Assalamu'alaikum wr wb,
Ada baiknya orang tua menjaga anaknya agar tidak
menonton SmackDown yang pada hari Minggu disiarkan
pada siang hari di Lativi. Acara ini meski hanya
pura-pura tapi terlihat begitu nyata sehigga terlihat
begitu sadis. Orang memukul lawannya di kepala, badan,
dan lainnya. Tidak hanya dengan tangan dan kaki, tapi
juga dengan kursi dan martil!

Karena tontonan itu banyak anak TK, SD, dan SMP meniru
perkelahian SmackDown. Di antaranya sampai meninggal.

Anak-anak termasuk sebagian orang tua tidak mengira
kalau acara SmackDown itu pura2. Pukulan dan tendangan
yang dilontarkan itu sebetulnya tidak mengena. Hanya
trick kamera. Jika sesekali kena pun itu dilakukan
dengan pelan/tanpa tenaga. Sementara matrasnya dibuat
seempuk mungkin sehingga sering terlihat
membal/bergoyang ketika ada yang terbanting.

Nah anak2 tidak menyadari itu. Mereka memukul beneran
dengan kekuatan penuh. Membanting temannya di lantai
ubin/semen yang keras. Tidak heran jika mereka cedera
dan ada yang meninggal.

Karena sudah jatuhnya korban, diharap pemerintah
menghentikan siaran SmackDown yang dilakukan Lativi
terutama pada Minggu Siang. Pemerintah juga hendaknya
mengenakan sanksi pada Lativi agar kasus ini tidak
berulang-lagi.

Para orang tua, guru, muballigh juga hendaknya
mengingatkan bahwa acara SmackDown itu hanya pura-pura
dan jangan ditiru.

Wassalam

http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=272629&kat_id=3
Rabu, 22 Nopember 2006

Dengan 'SmackDown', Bocah Bergadai Nyawa 

Tubuh pria kekar itu dihiasi tato. Panggilannya, The
Undertaker. Lawannya tak kalah kekar. Otot-otot
menyembul di hampir seluruh bagian tubuhnya. Lelaki
yang memiliki sebutan Triple H itu bergumul dengan si
Undertaker. 

Adu jotos, saling banting dilakukan kedua pegulat itu
di atas ring. Tiba-tiba, tangan Undertaker menggenggam
leher lawannya. Bak kapas, badan Triple H diangkat
dengan satu tangan. Tak lama kemudian, tubuh Triple H
dihempaskan ke atas kanvas ring. Penonton pun bersorak
riang. 

Kekerasan memang sarat dalam setiap adegan tayangan
gulat luar negeri yang biasa disebut SmackDown itu.
Bahkan, bisa dibilang, kekerasan yang dilakukan kerap
bernuansa ekstrem. Sang lawan memang terlihat
kesakitan. Tapi, dia tak apa-apa --tak ada tandu yang
diperlukan untuk melarikannya ke rumah sakit. Tak
jarang pula, beberapa alat seperti kursi, kayu, hingga
palu juga digunakan oleh petarung untuk segera
memenangkan pertandingan. Banyak penonton tidak
menyadari bahwa semua ini hanyalah trik pertunjukan
televisi untuk meraih rating tinggi. 

Hal itu pula yang tidak disadari oleh Restu, Iyo, dan
Ii, warga Kompleks Banda Asri, Desa Banda Asri,
Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung. Adegan-adegan
dalam SmackDown itu oleh siswa-siwa SMP ini ditiru dan
dipraktikkan. 

Sebagai lawan, mereka memilih Reza Ikhsan Fadillah (9
tahun), tetangga mereka. Tubuh kecil siswa kelas III
SD Cincin I itu mereka banting. Kepalanya dihujamkan
ke atas lantai. Tangannya ditekuk, meski Reza mengaduh
kesakitan. 

''Karena menirukan adegan SmackDown, anak saya
meninggal,'' kata Herman Suratman (53). Menurut
Herman, satu pekan sebelum Hari Raya Idul Fitri lalu,
Reza mengeluhkan tangan kirinya terasa sakit hingga
sulit digerakkan. Tapi, Reza tidak mengaku penyebab
sakit itu. 

Tapi, selama satu pekan, rasa sakit itu semakin
menjadi. Pada Rabu (25/10), satu hari setelah Idul
Fitri, Herman melarikan anaknya ke Rumah Sakit Daerah
(RSD) Soreang. Tapi, RSD Soreang mengaku tidak
memiliki peralatan memadai.

Reza dirujuk ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS). Dari
hasil rontgen, diketahui tulang pangkal lengan kiri
Reza terpisah. Urat di tangan kirinya pun diketahui
terjepit tulang. Selain itu, Reza juga mengalami
cedera di bagian dalam kepala. 

Reza lalu dirawat di Pediatric Intensive Care Unit
(PICU) sebelum dipindahkan ke ruang ICU RSHS. Selama
sepekan hingga Kamis (2/11). ''Tapi, karena tidak
sembuh juga, saya memaksa membawa Reza ke Cianjur, ke
tukang urut tulang,'' ujar Herman.

Kondisi Reza mulai membaik. Tapi, itu tidak lama.
beberapa hari kemudian, kondisi Reza kembali parah.
Saat teman-teman Reza menengok ke rumah, Herman baru
mengetahui bahwa penyebab sakitnya Reza adalah adegan
SmackDown yang dipraktikkan Restu, Iyo, dan Ii. 

Menurut Herman, ketiga anak itu sudah mengakuinya.
Pada hari itu juga, Rabu (15/11), Herman langsung
melaporkan ketiga anak itu ke polisi. Tapi, dia tak
bisa terlalu memerhatikan hasil penyelidikan polisi.
Pada Kamis (16/11), kondisi Reza bertambah parah.
''Reza meninggal dalam pangkuan saya,'' ujar pria ini
dengan berlinang air mata. 

Atas kejadian ini, Herman telah meminta kepada Ketua
DPRD Kabupaten Bandung, Agus Yasmin, dan Bupati
Bandung, Obar Sobarna, untuk menyurati Lativi, yang
menayangkan tayangan SmackDown ini. 

Dia mengaku enggan jika harus menuntut Lativi.
Pasalnya, kalaupun gugatannya dimenangkan pengadilan,
dia hanya memperoleh ganti rugi. ''Sedangkan yang saya
khawatirkan, jangan sampai anak-anak yang lain
mengalami nasib serupa seperti Reza,'' kata dia. 

Trauma tak hanya dialami Herman. Para pengajar di SD
Cincin I langsung melarang siswa didiknya untuk
menirukan adegan-adegan SmackDown. ''Seruan itu kami
sampaikan setiap pagi di setiap kelas,'' kata Kepala
Sekolah Cincin I, Nendi Rohendi. 

Untuk menghapus gambaran mengenai SmackDown, pihak
sekolah juga merazia pedagang yang kerap menjual
gambar-gambar yang ada sangkut pautnya dengan acara
itu. 

Ketua Komisi A DPRD Kabupaten Bandung, Denni Rukada,
mengatakan, program acara SmackDown tidak layak
ditayangkan lagi. Selain Reza, masih banyak anak-anak
di Kabupaten Bandung yang menjadi korban. ''Hampir
setiap dua hari sekali, tukang urut yang ahli
membetulkan tulang, selalu mendapat pasien anak-anak.
Mereka juga menjadi korban karena bermain SmackDown,''
ujar dia. 

Selain menuntut tayangan SmackDown itu dihentikan,
Denni juga meminta petugas kepolisian untuk menyita
seluruh VCD ataupun DVD, serta CD playstation
SmackDown.

Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa
Barat, Dadang Rahmat Hidayat, mengaku sudah memberikan
surat teguran keras kepada Lativi. ''Kami akan
berusaha lebih intensif lagi supaya tayangan ini
dihentikan,'' ujar dia. 

Menurut dia, secara substansi acara ini memperlihatkan
tayangan yang sadis. Sedangkan secara isi, tayangan
yang penuh dengan muatan entertainment ini ditayangkan
pada pukul 21.00 WIB. Harusnya, kata dia, acara yang
hanya layak ditonton orang dewasa, ditayangkan lebih
malam lagi.

Wakil Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI),
Sinansari ecip, mengaku sudah mendengar perihal
peristiwa menyedihkan itu. Untuk itulah, kata dia, KPI
akan memanggil pihak Lativi pekan depan.

Merujuk pada Undang-Undang Penyiaran, Ecip menyatakan,
tayangan SmackDown sebenarnya sudah melanggar pasal 36
tentang penayangan kekerasan di layar televisi.
''Dalam tayangan tersebut terlihat darah, aksi
menendang, hingga menghantam lawan dengan kursi.
Menurut saya semua itu sudah tergolong pada penayangan
kekerasan secara terbuka di TV,'' paparnya. 

Manajer Humas Lativi, Raldy Doy, belum mendengar
rencana pemanggilan KPI. Namun, ia mengaku sudah
mendengar kabar tewasnya bocah di Bandung yang diduga
tewas terkait dengan tayangan SmackDown itu. Menurut
dia, Lativi pun berencana mengecek kebenaran kabar
tersebut. ''Kita akan melakukan investigasi bersama
juga.''

Sementara itu berdasarkan keterangan tertulis melalui
surat elektronik yang dikirimkan Raldy kepada
Republika, tayangan SmackDown merupakan murni program
hiburan. Selanjutnya lagi, layaknya film atau
telenovela, SmackDown ini dilakukan sesuai skrip.
Semua omongan dan gerakan, kata dia juga, berdasarkan
skrip yang mesti dihafal. ''Sedangkan gerakan-gerakan
'kasar' yang diperlihatkan dilaksanakan terlebih
dahulu oleh para profesional yang sudah berlatih
lama.''

Kemudian juga, Raldy mengatakan, sebagai tindakan
preventif agar adegan di SmackDown tidak diikuti maka
host selalu menyampaikan agar jangan menirukan semua
adegan di rumah. ''Begitu juga kami menampilkan
running text serta logo 'Bimbingan Orang tua (BO)'
agar orang tua selalu mendampingi anak-anaknya saat
menonton tayangan ini,'' ujarnya. 

(rfa/akb ) 

===
Ingin belajar Islam sesuai Al Qur'an dan Hadits?
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]
http://www.media-islam.or.id


 
____________________________________________________________________________________
Want to start your own business?
Learn how on Yahoo! Small Business.
http://smallbusiness.yahoo.com/r-index

Kirim email ke