratus tahun kejayaan umat Islam di
Spanyol terhapus dari buku sejarah," papar Dr. Husin
Muannas dalam bukunya Rihlatul Andalus, Haditsul
Firdausul Mau'ud (1988).
Hal senada dikemukakan pula oleh Dr. Abdul Halim Uwais
dalam bukunya Dirasat li Suquti Tsalatsina Daulah
Islamiyah (1982). Akibat lebih lanjut, hingga lima
ratus tahun kemudian setelah kejatuhan Granada, umat
Islam Spanyol tak punya masjid dan tak pernah
mendengar alunan azan.
Hingga hari Kamis, 10 Juli yang lalu ketika umat Islam
menerima kehadiran masjid yang mengingatkan kenangan
ke masa lampau. Masa umat Islam Spanyol menjadi
penentu di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,
sastra, budaya, serta berbagai aspek kehidupan
lainnya. Sebagaimana harapan para hadirin dan umat
Islam setempat, Masjid Granada yang amat kecil
dibandingkan Masjid Raya Cordoba atau Masjid Raya
Sevilla (dibangun tahun 1711 oleh Sultan Abu Yusuf al
Muwahhid, diubah menjadi Gereja Santa Maria de la
Sede), diharapkan menjadi setitik nyala api yang dapat
menghangatkan semangat ukhuwah islamiah umat Islam di
seluruh dunia.
"Bukan berarti umat Islam harus kembali ke Spanyol
membawa pasukan seperti zaman Tarikh bin Ziyad dan
Musa bin Nusair. Akan tetapi, cukup membawa bukti amal
kebajikan dan cerminan rahmatan lil alamin," kata
Mohsen Ali lagi, penuh haru. (H. Usep Romli H.M.)***

Bersambung.
Wassalam(Rahima)



 
____________________________________________________________________________________
Cheap Talk? Check out Yahoo! Messenger's low PC-to-Phone call rates 
(http://voice.yahoo.com)



Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke